36. Deeptalk

90 4 0
                                    

Happy reading

o0o

Di depan bangunan tua itu, Stefan berlari untuk sampai di dalam sebuah ruangan dimana ada tiga orang yang begitu ia kenal tengah beradu argumen. Dimana salah satunya ada seorang gadis yang begitu dia cintai tengah dalam bahaya.

Stefan menabrak apapun yang menghalangi jalannya. Di ikuti dengan ketiga temannya yang lain yang turut ikut bersama Stefan.

Sesampainya di lantai atas, tempat dimana dia menemukan seseorang yang begitu dia cintai tengah terduduk dengan penampilan tragis. Rambutnya yang selalu terlihat cantik kini berantakan, wajahnya sembab, dan ada luka di tulang pipinya.

Stefan berlari menghampiri Ana yang tengah menangis, di bawanya gadis itu ke dalam pelukannya. Ruangan itu sepi, tidak ada orang lain selain Ana disana. Entah Stefan yang terlambat atau kedua orang itu telah pergi ketika sadar dirinya akan tiba secepat mungkin kemari.

"Tenang, Ana. Aku disini," ucap Stefan lirih sambil mengusap surai lembut Ana ketika gadis itu masih menangis.

Ana masih menangis dalam pelukan Stefan. Hidup dalam pelarian selama tiga tahun, hingga kini masih saja hidupnya dalam masalah yang belum usai.

"Stefan aku takut," lirih Ana semakin terisak.

Stefan yang mendengarnya sontak semakin erat memeluk gadis itu. Dirinya memberi kode pada temannya yang lain untuk segera pergi dan menemukan dimana Arion dan Jane berada. Dua orang itu, yang membuat gadisnya seperti ini.

"Aku disini, aku tidak akan meninggalkanmu."
Bukan kalimat penenang saja, karena kenyataannya Stefan memang akan selalu ada di sisi Ana.

Setelah beberapa lama mereka hanyut dalam ke terdiaman dan hanya Isak tangis Ana yang terdengar, kini gadis itu mulai tenang dan sudah tak terdengar lagi tangisnya. Barulah Stefan melepaskan pelukannya dan mengusap lembut sisa air mata di pipi gadis itu.

Ana menatap mata Stefan, ada rasa aman yang dia temukan disana. Namun ada juga rasa takut untuk lebih jauh menyelaminya.

"Ada apa, hm? Apa yang terjadi?" Tanya Stefan ketika melihat Ana hanya diam dan menatapnya. Laki-laki itu masih saja mengusap lembut pipi Ana.

Ana membuang pandangannya. Enggan berlama-lama menatap mata Stefan. Takut ia hanyut kembali pada rasa yang pernah dia rasakan dulu.

"Stefan aku tidak menyangka semua ini. Kau tau Arion dia--"

"Aku tau Ana, aku tau semua tentang laki-laki itu. Semuanya bahkan mengenai Jane," sahut Stefan tanpa menunggu kelanjutan ucapan Ana.

Ana terkejut? Tentu saja. Bahkan seketika dia kembali menatap netra hitam Stefan.

"Dan kau tidak memberitahu diriku?" Tanya Ana dengan raut kecewa.

Stefan membasahi bibirnya yang terasa kering. "Sudah. Aku selalu memperingatkan dirimu untuk menjauh dari Arion. Dia berbahaya, dia bukan laki-laki yang bisa di percaya. Tapi kau menghiraukan itu semua, Ana."

"Kau bahkan selalu melihatnya lebih baik dari ku, tapi yang pasti dia laki-laki yang lebih menghancurkan dirimu," kata Stefan dengan suara yang lirih. Menunjukkan dia juga terluka akan perlakuan Ana yang lebih menganggap Arion lebih baik darinya.

Ana terdiam. Perasaan bersalah menusuk hatinya, perasaan yang bahkan tidak bisa dia jelaskan kenapa begitu melukai egonya. Dia selalu menganggap Stefan pria yang buruk, yang dulu pernah menghancurkan hidupnya. Tapi, di sisi lain juga ternyata Stefan selalu melindunginya. Apa ini yang dimaksud Stefan selama ini, jika laki-laki itu memang masih mencintainya, dan bukan hanya merasa bersalah saja.

Why You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang