29. Manipulatif.

462 18 0
                                    

Happy reading.

o0o

"Jangan mentang-mentang kau kaya lalu seenaknya meninggalkan motormu."

Stefan tak mendengarkan gerutuan yang tengah dilakukan oleh Ryan padanya. Laki-laki itu sibuk melamun memikirkan obrolannya dengan Ana siang tadi. Mereka tengah berada di markas saat jam sudah menunjukkan larut malam. Seharusnya itu waktu untuk tidur bagi pelajar seperti mereka, tapi jangan heran jika Stefan dan yang lainnya malah berkumpul disini.

"Kau tidak mendengarkan ku?" Frustasi dengan Stefan yang tak memperdulikannya, Ryan menghela nafas lelah.

Begitu banyak yang dia katakan pada Stefan karena memang laki-laki itu meninggalkan motornya di pinggir jalan dengan kondisi kunci yang masih disana. Untunglah ia dan Defano lewat lalu tersadar jika itu motor Stefan. Setelah beberapa kali menelfon sang pemilik motor, akhirnya Stefan mengangkatnya dan mengatakan ada di markas.

"Apa kau punya masalah dengan ayah mu lagi?" Tanya Defano.

"Tidak." Stefan menghela nafas. "Apa aku harus mengundurkan diri sebagai ketua axerios?"

Semua yang ada di ruangan itu melotot. Bahkan berhenti melakukan kegiatan mereka secara tiba-tiba. Hening seketika melanda ruangan dengan lampu yang lumayan temaram itu. Stefan menatap semua secara bergantian, sekitar dua puluh orang disana menatapnya penuh tanda tanya.

"Kau gila eh?" Tyo yang semula bermain dengan catur bersama Bima yang juga salah satu anggota disana pun akhirnya membuka suara.

"Stef kau tidak pandai melawak."

"Aku serius," ucap Stefan lumayan tajam.

Ryan menggelengkan kepala tidak percaya. "Alasan apa yang mendasari keputusan mu ini?"

"Hanya ingin."

Semua yang disana hanya menggeleng tak percaya. Ada apa dengan Stefan yang berstatus sebagai ketua axerios itu. Biasanya laki-laki itulah yang selalu bertekad untuk menjadi seorang ketua yang selalu memikirkan anggotanya. Yang selalu maju paling depan ketika axerios dalam masalah.

Arsen yang baru saja keluar dari salah satu kamar mengernyit heran saat seluruh anggota menatap Stefan. Dia yang semula tidur merasa heran karena tiba-tiba tak ada suara yang terdengar. Takut-takut jika ada sesuatu yang mengancam Arsen pun memutuskan keluar.

"Ada apa?" Tanya Arsen meski cukup lama tak ada yang menjawab.

"Stefan ingin mengundurkan diri sebagai ketua," sahut Tyo datar.

Hal itu tentu membuat Arsen langsung menatap Stefan bak ingin membunuhnya dengan tatapan itu.

"Apa itu benar?"

Stefan memutar mata. Dia menatap Arsen dengan tak kalah tajamnya. "Itu benar."

"Kita harus bicara," ujar Arsen mutlak.

Tak ingin berdebat disaksikan oleh banyak orang, Stefan menuruti Arsen yang mulai berjalan ke arah ruangan khusus. Disana mereka berdua duduk berhadapan dengan wajah Arsen yang cukup menyeramkan. Serta Stefan yang tak kalah menunjukkan raut wajah dingin.

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang