20

2.3K 635 135
                                    

Jangan lupa vote dan comment -!

-

Mashiho berjalan santai menuju depan rumah. Terkadang dia melompat kecil dengan bahagia. Suasana hatinya bisa dibilang sangat baik malam ini

Satu tangannya membawa kantung plastik berwarna hitam berisikan sampah. Dia mendapatkannya dari dalam dapur. Mashiho risih jika sampah sudah menumpuk di dalam rumah. Jadi, dia berniat untuk membuangnya di tong sampah besar di depan rumah mereka

Ketika sampai teras, angin malam menerpa wajahnya. Bahkan poninya ikut tertiup angin. Dingin yang ia rasa. Keadaan kampung mulai sedikit sepi dan tidak banyak orang berlalu lalang

Mungkin hanya ada satu mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi, menyisakan sedikit debu beterbangan akibat gesekan ban mobil yang terlalu kencang

Mashiho tidak tahu jam berapa sekarang, tapi disini begitu sepi. Mashiho bukan orang yang penakut seperti yang lain. Jika saja dia bertemu dengan sosok tidak terlihat, dia akan berusaha tidak peduli dan malah asik bernyanyi menghibur dirinya sendiri. Lalu setelah itu, dia akan berlari dengan kencang dan ia akan tertawa dengan kebodohannya sendiri

Langkah kakinya membawanya menuju pintu gerbang bercatkan hitam. Satu tangannya bergerak untuk menggeser pagar agar dia bisa keluar

Mashiho menolehkan kepalanya ke kanan juga ke kiri. Sungguh sangat sepi. Tidak ada siapapun selain dirinya sendiri. Semua pintu rumah tetangga juga sudah tutup dengan rapat

Hanya terdengar suara binatang malam dan suara hembusan angin yang begitu kencang

Kedua mata Mashiho menatap ke kanan, tempat dimana tong sampah itu berada. Dia berjalan kesana, membuangnya, lalu berbalik badan hendak masuk ke rumahnya kembali

Namun, langkah Mashiho terhenti ketika dia melihat seorang nenek tua berdiri di depan pagar rumahnya. Mashiho mengerutkan keningnya bingung, kenapa ada nenek nenek yang keluar malam hari seperti ini?

Mashiho awalnya ragu untuk melangkah. Karena, jujur saja, tidak ada siapapun selain dirinya disana tadi. Tiba tiba ada seorang nenek yang datang dan itu membuat Mashiho sedikit bingung

Nenek tua itu memiliki rambut berwarna putih, wajahnya pucat, pakaiannya seperti pakaian jaman dulu, dan nenek itu sedikit membungkuk. Tangan kanannya memegang sebuah tongkat kayu untuk penyangga. Persis seperti kayu yang biasanya dipakai orang orang tua

Mashiho diam tidak bergerak barang sedikitpun. Dia terus menatap wanita tua tadi dengan teliti. Nenek itu berdiri menghadap rumah mereka dengan tatapan sayu

Awalnya, Mashiho tidak peduli. Namun ketika Mashiho lihat mulut sang nenek seperti mengucapkan sesuatu yang sangat lirih, dia akhirnya berjalan untuk menghampiri

Ia sentuh pundak wanita tua yang lebih pendek darinya itu. Wanita tua tadi menoleh menatap Mashiho. Pria Jepang itu meneguk salivanya ketika yang ia tatap adalah wajah putih pucat dan kulit wajah yang begitu keriput

Mashiho bisa saja langsung masuk ke dalam rumah dan tidak terlalu memperdulikan sang nenek. Namun, apakah sopan jika dia langsung pergi begitu saja? Apalagi sang nenek sedang berada di depan rumahnya

"Maaf nek, nenek disini ngapain?" tanya Mashiho dengan tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya agar sejajar dengan wanita tua itu. Dia tidak mau terlihat lebih tinggi di hadapan seseorang yang lebih tua darinya, jadilah dia seperti itu

Awalnya, nenek itu tidak menjawab. Dia terus saja memandangi Mashiho dengan tatapan sayu

"Nenek?" panggil Mashiho, namun sang nenek hanya menunjukkan senyumannya. Dia mengusap pelan surai rambut Mashiho dan berucap dengan suara lirih

"Kamu masih muda, nak," hanya itu jawaban yang Mashiho dapat. Mashiho semakin tidak mengerti dengan ucapan sang nenek. Karena pertanyaan yang ia berikan sangat melenceng jauh dengan jawaban yang ia terima

"Hm, maksud nenek?" Mashiho ingin meminta penjelasan lebih lanjut. Jika dia sudah penasaran, dia akan selalu penasaran

"Kenapa kamu disini? Pulang ke rumahmu!" tegas nenek itu membuat Mashiho terdiam. Dia mengerutkan keningnya dan mengerjapkan matanya bingung

"Tapi nek, Mashi sudah pulang. Ini rumah Mashi," tunjuk Mashiho pada sebuah rumah yang kini ia tinggali bersama teman temannya. Nenek itu menggeleng dengan kuat

"Ini bukan rumahmu!" bentak sang nenek membuat Mashiho sedikit terkejut. Namun dengan cepat ia berusaha mengatur ekspresi wajahnya untuk kembali tersenyum

"Memang sih nek, ini bukan rumah Mashi. Ini cuma basecamp biasa, isinya teman teman Mashi. Tapi rumah ini sudah Mashi anggap rumah sendiri," ucap Mashiho mulai bercerita. Nenek itu tampak terdiam sebentar

"Apa kamu tahu cerita dibalik rumah ini?" tanya wanita tua itu menatap Mashiho dengan tatapan yang tajam. Mashiho menelan salivanya kasar, dia menggeleng dengan kaku

"Apa kamu tahu ada pembunuhan berantai disini?"

"Apa?!" Mashiho spontan berteriak karena terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang nenek. Kini wajah Mashiho berubah menjadi tegang dan keringat dingin mulai bercucuran

"Apa kamu tahu, jika salah satu temanmu---"

"Mashiho!!!" ucapan sang nenek terhenti karena mereka mendengar suara lantang dari arah teras rumah. Mashiho kini berdiri tegak, berusaha melihat seseorang yang kini menatapnya tajam sembari melipat kedua tangan di depan dada

Pria yang memanggil Mashiho tadi berjalan dengan cepat menghampiri dua orang yang tadi tengah berbincang. Dia menarik tangan Mashiho dengan kasar

"Ngapain diluar rumah?! Ini sudah jam 1 malam. Cepat masuk!" tegasnya sembari terus menarik Mashiho untuk segera masuk ke dalam rumah

"Kak Hyunsuk! Lepasin dulu, kak! Itu nenek--"

"Diam!" Mashiho bungkam jika Hyunsuk sudah berteriak. Mashiho menoleh menatap belakang dimana disana wanita tua itu menunjukkan senyuman. Lalu setelahnya Hyunsuk dan Mashiho masuk ke dalam rumah dan Hyunsuk langsung mengunci pintu

Dia menatap Mashiho dengan tatapan tajam membuat Mashiho sedikit bingung

"Ngapain diluar rumah?!" bentak Hyunsuk

"Buang sampah," jawab Mashiho apa adanya

"Kan bisa buang sampah besok pagi saja,"

"Kak, lo tahu sendiri kan gue paling gak suka sama yang namanya kotor. Makanya sebelum tidur, gue pingin buang sampah dulu," jelas Mashiho membuat Hyunsuk mendengus malas

"Terus di depan tadi, lo ngapain sama nenek itu?"

"Cuma bicara sebentar,"

"Beneran? Dia gak cerita aneh aneh ke lo, kan?"

"H-hah?" Mashiho bingung harus menjawab apa. Sebenarnya ucapan nenek tadi membuat Mashiho sedikit merasa ketakutan. Tapi, apa dia harus bercerita ke Hyunsuk juga?

Sepertinya tidak untuk saat ini. Mashiho ingin mencari tahu sendiri tentang kebenaran yang nenek itu ucapkan

"Gak, kak. Kenapa sih memangnya?"

Hyunsuk mengusap wajahnya kasar. Dia menatap Mashiho dengan pandangan sendu

"Nenek itu gila, Mashi. Dia sudah terkenal sama tingkah anehnya disini. Bahkan warga di kampung ini gak mau bicara dengannya. Karena nenek itu gila," jelas Hyunsuk membuat Mashiho bingung, entah untuk yang keberapa kali

































































"Lo bohong, kak Hyunsuk,"

---

Setelah book ini tamat, aku pingin buat cerita lagi. Cast nya nak trejo

Bahh, trejo terusss

Ya gimana ya, lagi mood bikin. Soalnya aku udah ada dua ide buat bikin dua book

Tapi masih rencana sih, nanti aku tanya tanya kalian lagi, kkkk~

Come to Me - treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang