Bukan Kisah Klasik

31 5 0
                                    

Hi! Nisa balik lagi

Oh iya sebelum mulai bisa minta tolong support akun Nisa dan teman Nisa ya-! Supaya cerita ini bisa berlanjut.

Jangan lupa follow aku dan temanku lleaam

Follow ig ku juga ya di
@annisa_laylia
@aksarannisa__
@Catatan_siilleaam

Absen dulu siapa yang udah nunggu cerita ini!✋

Vote dulu aja kali aja lupa

Komen dulu juga boleh

Lets go!!!

"Kata 'semangat' seakan hanya omong kosong belaka jika kita benar-benar berada di titik terendah"

•Lose Perfect•

"Yang harus dikejar sekarang itu kebahagiaan diri sendiri, sederhana saja, cukup melihat dirinya tertawa hingga matanya menyipit sempurna"

•Arkatama Gilang Shankara•

Senja kali ini menciptakan seutas senyuman indah di wajah gadis berambut sebahu itu. Eca masih berada di ruang seni, sepi sendiri memposisikan diri menghadap kaca hingga nampaklah langit senja yang menyejukkan mata.

"Senja kenapa datengnya sebentar ya, padahal indah banget," monolognya sambil menyapukan kuas berwarna ke atas kanvas.

Nilam, gadis itu memasuki ruang seni, dirinya baru saja menyelesaikan sesi latihannya untuk olimpiade. Tujuannya tentu saja mengajak Eca pulang bersamanya, jika dikata Nilam memang aslinya malas namun karena ia juga butuh teman jadi ia memilih pulang bersama Eca.

"Udah belum? Pulang yuk lah capek banget gue," keluh Nilam sembari mendudukkan dirinya di kursi kecil tepat di samping Eca.

Nilam berulang kali memfokuskan pandangannya ke lukisan Eca yang menurutnya masih di bawah standar jika dibandingkan dengan lukisan yang ia temui di pameran seni, namun dirinya heran, Eca menjadi satu-satunya siswa SMA Baswara yang lukisannya masuk ke dalam pameran seni di museum kota tahun ini.

"Alasan lo suka ngelukis apa Ca? Ada gunanya buat masa depan lo? Secara lo yang bisa masuk pameran aja enggak dapat apa-apa dari sekolah, cuma dapat apresiasi, itu pun belum bisa ngalahin gue yang statusnya udah punya tahta tertinggi siswa di sini," ujar Nilam bangga dengan senyuman mengejeknya.

Eca menghentikan laju kuasnya, ia menghela nafasnya berat, raut wajahnya sudah kesal tak terima dengan yang temannya itu katakan, lantas ia menoleh menatap Nilam dan membuka suaranya,"takut tersaingi gitu?"

"Lagian ya Nilam, gue juga enggak bakal bisa ngalahin lo, secara bakat kita beda," lanjut Eca sedikit kesal.

"Oh iya satu lagi, alasan gue ngelukis itu banyak, salah satunya kalau gue enggak suka sama seseorang gue bisa ngelukis wajah orang itu dengan buruk rupa, enggak bisanya cuma ngejelekin orang pake mulut aja, takut mulutnya kena api nanti kalau gue mati." 

"Pernah denger kan, jangan sakiti seorang penulis atau lo akan abadi di dalam tulisannya, sama seperti gue." Eca terkekeh melihat mata Nilam yang sudah melotot.

"Kenapa kesindir ya?" ejek Eca dengan terkekeh.

Nilam berdiri, "gue ke sini niatnya ngajak lo pulang bareng kalau kaya gini lebih baik gue pulang sendiri kalau gitu, gue balik Ca."

"Bye bye hati-hati nanti keserempet odong-odong!" seru Eca terkikik.

••••

"Saya harap kalian bisa fokus untuk turnamen ini, fokus fokus, khusunya untuk tim inti, Gilang inget ya urus kawanan kamu itu. Baik, selesai sampai di sini dulu, lusa kita pemantapan lagi, terima kasih dan kalian silakan pulang," ujar pak Asep mengakhiri sesi latihan basket kali ini.

Lose Perfect (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang