8. Kau, hujan dan luka.

1.7K 123 2
                                    

Happy reading.

o0o

Di bawah sinar bulan kedua remaja lawan jenis itu sama-sama terdiam. Ana yang awalnya sudah pergi menjauh terpaksa mengikuti Stefan yang menarik tangannya. Kini mereka berencana pulang.

Stefan menatap datar Ana yang enggan menatapnya. Laki-laki itu terlihat meredam emosinya.

"Ayo pulang." Stefan menarik Ana untuk mendekat ke arah motornya.

Namun, bukan Ana namanya jika tidak keras kepala. Gadis itu masih saja menepis tangan Stefan.

"Aku bilang, aku pulang sendiri!" Sentak Ana.

Seolah tuli Stefan dengan cara yang tidak halus menarik lengan Ana. Gadis dengan tubuh mungil itu spontan saja langsung tersentak hingga menabrak dada bidang Stefan.

Percaya atau tidak Ana membulatkan matanya ketika merasa tubuhnya melayang lalu sudah berada di atas motor milik Stefan. Ana menatap sengit ke arah Stefan yang hanya memasang wajah datar seperti biasa.

Tanpa menunggu lama Stefan ikut menaiki motornya. Awan pekat sudah begitu kentara di langit. Rintik air mulai turun. Sepertinya hujan deras akan turun sebentar lagi.

Dalam keadaan begini, Ana tidak mungkin memikirkan egonya dan memilih pulang sendiri. Hujan sepertinya akan turun, mau tidak mau Ana harus pulang bersama Stefan.

Sekejap Ana memandang danau yang kini airnya sudah tidak tenang karena gerimis. Sekeliling masih dihiasi oleh lampu. Begitu cantik sebenarnya. Namun, karena kenangan pahit semua menjadi buruk.

"Stefan, bisakah kau menjauh dari ku." Ana bergumam namun masih bisa terdengar oleh Stefan. Laki-laki itu hanya diam dan memilih melajukan motornya.

"Tidak bisa dan tidak akan pernah." Batin Stefan.

Ana yang tidak mendapat jawaban apapun dari Stefan menghela nafas berat. Gadis itu memejamkan matanya saat butiran hujan mulai turun. Purnama yang ia lihat tadi berganti dengan awan hitam.

Stefan memacu gas motornya lebih kencang. Ana yang terkejut sontak memegang sweater Stefan. Hujan membuat Stefan lebih gencar untuk sampai di rumah Ana. Jika tidak mereka akan basah terguyur hujan.

"Bisa kau pelan kan sedikit laju motormu!" Teriak Ana yang suaranya mulai teredam.

"Kau mau kita kehujanan jika aku membawa motor seperti siput!" Tak kalah dengan Ana, Stefan juga sedikit berteriak agar suaranya bisa terdengar.

Ana mendengus. Jantungnya berdegup kencang karena Stefan membawa motor seperti orang kesetanan. Ana memilih diam dan memejamkan mata, tangannya masih menggenggam sweater Stefan.

Sial. Stefan bahkan tidak bisa menebak jika akan turun hujan. Dirinya dilema, jika meneruskan perjalanan maka bisa di pastikan besok Ana bisa sakit. Stefan tidak mau itu terjadi. Tapi jika dia berhenti untuk meneduh apakah gadis yang di bonceng nya ini mau.

"Kita meneduh sebentar," ujar Stefan tanpa pikir panjang langsung berbelok ke sebuah halte bus.

Ana membuka matanya mendengar suara Stefan. Meneduh? Itu artinya dia akan terjebak lebih lama dengan Stefan. Memikirkannya saja Ana sudah di rundung rasa panik.

"Aku ingin pulang!"

Stefan berdecak. "Jangan membantah," katanya singkat.

Ana memandang sekeliling ketika motor Stefan sudah berhenti di depan halte bus. Langit mulai mengeluarkan cahaya kilat. Hujan semakin deras mengguyur jalan. Beberapa orang masih berlalu lalang di jalan entah dengan motor atau mobil.

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang