Bukan Hal Sepele

33 5 0
                                    

Oh iya sebelum mulai bisa minta tolong support akun Nisa dan teman Nisa ya-! Supaya cerita ini bisa berlanjut.

Jangan lupa follow aku dan temanku lleaam

Follow ig ku juga ya di
@annisa_laylia
@aksarannisa__
@Catatan_siilleaam

Absen dulu siapa yang udah nunggu cerita ini!✋

Vote dulu aja kali aja lupa

Komen dulu juga boleh

Lets go!!!

"Hal berharga setiap orang itu berbeda, kesenangan setiap orang juga berbeda, apasih susahnya menghargai?"

•Faleesha Sastrana Jingga•

"Fase tersulit adalah kehilangan sesuatu yang paling berharga di kehidupan kita, meskipun nilainya kecil kita tidak pernah tau berapa banyak kisah dan kenangan yang ada di dalamnya."

•Arkatama Gilang Shankara•

Lapangan basket SMA Baswara masih sepi penghuni, pak Asep yang sudah duduk di pinggir lapangan berulang kali melirik arlojinya, apakah anak-anak itu lupa dengan jadwal latihannya? Matanya kini mengarah ke kantin Srikandi yang kebetulan berada di seberang lapangan. Benar saja mereka ada di sana bersama pak Jamal penjual Mie ayam legendaris SMA Baswara.

Gema yang sedang melahap mie ayam menoleh ke arah lapangan, kini ia hanya menelan salivanya kasar, habis sudah riwayat mereka, ini semua gara-gara Dipta yang mau saja menerima tawaran Mie ayam gratis pak Jamal.

"Mampus," katanya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Mereka kemudian menoleh ke arah pandang yang sama dengan Gema, benar saja pak Asep sudah bersedekap dada dengan kilatan amarah yang terlihat jelas di wajahnya, kalau begini caranya mereka bisa dihukum lari keliling lapangan sepuluh kali.

"Ini jadi urusan Gilang sebagai kapten basket yang baik dan bijaksana, sorry gue angkat tangan," ujar Dipta dihadiahi tatapan tidak terima dari Gilang.

"Ini gara-gara loh lah Dip, coba aja lo enggak nerima tawaran pak Jamal tadi,"kata Gema menyalahkan Dipta.

"Enak aja! Lah lo pada kenapa pada mau ikut tawaran gue? Heleh sok nyalahin gue,"timpal Dipta tak terima.

"Udah diem! Kaya anak kecil lo pada." kali ini Tama membuka suara merasa geram dengan tingkah laku dua anak ini.

"Ya udah mau gimana lagi kita ke lapangan sekarang aja," kata Bagas kemudian beranjak terlebih dahulu disusul yang lainnya.

Namun tidak dengan Gilang, menyadari sesuatu dari dirinya ada yang hilang, matanya mulai menelisik ke sana ke mari mencari sesuatu yang sebelumnya bertengger manis di lehernya kini tidak ada, sungguh ia rela kehilangan teman laknatnya itu dibanding kalungnya yang jauh lebih barharga.

Merasa Gilang tidak berada di belakang mereka akhirnya Bagas menoleh dan berteriak,"woy!!!Gilang cepet"

Gilang yang masih sibuk mencari kemudian menoleh, menghela nafasnya kasar dan menjambak rambutnya frustasi, ia merasa kehilangan sesuatu yang begitu berharga, ia berniat akan mencarinya kembali setelah latihan.

Gema berjalan terlebih dahulu menghampiri pak Asep, kemudian duduk di bawah, wajahnya terlihat sayu mencoba mencari rasa iba dari pak Asep untuk dirinya. Dengan sedikit memaksa membuat temannya geleng-geleng kepala.

Lose Perfect (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang