22. Basketball.

470 32 0
                                    

Happy reading

o0o

Ana baru berganti pakaian menggunakan baju olahraga. Kebetulan hari ini kelasnya ada jam olahraga, dan gurunya bilang mereka akan bermain di lapangan sebentar. Entah olahraga apa yang akan dimainkan Ana juga tidak tau. Setelahnya Ana keluar dan akan menuju lapangan. Gadis itu tersenyum ketika berpapasan dengan temannya yang lain yang juga akan berganti pakaian.

Ana memegang pelan perutnya yang masih sakit karena tendangan dari Wesy dua hari yang lalu. Ternyata memang benar perutnya memar. Harusnya Ana memilih di UKS saja dari pada olahraga, tapi entah mengapa melihat teman-temannya yang lain berolahraga, dia jadi ingin ikut. Padahal berlari pun perutnya akan keram.

"Ana."

Gadis itu menoleh ketika namanya dipanggil. Ternyata Arion yang memanggilnya. Ana tersenyum dan melambaikan tangannya. Tatapan Ana tertuju pada baju Arion yang juga menggunakan baju olahraga. Sepertinya kali ini kelasnya dan kelas Arion akan melakukan jam olahraga di waktu yang sama. Mengingat Arion, beberapa hari terakhir laki-laki itu seperti menjauhinya.

"Hai," sapa Ana ketika Arion tiba didepannya.

"Kebetulan sekali kelas kita olahraga di jam yang sama," kata Arion sambil tertawa pelan.

"Hm, tapi kenapa?"

"Itu karena Pak Rio tidak berangkat, jadi kelas kami disuruh bergabung di jam olahraga kelas mu," jelas Arion yang langsung diangguki oleh Ana. Kedua remaja itu berbincang tenang sambil berjalan ke arah lapangan. Mengabaikan orang-orang yang memperhatikan mereka.

Saat tengah berbincang dengan Arion, ada seseorang yang menabraknya dan tangan orang itu tak sengaja mengenai perutnya. Sontak hal itu membuat Ana meringis. Ana tersenyum tipis saat gadis yang menabraknya meminta maaf karena tak sengaja menabrak dirinya. Arion yang melihat Ana seperti kesakitan pun memandangi Ana curiga. Entah mengapa ada rasa tak suka jika Ana terluka dalam diri Arion. Tapi hal itu segera Arion abaikan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Arion yang kini menatap Ana cemas.

Ana tersenyum lalu mengangguk. "Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir," ucap Ana dengan nada lirih.

Arion mengerti jika Ana tengah menyembunyikan sesuatu. Arion melirik tangan Ana yang memegang perutnya. Sepertinya perut gadis itu sakit dan Ana tidak ingin memberitahu Arion.

"Sungguh?" Tanya Arion untuk memastikan.

"Iya. Ayo kesana." Ana menarik tangan Arion untuk menuju lapangan karena sudah banyak yang berkumpul disana. Arion hanya bisa menurut. Entah mengapa dirinya merasa nyaman ketika Ana menggenggam tangannya.

Saat tiba disana banyak orang yang menyoraki kedekatan Ana dan Arion. Sadar akan hal itu Ana langsung melepaskan genggamannya pada tangan Arion. Bahkan gadis itu tersenyum canggung, begitu juga dengan Arion yang sepertinya salah tingkah. Ana tak sengaja melihat Wesy yang berdiri sedikit jauh darinya. Tatapan Wesy begitu dingin, bahkan terlihat seperti orang yang tengah marah. Ana yang merasa tidak nyaman di tatap begitu langsung mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Setelah kejadian beberapa waktu lalu, Ana memutuskan untuk menjauhi Wesy.

Setelah menunggu beberapa menit, seorang guru datang dengan membawa bola basket di tangannya. Sekarang Ana tau jika kali ini mereka akan bermain basketball. Harusnya Ana senang karena memang dia menyukai olahraga basket. Tapi mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan, Ana hanya bisa pasrah dan lesu.

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang