Happy reading
o0o
Disebuah ruangan yang minim cahaya itu terdapat seorang laki-laki dengan keadaan yang tidak bisa dikatakan baik. Sudut bibirnya lebam, serta pelipisnya mengeluarkan darah akibat goresan sesuatu. Laki-laki itu tersungkur ketika tendangan kembali mendarat diperutnya. Belum sampai disitu lagi-lagi dia diserang dan kini rahangnya lah yang menjadi sasaran.
Sang pelaku terus membabi buta memukuli orang tersebut tanpa ampun. Terlihat jelas raut wajah marah laki-laki yang kini terus menghajar habis mangsanya. Bahkan belum cukup disitu sebuah balok kayu mengenai punggung korbannya hingga teriakan keras terdengar memenuhi ruangan itu.
Stefan yang melihat Arion sudah tidak mampu berdiri lagi hanya memasang wajah datar. Dia melempar kayu yang baru saja digunakan untuk memukul Arion. Cukup keras, namun Stefan pikir itu hanya lah pukulan ringan yang tidak ada apa-apanya.
"Bangun." Stefan memasang raut angkuh saat melihat Arion hanya terdiam sambil meringis kesakitan.
Arion yang kini dalam keadaan tidak berdaya hanya pasrah saja ketika dipukuli bahkan di hajar habis-habisan oleh Stefan. Sialnya lagi Arion tidak bisa mengelak pukulan Stefan yang benar-benar gesit. Bahkan hanya untuk menangkis saja Arion kesulitan. Dia menyesali keputusannya yang pergi keluar rumah malam-malam hanya untuk memastikan keadaan Jane baik-baik saja dan kini dia berakhir disebuah gedung tua yang suram.
Dengan susah payah Arion bangkit sambil memegangi dadanya yang nyeri. Meski sudah dalam keadaan mengenaskan, Arion masih memasang raut wajah menantang ketika berhadapan dengan Stefan. Begitu pula Stefan yang kini menatap tajam Arion yang masih bisa berdiri meski kesulitan.
"Apa masalahmu?" Tanya Arion yang begitu tenang menatap lawan bicaranya.
"Masih berpura-pura menjadi bodoh?" Stefan mengepalkan tangannya menahan emosi.
Arion yang merasa terintimidasi hanya meneguk ludah kasar. "Apa maksudmu?"
"Kau melukai Ana, itu berarti kau ingin ku habisi bukan?" Tanya Stefan datar.
Arion yang memang sudah menebak jika ini berkaitan dengan Ana hanya bisa menghela nafas sedikit lega. Untung saja bukan sesuatu yang lain yang membuat Stefan menghajarnya habis-habisan. Kalau saja Stefan tau
Arion menyembunyikan Jane, mungkin Arion akan langsung bergegas untuk melindungi Jane. Karena sangat tidak memungkinkan bagi Stefan membiarkan gadis itu hidup tenang setelah semua yang telah dilakukan Jane. Dan untuk itu tugas Arion adalah melindungi Jane."Tidak ada alasan bagiku untuk melukai Ana."
Stefan berdecih sinis. Melihat raut tak berdosa Arion membuat Stefan ingin menghancurkan wajah Arion. Jika saja bukan karena sesuatu mungkin Stefan sudah mengubur Arion bersama gadis yang tengah disembunyikan laki-laki itu. Alasan yang membuat Stefan membiarkan Arion hidup tenang sampai kini. Stefan juga ingin tau lebih informasi tentang kedua orang itu, tentu saja dia harus membiarkan Arion berpikir seolah-olah Stefan bodoh dan tidak mengetahui apa pun.
"Kau melukai Ana, maka aku lah yang akan membalasnya. Right?" Stefan tersenyum miring sebelum akhirnya meninju kuat rahang kanan Arion hingga laki-laki itu kembali tersungkur.
"Masih tidak ingin mengatakan apa alasanmu?" Tanya Stefan sambil berjongkok dihadapan Arion.
Arion terkekeh kecil. Lalu menatap Stefan yang tengah menatapnya tajam. "Sama sepertimu, aku mempunya seseorang untuk ku jadikan alasan berbuat sesuatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Again
RastgeleKetika takdir membawa mereka kembali pada kisah yang belum usai. Segala trauma dan penyesalan hadir di antara mereka berdua yang ditarik paksa oleh garis kenyataan untuk menyelesaikan kisah lama. *Cerita ini murni karangan sendiri. *Revisi setelah t...