33: Lebih baik memusuhi daripada merelakan

117K 9.7K 981
                                    

33: Lebih Baik Memusuhi daripada Merelakan

HAPPY READING

...oOo...

"Tunggu disini, aku masuk dulu." Zara turun dari motor, ia masuk keperkarangan rumah Nisa meninggalkan Givan yang menunggu diluar gerbang.

Setelah menekan bel, pemilik rumah akhirnya membuka kan pintu juga.
Hal pertama yang Zara dengar adalah suara isakan Nisa dan yang Zara lihat wajah sembab gadis itu.

"Z-zara."

"Lo kenapa?" Bingung Zara.

Nisa mencoba menghentikan isakan nya, "G-gue ditolak. Hwaa... " Sekotak tisu yang ada ditangan gadis itu sudah hampir habis.

Zara hanya bisa menatap Nisa.

"3 tahun gue suka sama dia. G-gue blo'on banget ya, huhh?"

Kening Zara mengernyit.

"S-semalam g-gue hiks... nembak Givan," Nisa menghirup ingus nya seperti suara babi. "Terus gue ditolak." Lanjut gadis itu kembali menangis.

Zara menatap iba Nisa, jadi penyebab gadis itu tidak masuk sekolah hari ini karna sakit, lebih tepat nya sakit hati.

"Yang sabar ya Sa." Zara menepuk pelan pundak Nisa. "Nih, titipan lo."

"Hiks.. makasih ya Zar, nanti gue transfer, ayo masuk dulu."

Zara menggeleng, "Gak usah, gue balik aja. Duluan ya."

Zara membalikkan badannya dan betapa kagetnya Zara saat melihat Givan baru masuk keperkarangan rumah Nisa,

"Lo berangkat bareng Givan?" Tanya Nisa penuh intimidasi

Zara menelan saliva nya kasar, bisa berabe persahabatan mereka. Nisa tipe orang yang lebih suka memusuhi dari pada merelakan, efek dari keseringan baca novel kali, kata nya dia gak mau jadi cewe-cewe lemah yang ngerelain cowo yang dia suka demi sahabat, menjijikan. itu yang pernah Nisa ucapkan dulu.

"Hp lo tinggal." Givan menyodorkan ponsel Zara. "Reon dari tadi nelpon." Bisik nya dingin tepat ditelinga Zara.

"Oh, Hai Sa!" Givan beralih menatap Nisa.

"Hai." Sapa kikuk Nisa.

"Cepat sembuh ya, kasihan Zara kalo lo gak masuk sekolah." Givan menyenggol bahu Zara.

Zara hanya tersenyum tipis.

Nisa mengangguk cuek, ia sudah mulai tidak suka akan kedekatan Zara dan Givan. Apalagi semalam dichatting Givan tak henti-henti membahas Zara, demi apa itu sangat menyesakkan

"Kalian berangkat bareng?" Tanya Nisa.

Zara menunduk, semoga ada keajaiban sehingga ia tidak perlu menjawab pertanyaan dari Nisa.

"Iya, mau jengukin lo, tapi berhubung muka gue lagi bonyok gue gak ikut masuk deh."

Kebohongan yang sangat bagus Givan, tapi tidak sepenuhnya bohong.

"Lo mau liat?"

Givan melepas masker yang melekat disekitar mulut dan hidungnya. Jelas terlihat wajah Givan babak belur, lebam disekitar bibir pemuda itu, dan masih banyak lagi luka lebam lainnya

"Kok bisa?" Tanya Nisa.

"Berantem tadi sama anak Frontres."

"Gara-gara Zara?" Spontan Nisa mengucapkan itu, yang ia tahu Givan tidak pernah ada masalah dengan geng berbahaya itu, mungkin saja ini karna Zara, toh di geng Frontres ada Pluto sahabat Zara yang terjebak dalam Friendzone bersama Zara. Dan sekarang Givan sedang dekat dengan Zara, mungkin Pluto cemburu, wajar sih. Itu asumsi Nisa

"Bukan." Jawab Givan

Nisa mengerutkan alis nya menatap Zara. Zara menggeleng pura-pura tidak tahu.

"Oh yaudah, pulang sana." Usir Nisa.

Setelah kepergian Zara dan Givan, Nisa menggeleng tak percaya, Apakah Zara ingin bersaing dengannya untuk mendapatkan Givan? Kalau begitu, mari kita mulai persaingannya.

Ia juga sudah curiga dari awal semester genap kemarin, dimana Givan setiap hari mengantar jemput Zara kesekolah. Padahal Zara tau persis bahwa Nisa cinta forever kepada Givan.

Dirinya orang kaya, dengan kekayaan nya, Nisa bisa membayar seseorang untuk memata-matai Givan dan Zara.

Tapi sepertinya, Zara semakin ngelunjak, jadi tunggu saja hari sial mu Zara.

Membayangkan itu Nisa jadi teringat, kartu AS Zara.

Dia mengingat benda yang ia temui di rooftop waktu itu. Yang akan menghancurkan reputasi Zara.

"Poor! Hancur. Haha..."

Sepertinya Nisa sedang kemasukan iblis.

*******

Dari awal perjalanan sampai berhenti didepan rumah elit yaitu rumah Zara yang baru, gadis itu tak mengucapkan sepatah katapun.

Bahkan Zara tidak menawari Givan untuk mampir kerumah, seperti sebelum-belumnya.

Zara seperti itu karna ia kesal dengan Givan, disuruh tunggu malah masuk. Kan Nisa jadi salah paham.

Sebelum naik ke tangga Zara bertemu dengan mbak Isti yang sudah menunggu nya diruang tengah dengan sebuah koper besar.

"Non, mbak berangkat dulu ya."

"Oh, hati-hati mbak ya, jangan lama-lama." Zara mencium punggung tangan mbak Isti.

Mbak Isti mengangguk, dia hanya pulang kampung satu minggu saja, pasalnya adik bungsu dari mbak Isti akan segera menikah.

Setelah berpamitan, mbak Isti langsung pergi diantar oleh taksi.

Zara masuk kedalam kamar nya gadis itu melempar kasar tas kesembarang tempat.

Ia membuka ponselnya, ada nomor yang tak dikenal menelpon Zara, dia tidak peduli, pasti nomor ini lah yang membuat Givan sampai menemui Zara. Kalau Zara tidak salah dengar 'telpon dari Reon'

Nomor itu kembali menelpon, Zara menarik tombol hijau.

"Kenapa?" Ngegas Zara.

"Lo dimana?"

"To the poin!"

"Tadi gue nelpon lo, kenapa Givan yang ngangkat?"

Zara tak menjawab, "Lo dapat nomor gue dari mana?"

Padahal Zara sudah mengganti nomor ponsel nya.

"Rahasia. Sore nanti temui gue di caffe Teresa."

Pip....

Panggilan diputus secara sepihak oleh Reon, Zara meremas tangan nya kesal.

"Anjir!" Jerit Zara. Lalu melemparkan handphonenya ke ranjang. "Dia pikir dia siapa, huh?!"

...oOo...
THANKS FOR READING

VOTE
KOMEN
SHARE

THANKS, ENJOY AND SEE U

BERSAMBUNG...

860 KATA

ZAREON [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang