26: Suara Bass
HAPPY READING
...oOo...
Reon meringis saat Echa adik semata wayangnya datang sebagai penyelamat, setelah kepergian Ares, Reon sudah tergeletak benar-benar tak berdaya. Jika saja Echa tidak datang mungkin dirinya benar-benar sudah mati.
"Udah Cha, jangan nangis."
Echa yang membersihkan luka Reon tak henti-henti menangis melihat banyak sekali lebam diwajah tampan abang nya.
"Ab-abang sih." Ucap nya tersedu-sedu. "Ma-maka nya, g-gak usah aneh-an-neh."
Reon ingin tertawa, juga ingin meringis. Tertawa karna melihat wajah Echa yang biasa nya tomboy tapi sekarang nampak seperti gadis cantik yang cengeng, dia juga ingin meringis karna gadis didepannya ini menekan terlalu kuat luka nya.
Ponsel Echa berdering, gadis itu langsung mengusap air mata nya.
"H-hallo."
"Suara kamu kenapa sayang?"
Kalian sudah tau bukan siapa yang pelaku telpon. Siapa lagi jika bukan bucin nya Echa.
"Yang?"
Echa menutup mulut nya agar tidak mengeluarkan isakkan. "Gapapa." Jawab nya cepat.
"Video call aja." Ucap Pangeran khawatir.
"Gak usah Pange!"
Pip...
Disebrang sana Pangeran terbelalak tak percaya, apa yang barusan diucapkan kekasih nya? Pange? Ini mimpikan? Echa memanggil nya Pange, apakah ini akhir hubungan mereka? Echa selalu memanggilnya Bang Aras tapi kenapa sekarang 'Pange'?
Pangeran sudah uring-uringan tidak jelas disana, sedangkan Echa ia kembali mengobati luka Reon.
"Jangan galak-galak sama Udin,"
Udin diambil dari nama belakang Pangeran yaitu ' Pangeran Aras Zainuddin' panggilan itu biasa dikatakan oleh anak-anak Frontres.
"Gapapa."
Reon terkekeh, Echa masih menangis saja. "Zara apa kabar?"
"A-abang tanya a-ja sendiri."
"Loh, Abang kan nanya kam- Akhhhh pelan-pelan Cha!"
"Maka nya, k-kalo lagi diobatin, ja-jangan ban-yak bacot!"
Reon terdiam, dia tidak ingin lagi bertanya, singa betina didepannya sekarang akan berubah sebentar lagi.
******
Rumah sakit
Mata Zara mengerjab menyesuaikan cahaya lampu diruangan itu.
Ia meringis, kepalanya sakit sekali, ia menyentuh kepalanya yang diperban akibat dibenturkan kedinding tadi.
"Non." Suara pertama yang Zara dengar.
"Mbak." Zara berusaha duduk, dengan sigap Isti membantu Zara.
"Non gapapa?"
Zara mengangguk, "Minum."
Isti langsung menyodorkan segelas air putih.
"Dia gimana?"
"Syukur, baik-baik aja, non."
Zara bernafas lega, "Makasih ya mbak."
Mata Isti berkaca-kaca
"Non jangan begitu lagi ya, Mbak takut non, mbak takut kehilangan non juga." Isti mulai terisak.Zara menggenggam tangan Isti, "Maaf Mbak, Adek cuma mau luapin kekesalan adek aja. Adek pengen nangis mbak, tapi air mata adek gak bisa keluar." Sendu Zara, bahkan sekarang ia sangat ingin menangis namun air mata nya seakan benar-benar terkuras habis.
Rasa ini sangat menyakitkan, dada nya terasa mengganjal sesak sekali tapi air matanya tidak keluar dan hal itu semakin membuat rasa sesak didada Zara menjadi-jadi
"Non harus sabar ya non, jangan salahin diri non, ini semua takdir yang diatas."
Zara mengangguk.
"Non harus bertahan, ingat dia."
Zara lagi-lagi mengangguk sambil mengelus perutnya. Zara baru ingat bahwa dirinya masih ada Reon, Pluto, Nisa, Echa, Mertua nya, Mbak Isti dan Anak ini yang akan selalu disampingnya entah sampai kapan.
Ceklek...
Pintu ruang rawat Zara terbuka menampilkan Nisa dengan mata sembabnya dan Givan dengan wajah sedihnya.
"Jangan." Lirih sangat lirih Nisa berkata.
"Iya." Jawab Zara tegar.
"Jangan nyakitin diri sendiri, Zar." Lagi-lagi air mata Nisa jatuh.
"Iya iya."
Nisa memeluk Zara, Zara membalas pelukan tulus Nisa.
"Ada yang sakit?"
Zara menggeleng.
"Huuuuu, gimana kalo lo kenapa-napa? Lo, bodoh banget sih Zar! Blo'on tau gak?" Ucap Nisa "Gak gini cara nya kalo lo sedih! Lo boleh nangis Zar, tapi jangan nyakitin diri sendiri!" Lanjut Nisa sesegukan.
"Iyaaaa Nisaaa." Gue pengen nangis Sa, tapi gak bisa.
Givan menggeleng saja melihat betapa lebay nya Nisa, "Nih." Givan menyodorkan bikisan buah-buahan.
"Thanks."
"Turut berduka ya Zar. Maaf tadi gak bisa dateng."
Zara tersenyum simpul, mata nya melihat seperti ada yang berbeda dari Givan, tapi apa?
"Aneh ya?" Tanya Nisa sambil melepas dekapan mereka.
Zara menatap Nisa penuh tanya.
"Liat gaya Gigi—"
"Givan Sa." Koreksi Givan dengan suara beratnya.
Zara menganga tak percaya. "Givan? Suara lo?"
Givan dan Nisa terkekeh, "Gue mau berubah, Zar." Ucap Givan tersenyum sangat manis.
Zara menyenggol bahu Nisa menggoda gadis itu, membuat Nisa jadi salah tingkah sendiri.
Zara terkekeh, setidaknya hadirnya dua manusia ini bisa sedikit melupakan masalah Zara, meskipun tidak semua terlupakan.
"Makasih udah mau jadi temen gue." Batin Zara.
...oOo...
THANKS FOR READINGVOTE
SHARE
KOMEN
Enjoy and see
bersambung...
800 kata

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAREON [Lengkap]
RomansaFOLLOW DULU ❗❗ BANYAK PART DI PRIVATE ...oOo... Zara Cyra Aprilaen dan Areon Aciel Ligarta, dua orang remaja yang harus terikat dalam ikatan pernikahan demi untuk memajukan perusahaan kedua orangtua mereka. Areon - Pemuda tampan, Salah satu anggota...