24. Pergi

674 118 73
                                    

Haii guyss selamat datang di part baru cerita ini. Sebelum lanjut baca mending vote dulu biar aku semangat lanjutin kisahnya.

Sebelum kalian baca ceritanya kalian harus udah shalat dulu ya buat yang muslim, biar pas baca aku gak kena dosa jariah karna lalai in shalat kalian..hehe

Jangan lupa di vote, coment, share, dan di follow juga akunnya aku.

Selamat membaca zeyenk zeyenk ku :)

Bismillaahirrahmaanirrahiim :>

------------------------------------------------

Bian keluar dari kamar Tama, mencari keberadaan sang lelaki. Lalu teringat kamar inap Lesti.

"pasti lah.... itu cowok disana, orang bucinnya gak ketulungan" monolog Bian pada dirinya sendiri.

Bian berjalan santay, menyapa beberapa orang yang dikenalnya selama menuju kamar inap Lesti.

Membuka pintu, dihadiahi permandangan manis yang begitu membuatnya iri.

Tama lelaki yang sangat sempurna menurut Bian, disaat dia terpuruk karna kanker stadium lanjut.
Lesti masih Tama jadikan prioritas melupakan dirinya sendiri yang tengah di ambang batas kehidupan.

Menggeleng pelan berjalan lalu menepuk pelan tangan Tama agar terbangun.

Tama membuka matanya perlahan, menatap lirih pada Bian. Menatap Bian kosong, lalu mulai mengatur napas yang terlihat sesak, sangat sesak.

Bian seperti menyadari sesuatu. Tama agaknya kesulitan bernapas. Dengan cepat Bian ingin membangkitkan Tama agar bisa diposisi kepala lebih tinggi.

Tama menggeleng mengisyaratkan nanti sang gadis akan terbangun. Bian mendecak sebal, masih saja memikirkan kekasihnya.

Semakin lama wajah Tama semakin membiru, semakin mempercepat tarikan nafasnya. Bian berlari keluar memanggil dokter terdekat untuk membantu Tama. Syukur saat didepan pintu Billar datang sambil membawa beberapa kantung plastik.

"Tamaa sesak napas" panik Bian pada Billar.

Dengan cepat Billar masuk menemui Tama, sedangkan Bian memanggil beberapa perawat untuk membantu Tama.

Billar mencoba melepas pelukan Lesti pada Tama, membantu Tama menormalkan nafasnya. Tama menggeleng cepat dengan tarikan nafasnya yang kini sangat memberat. Tama menatap Billar dalam, lalu menghembuskan nafasnya kasar setalah berhasil benafas dengan susah payah.

"gak bisa lagi,,,, udah saatnya gua titip Lesti buat selamanya. Gua yakin lo yang terbaik buat dia dari tuhan" ucap Tama terbata bata lalu mencium kening Lesti.

Tama mulai memejamkan mata, mengucapkan kalimat Laailahaillallah beberapa kali.

(jujur gua ngakak sama part diatas, gua bingung entar Tama gimana waktu diakhirat, disatu sisi dia ngucap kalimat tahlil pas mau dipanggil tuhan. Tapi disisi lain, dia meninggalnya disamping Lesti, cium kening lagi, kan bukan muhrim. Astaghfirullah,,,,jadi bingung entar malaikat mau masukin dia ke syurga atau neraka)

Saat suara tak lagi terdengar dari Tama, Billar mengecek denyut nadi Tama.

Tama telah pergi, meninggalkan Lesti bersama kenangannya. Menitipkan dunia indahnya pada diri Lesti. Pelukan Tama mulai melonggar dan badan yang mulai melemah.

Billar menatap Tama yang sudah pergi menemui sang maha kuasa tepat disamping gadis manis yang kini ada di hatinya.

Teringat beberapa hari lalu. Ketika Tama berlari tanpa sendal masih dengan baju rumah sakit, dan juga tangan yang berdarah lantaran mencabut infus dengan paksa.

Lentera Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang