Happy reading.
o0o
Semakin dekat dengan ujian yang akan datang, kelas dua belas di sibukkan dengan belajar dan belajar saja. Tak ada waktu bersantai karena memang ujian tinggal satu bulan lagi. Beberapa hari terakhir juga banyak yang mengambil les atau mata pelajaran tambahan. Begitu juga dengan Ana yang mengikuti pembelajaran tambahan seusai sekolah berakhir. Di sekolah ini memang membuka les tambahan bagi siapa pun yang ingin ikut. Meski pulang terlambat, setidaknya dia bisa mendapatkan materi lebih untuk persiapan ujian yang akan datang.
Sekarang Ana tengah berada di perpustakaan untuk meminjam buku. Setelah selesai dengan pembelajaran tambahan tadi, ia memang berniat untuk meminjam beberapa buku agar bisa dipelajari di rumah. Gadis cantik itu tersenyum ramah ketika ada yang melewatinya. Memang masih ada beberapa siswa yang juga berada di perpustakaan.
Setelah selesai memilih buku, Ana menghampiri meja penjaga perpustakaan itu. Dia tersenyum tipis saat wanita dengan kaca mata yang memang menjaga perpus itu menatapnya. Wanita itu membalas senyum Ana sambil menulis nomor buku itu di daftar buku yang dipinjam siswa.
"Kau cantik," ucapnya sambil memberikan dua buku yang sudah ia data.
"Terimakasih Buk." Ana tersenyum manis pada guru yang memang menjabat sebagai penjaga perpustakaan.
Guru dengan name tag Lita mengangguk. Setelahnya Ana berpamitan untuk pergi karena memang jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Suasana di sekolah sudah cukup sepi. Hanya ada beberapa siswa yang mengikuti ekskul lah yang masih terlihat disana.
Hari ini harusnya Pram menjemput Ana. Tapi ayahnya bilang ada urusan mendadak di kantornya hingga tidak bisa menjemput gadis itu. Bukan masalah bagi Ana karena memang ia terbiasa naik angkutan umum. Tapi anehnya sekarang tidak ada satu pun kendaraan yang lewat, bahkan taksi pun tidak ada. Pasrah akhirnya Ana berjalan pelan meninggalkan lingkungan sekolahnya. Berharap saja nanti akan ada taksi. Untung lah ibunya tau jika Ana ada pelajaran tambahan, untuk itu Ana tidak perlu takut jika Deluna cemas karena ia pulang terlambat.
Setelah berjalan lebih dari lima menit, Ana melihat Wesy sedang berada di toko bunga yang tak jauh darinya berdiri sekarang. Setelah percakapan mereka di telpon kemarin, Ana berani menyimpulkan jika sahabatnya itu benar-benar membencinya. Nada bicara Wesy berbeda sekali ketika saat pertama kali mereka bertemu. Sekarang gadis itu seolah tidak mengenal Ana.
Ana tersenyum dan berlari menghampiri Wesy. Gadis cantik itu tidak merasa sakit hati dengan ucapan Wesy yang menuduhnya yang tidak-tidak. Wesy tetap sahabatnya, dan tetap begitu.
"Hai Wesy!" sapa Ana ketika sudah berada disisi Wesy yang tengah memilih bunga.
Wesy terkejut mendapati Ana yang kini tersenyum manis padanya. Tatapan tak suka ia layangkan untuk Ana. Memilih mengabaikan Ana, Wesy berjalan ke sisi toko yang masih menampilkan beberapa buket bunga.
Ana yang diacuhkan hanya tersenyum kecut. Ia rindu saat Wesy dulu begitu baik padanya, bahkan Wesy bilang ingin menemani Ana untuk membeli beberapa novel. Tapi lihatlah, bahkan sekejap Wesy berubah menjadi seseorang yang membencinya. Apa salahnya pun Ana tidak tau.
"Kau memilih bunga untuk siapa?"
"Bukan urusanmu," ketus Wesy yang mengambil sebuket bunga mawar putih. Tak mengindahkan tatapan kecewa dari Ana yang ditujukan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You Again
RandomKetika takdir membawa mereka kembali pada kisah yang belum usai. Segala trauma dan penyesalan hadir di antara mereka berdua yang ditarik paksa oleh garis kenyataan untuk menyelesaikan kisah lama. *Cerita ini murni karangan sendiri. *Revisi setelah t...