Kelahiran kembali dari Abu

Bab 21

Pei Xu ingin melihat berapa lama Shen Xi bisa mengabaikannya.  Apakah dia mencoba Jual mahal?!

Lin Ge memberinya acungan jempol.  "Jenius, Alpha Xu, rencanamu jenius, Kamu panutanku!"

Pei Xu mengarahkan tendangan lain ke arahnya.  "Aku tahu aku jenius, kamu tidak perlu mengatakan itu lagi!"

Lin Ge menghindari tendangannya.  Dia berpikir sejenak dan menyadari sesuatu yang lain.  "Tapi, Alpha Xu, begitu kamu mulai berkencan dengan Shen Xi, kamu akan 'tercemar'.  Akankah Dewi Wanwan menerimamu lagi?”

Pei Xu menggelegar, "Si*lan!"

Lin Ge menggosok kepalanya.  Dia yakin bahwa dia tidak mengatakan sesuatu yang salah!

Terlebih lagi karena Shen Xi, Alpha Xu telah menyinggung kakak ketiga Dewi Wanwan, Su Mushi!  Bagaimana dia akan menerimanya lagi?

…

Begitu Shen Xi sampai di rumah, dia meletakkan tasnya di samping, mengambil dua batang es krim dan memanjat dinding.

Yun Jinping memandang putrinya dan mengingatkannya dengan lembut, “Hati-hati saat menaiki tangga. Jangan jatuh.”

Memang, Xixi peduli terhadap tetangga mereka. Shen Xi Mengangguk sebagai respon pengingat ibunya dan memanjat tembok dengan cepat.  Dia kecewa ketika pria itu tidak terlihat.

Ketika dia melihat ke bawah, dia melihat bahwa sarapan di keranjang tidak tersentuh.  Dia menggigit bibirnya dan merasa kesal.

Shen Xi yang terganggu memakan es krimnya. Sebuah mobil Rolls-Royce yang membentang melaju menuju rumah dan berhenti di pintu masuk.  Seseorang mendorong pria di kursi roda keluar dari mobil.

Li Yuan sudah memperhatikan gadis di dekat dinding ketika mobilnya berbelok ke jalan.  Dia masih mengenakan seragam sekolahnya dan menunggunya.

Kun Lun mendorong pria itu ke dalam rumah dan mendengar seseorang memanggil “Kakak”.  Dia mengangkat kepalanya dan melihat gadis muda di sana.

Saat matahari terbenam, pancaran cahaya menyinari wajah lembutnya dan kemerahan gadis itu dengan pancaran hangat, membuatnya tampak sangat menggemaskan.

Shen Xi melambai pada mereka dan mengangkat es krim di tangannya.  Dia tersenyum ceria.  “Kakak, kami baru saja membeli es krim ini.  Apakah kamu Mau?"

Kun Lun melangkah pergi.

Li Yuan menggulingkan kursi rodanya ke arah dinding.

Shen Xi menyentak tali yang melekat pada keranjang dan menunjuk makanan di dalamnya.  Dia berbisik, “Kakak, makanannya tidak bisa dimakan lagi.  Bisakah Kamu membuangnya?  Ibuku selalu menyuruhku untuk menghargai makanan.  Itu akan menghancurkan hatinya jika dia melihat ini. ”

Li Yuan bisa melihat kesedihan di mata gadis itu, jadi dia mengangguk.

Shen Xi menyeringai dan berkata dengan lembut, “Kakak, apa yang kamu suka untuk di makan?  Katakan padaku, ibuku tahu segala macam resep. ”

Li Yuan membuka bibirnya yang tipis dan mengucapkan jawaban dengan suaranya yang serak namun tanpa emosi, "Tidak perlu."

Air mata kegembiraan mengalir di pipi Shen Xi.  Pria itu sudah mulai berbicara.  Itu bukan prestasi yang mudah.  Dia mengangkat es krimnya.  "Kalau begitu, apakah kamu makan es krim?  Ini rasa stroberi, dan enak.”

Li Yuan menggelengkan kepalanya.

Kun Lun, yang berdiri jauh, menyaksikan pemandangan yang terbentang di hadapannya dengan tak percaya.

Gadis di sebelah telah menyandarkan dirinya di bagian atas dinding dan mengoceh seperti burung gereja yang berisik.  Dia tidak peduli apakah bos mendengarkannya.

Ada sebuah buku di pangkuan bos.  Jari-jarinya yang panjang dan ramping akan membalik halaman untuk sesaat.  Sedikit kerutan hadir di antara alisnya dan sepertinya dia sedang berkonsentrasi pada bukunya.

Keduanya asyik dengan dunianya masing-masing.  Pembicara tidak peduli apakah seseorang mendengarkan atau tidak, sedangkan pendengar tampaknya tidak memperhatikan.

Jelas bahwa mereka tidak berinteraksi satu sama lain tetapi tenggelam dalam alam semesta mereka sendiri.  Namun, ada sesuatu yang harmonis dan menghangatkan hati tentang pemandangan ini.