Happy reading.
o0o
Hari-hari terlewat begitu cepat. Sudah tiga hari Ana merasa jika dirinya terlalu memikirkan Stefan. Laki-laki itu tidak pernah terlihat di sekolah. Sejujurnya Ana merasa aneh dengan dirinya sendiri yang terus dihantui bayangan Stefan. Tapi, setiap kali dia ingin lupa, kejadian saat bersama Stefan kembali terlintas di otaknya
Sekarang Ana termenung di meja kantin seorang diri. Dia meninggalkan Wesy yang katanya enggan pergi ke surganya siswa/i itu. Sebenarnya begitu riuh disana, namun Ana merasa jika dirinya kesepian. Dia merutuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh untuk memikirkan Stefan. Ana berdecak lalu meminum es teh yang tadi hanya ia mainkan dengan sedotan.
Matanya melihat ketiga orang yang pernah ia jumpai. Teman Stefan. Mereka tengah menyantap makan siang di meja pojok tempat andalan mereka. Tapi, lagi-lagi tidak ada tanda-tanda adanya Stefan disana.
"Ana?"
Ana mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ia tersenyum tipis melihat laki-laki bertubuh tinggi yang kini sudah duduk di hadapannya.
"Kenapa tidak mengajak ku?"
Ana terkekeh kecil. "Aku tidak menemukanmu dimana pun," ujar Ana.
Arion memasang senyum untuk menanggapi ucapan Ana barusan. "Aku dari perpustakaan."
"Kau sangat rajin ternyata."
"Bukan rajin, lebih tepatnya terpaksa." Arion memutar bola mata malas mengingat tentang guru Kimia yang menyuruhnya mencari referensi di perpus hingga menyebabkan kepalanya hampir meledak memikirkan tentang rumus-rumus.
Ana tertawa melihat wajah Arion yang terlihat begitu nelangsa. Sungguh, mood nya sudah sedikit membaik, meski belum sepenuhnya. Masih terganjal sedikit tentang....Stefan.
"Berhentilah tertawa," ucap Arion yang kini tersenyum kecil melihat Ana yang masih tertawa. "Kau tidak memesan makanan?" Tanya Arion yang baru menyadari jika di meja itu hanya ada segelas es teh milik Ana.
Ana menggeleng. "Aku kenyang."
"Aku yang lapar."
Ana kembali tertawa kecil. "Pesan saja makanan," ucap Ana.
"Sebentar lagi bel berbunyi. Mungkin tidak sempat jika aku makan." Arion menghembuskan nafas berat dan menunjukkan raut lesu.
"Kalau begitu pesan saja minuman, itu tidak akan lama. Kau terlihat tidak bersemangat, Ar."
"Baiklah aku pesan minum saja."
Ana mengangguk dan menatap Arion yang kini telah pergi untuk membeli minuman. Gadis itu masih memperlihatkan wajah lesu seperti tadi. Memikirkan hal yang tidak penting hingga lagi-lagi terjerumus ke dalam jeratan Stefan. Ana mengangguk setuju jika dirinya bodoh.
"Kau terlihat lesu," kata Arion yang sudah selesai membeli minuman. Dia kembali ke tempat semula di hadapan Ana.
Ana menggeleng kecil. "Hanya tidak enak badan sedikit," ucap Ana yang tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang merasa sedikit pusing. Mungkin efek tidak sarapan dan tidak makan siang. Entah kenapa selera makannya terenggut paksa seharian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Again
RandomKetika takdir membawa mereka kembali pada kisah yang belum usai. Segala trauma dan penyesalan hadir di antara mereka berdua yang ditarik paksa oleh garis kenyataan untuk menyelesaikan kisah lama. *Cerita ini murni karangan sendiri. *Revisi setelah t...