34

2K 595 93
                                    

Jangan lupa vote dan comment-!

-

Dia meringkuk di pojok ruangan. Kedua matanya sibuk memandang sekeliling. Perasaan cemas dan takut  kembali menyerang. Ia merasakan tubuhnya menggigil kedinginan. Berusaha sebisa mungkin ia tahan

Dadanya sesak. Untuk bernapas saja sangat kesulitan. Peluhnya mulai bercucuran deras membasahi wajah. Degup jantungnya tidak normal. Dia merasa keberadaannya disini sangat terancam

Ruangan gelap, hanya ada satu lampu diluar ruangan yang cahayanya masuk melalui ventilasi. Tidak terang dan kurang membantu

Berulang kali dia memegang dadanya yang lama kelamaan terasa nyeri. Dia tidak bisa sendirian. Dia butuh teman, walau hanya satu untuk ikut bersamanya

Jeongwoo merasa hidupnya benar benar payah. Dalam kegelapan dia menangis. Menangis menahan rasa pusing yang sakitnya sangat luar biasa di kepala. Jeongwoo menarik rambutnya kasar, frustasi yang ia rasa

Ia semakin ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat. Berulang kali dia memukul kepalanya sendiri untuk meluapkan emosinya pada Tuhan. Apa Jeongwoo marah pada Sang Pencipta? Jeongwoo tidak tahu

Dia hanya marah dengan dirinya yang sekarang. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa harus dia yang mengalami semua ini? Banyak jutaan orang diluar sana, tapi kenapa harus dia? Pertanyaan yang selama ini tidak ia temukan jawabannya

Jeongwoo~

Tubuh Jeongwoo mematung. Dia terkejut mendengar bisikan lirih yang tiba tiba datang. Dia menoleh ke sekitar. Gelap. Jeongwoo tidak melihat apapun disana. Cahaya lampu diluar sangat tidak berguna untuk melihat seisi ruangan

Jeongwoo~

Lagi, bisikan itu kian terdengar di kedua telinganya. Jeongwoo memejamkan mata. Dia mengibaskan tangannya di depan telinga. Berusaha menghalau suara bisikan aneh yang entah datang darimana

Jeongwoo menyesal harus bersembunyi sejauh ini. Dia berada di ruangan kecil yang berisikan beberapa alat untuk berkebun. Lebih tepatnya ruangan itu berada di tengah perkebunan rumah mereka. Jauh dari teman temannya

Entah ada angin apa Jeongwoo berlari kesana. Dan membuatnya harus meringkuk di pojok ruangan dengan suasana sepi yang mencekam. Jeongwoo pikir, disana aman karena letaknya lumayan jauh dari rumah mereka

Tapi sama saja, Jeongwoo tetap merasa ketakutan

Jeongwoo, lo payah!

Suara itu lagi lagi terdengar. Jeongwoo menatap sekeliling dalam keadaan gelap. Ia lalu menutup kedua telinganya menggunakan tangan

"Pergi!" bentak Jeongwoo entah pada siapa

Lo gak seharusnya hidup, Jeongwoo. Lo laki laki terpayah di antara semua teman teman lo

Jeongwoo semakin mempererat kedua tangannya untuk menutup telinga. Namun suara bisikan itu tetap saja terdengar, bahkan sangat jelas

"Lo siapa?! Pergi!!" bentak Jeongwoo lagi

Kalau lo mati, gak ada yang peduli sama lo

Berusaha tidak menghiraukan, namun tetap saja Jeongwoo terus kepikiran dengan suara bisikan itu. Dalam perasaan takutnya, Jeongwoo mulai berpikir

"Haha, benar mungkin ya kalau gue mati mereka gak ada yang peduli?" gumamnya dengan tawa hambar

Benar, Jeongwoo. Kalau lo mati, lo gak bakal ngerasain rasa sakitnya di dunia. Rasa sakit lo yang sekarang bakal hilang

Jeongwoo terdiam, tak lama ia tertawa dan menganggukkan kepala

"Kalau gue mati, gue gak bakal ngerasain ini semua," gumamnya, lagi

Come to Me - treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang