Happy reading.
o0o
Kejadian barusan seperti angin yang melintas begitu cepat. Ana menegang dengan tangan memegang dadanya. Jantungnya berdegup kencang. Ana masih menatap tanah dengan pandangan kosong. Baru saja dia hampir kehilangan nyawanya saat sebuah mobil melintas begitu cepat di depannya.
Tubuh Ana ambruk ditanah karena kakinya lemas, seolah tak mampu menumpu tubuhnya sendiri. Dia berada di depan gang rumahnya karena baru saja turun dari taksi setelah sore tadi pergi ke mall dan jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja turun dan taksi itu pergi, ada sebuah mobil putih melesat dengan cepat.
Ini bukan mimpi, tapi sepertinya Ana benar-benar belum percaya apa yang terjadi. Gadis itu terlihat tengah menenangkan diri dan mencoba untuk lebih rileks. Tiba-tiba dia teringat dengan perkataan Stefan beberapa waktu lalu.
Stefan bilang dirinya dalam bahaya. Ada seseorang yang tengah mengincarnya diam-diam. Tapi, dengan bodohnya Ana malah mengira Stefan berbohong. Bahkan dia menolak keras saat Stefan berniat mengantarnya pulang. Dan sekarang lihat keadaanya, tubuhnya lemas sampai jatuh ke tanah. Beruntung sekali tadi dengan cepat ia melangkah mundur sebelum mobil itu menabraknya. Jika tidak, bisa di pastikan sekarang tubuhnya bukan saja jatuh ke tanah, melainkan berakhir di tanah untuk selama-lamanya.
Tadi bukanlah suatu kebetulan. Karena saat akan menyebrang jalan, Ana sudah melihat kanan dan kiri. Dia sangat yakin jika tadi tidak ada satu kendaraan pun. Hanya ada mobil putih yang tadi hampir menabraknya lah yang berada tak jauh dari tempat Ana berdiri. Ia yakin kejadian tadi di sengaja.
Ini nyata.
"Ana!"
Gadis itu menoleh ketika namanya di panggil. Terlihat seorang laki-laki tengah berjalan tergesa menghampirinya. Ana mencoba tersenyum meski tubuhnya masih berada di tanah.
"Kau, kenapa?" Tanya Arion sambil membantu Ana berdiri. Laki-laki itu terlihat cemas melihat tubuh Ana yang terasa lemas.
"Tidak papa," kata Ana yang sudah berdiri dengan bantuan Arion.
"Sungguh?"
Ana mengangguk. Ingin Ana menceritakan kejadian tadi pada Arion. Tapi, lagi-lagi perkataan Stefan terngiang di kepalanya. Dirinya dalam bahaya. Entah apa alasannya dia tidak tahu, tapi yang jelas tadi adalah satu peringatan agar harus Ana lebih waspada. Ana tidak ingin Arion ikut terlibat dalam hal ini. Arion laki-laki yang baik, jika Ana menyeretnya dalam masalah ini, Ana akan merasa sangat bersalah.
"Ana jangan berbohong." Arion terlihat menatap intens wajah. Dirinya merasa ragu untuk mempercayai jika gadis di depannya ini baik-baik saja.
"Aku serius, Arion. Aku tersandung tali sepatuku sendiri," alibi Ana.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang," ucap Arion.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja," sahut Ana sambil tersenyum tipis. Melihat betapa khawatirnya Arion membuat Ana semakin ragu jika laki-laki di hadapannya ini bukan orang yang baik.
"Tidak ada bantahan. Aku akan mengantarmu," ucap Arion tanpa ingin di bantah. Ana hanya mengangguk lemah, jujur kakinya masih sedikit gemetar sekarang.
o0o
Ana, gadis itu tengah berdiri diatas balkon kamarnya. Secangkir kopi menemaninya di dinginnya malam. Sebuah buku yang terbuka diatas meja sebelahnya tak ia hiraukan. Novel yang tadi siang di beli sepertinya tidak membuat Ana mengalihkan atensinya dari langit yang di penuhi bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Again
RandomKetika takdir membawa mereka kembali pada kisah yang belum usai. Segala trauma dan penyesalan hadir di antara mereka berdua yang ditarik paksa oleh garis kenyataan untuk menyelesaikan kisah lama. *Cerita ini murni karangan sendiri. *Revisi setelah t...