Kelahiran kembali dari Abu

Bab 10

Ketika Kun Lun memasuki halaman dengan kotak makan siang di tangannya, dia terkejut. Dia berdiri diam, tidak tahu apakah harus Diam atau pergi.

Dia tidak bisa mempercayai matanya. Bos besar ada di dekat dinding dan mendengarkan seorang gadis muda yang mengatakan omong kosong padanya. Biasanya, bos benci ketika orang berbicara omong kosong padanya.

Setiap kali dia dan rekan kerjanya melapor ke bos Perihal pekerjaan, mereka akan mendapatkan angka yang benar terlebih dahulu sebelum menuju ke dia.

Gadis di dekat dinding memang menggemaskan. Bola wol kecil di beanie-nya akan bergoyang setiap kali dia berbicara. Seseorang akan meleleh saat melihat kelucuan seperti itu.

Tetap saja, dia mengoceh, dan bos benar-benar mendengarkannya.

Tak ayal, sang bos, yang seringkali jauh, berdarah dingin, dan menyendiri, bersikap sabar terhadap gadis muda itu.

"Saudaraku, seseorang mencarimu."

Shen Xi adalah orang pertama yang melihat pria yang berdiri di pintu masuk.

Pria itu mengenakan setelan jas yang dirancang dengan baik. Dia tinggi dan menarik dan memiliki kotak makan siang mewah di tangannya.

Dia pernah melihatnya di sisi Li Yuan sebelumnya. Dan li yuan memanggilnya Kun Lun. Li Yuan menatapnya.

Kun Lun bertemu pandang dengannya dan membungkuk hormat padanya. Kemudian, dia berjalan menuju vila.

Shen Xi melihat sesuatu dan matanya berkilauan karena kegembiraan. “Saudaraku, ayahku, Shen Tua, telah kembali. Aku akan pulang, kamu harus pulang dan makan malam juga!”

Li Yuan tampak tidak tergerak oleh kata-katanya dan tidak menanggapinya. Dia memutar kursi rodanya dengan punggung menghadap ke arahnya.

Jauh di lubuk hati, Shen Xi menghela nafas. Dia mengatakan banyak hal dan mulutnya terasa kering.

Namun, dia tetap diam dan berperilaku seolah-olah dia tidak terlihat dan tidak ada.

Kehidupan yang menyedihkan ini tidak ada harapan!

Menyadari bahwa pria itu akan pergi, dia menangis, “Saudaraku, hari ini adalah hari ulang tahunku. Bisakah Anda mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun' untuk saya?”

Satu-satunya jawaban yang dia dapatkan adalah deru angin utara dan suara derit kursi roda saat bergerak di tanah. Pria itu telah menarik batas dengan seluruh dunia dengan tingkah lakunya yang tidak ramah.

Shen Xi menghela nafas panjang. 'Baiklah, jangan menyerah, setidaknya dia membawa bunga itu bersamanya. Itu berarti masih ada harapan.'

Segera, mobil Shen tua tiba di pintu masuk rumahnya. Dia membawa beberapa Kantong besar bersamanya.

Tangganya diletakkan di belakang pohon loquat yang melindunginya dari pandangan. Oleh karena itu, Shen Tua tidak melihatnya ketika dia melangkah ke halaman.

Bunga-bunga di halaman ditanam oleh Shen tua dan Nyonya Yun. Nyonya Yun suka menanam bunga dan lotengnya dipenuhi dengan berbagai jenis bunga, terutama yang langka.

Pohon-pohon loquat di halaman dikirim ke sini dengan susah payah oleh Shen tua dari kediaman lamanya. Ada total delapan pohon di sini.

Delapan adalah angka keberuntungannya. Tidak peduli apa yang dilakukan Nyonya Yun dan Shen tua, mereka ingin angka "delapan" diwakili.

Pada pergantian musim, dia akan merasa tidak nyaman. Dia sering gatal dan batuk.

Di musim panas, Nyonya Yun akan menyiapkan dan menyediakan sirup loquat  untuknya. Dia menegaskan bahwa obat buatannya memiliki kualitas yang lebih baik daripada yang dijual di pasaran, dan juga lebih aman untuk dikonsumsi.

Shen tua sudah mulai berbicara bahkan sebelum dia memasuki rumah. Suaranya juga sangat keras. “Sayang, aku membeli kue. Buat dua hidangan lagi untuk makan malam, dan jangan lupa tentang mie umur panjang.”

Shen Xi mengerutkan kening. Dia sudah mengingatkan Nyonya Yun untuk tidak memberi tahu Shen Tua bahwa dia sudah kembali. Dia ingin memberikan kejutan untuk ayahnya.

Nyonya Yun telah melanggar janjinya!

Shen Zhangqing memasuki rumah, mengganti sepatunya dan mengeluarkan kue. Dia menghitung tujuh belas lilin di atasnya. “Xixi kami berusia tujuh belas tahun hari ini, dan saya bertanya-tanya bagaimana keadaannya di keluarga Su. Mereka kaya dan saya yakin mereka akan mengadakan pesta ulang tahun yang mewah untuknya.”

Sebelum Shen Xi sempat masuk ke dalam rumah untuk mengejutkan ayahnya, air mata mulai mengalir di pipinya.

Shen tua tidak menyadari kepulangannya. Dia bahkan membelikannya kue ulang tahun.