Prolog

21.1K 693 73
                                    

PROLOG

Aku masih ingat pertemuan kami.

Hari itu aku tengah berlibur menggunakan kapal pesiar. Hari-hari ku berjalan dengan semestinya, tetapi tiba-tiba sesuatu terjadi...

Aku terbangun oleh suara jeritan seorang perempuan, dengan penasaran aku berjalan keluar kamar. Di lorong aku tidak melihat siapapun padahal sebelumnya aku melihat banyak yang lalu lalang. Aneh sekali Aku juga tidak mendengar kehidupan sama sekali. Seakan akan hanya aku yang ada di kapal ini. tiba-tiba aku teringat salah satu film lama tentang perahu hantu, yang dimana penghuni kapal dibantai habis-habisan hanya karena memperebutkan emas.

Aku menggelengkan kepala berkali-kali. jangan berpikiran yang aneh-aneh, yang ada hanya memperburuk keadaan saja. Dengan perlahan aku berjalan menelusuri koridor, lalu terdengar suara dua orang pria yang tengah berdebat pelan.

Perasaan lega menghampiri, ternyata aku tidak sendirian disini. dengan cepat aku menghampiri mereka. namun langkahku makin lama makin melemah ketika mendengar percakapan mereka

"Kumpulkan semuanya. itu tugas kita. jangan kau bunuh mereka semua. apa kau gila?!"tanya pria yang memiliki tato di tangannya yang kekar

''Aku tidak.." belum sempat ia melanjutkan perkataannya, pria bertato melihatku dengan terkejut

"Hei!"panggilnya

Dengan panik aku berlari meninggalkan mereka berdua. aku tidak tahu harus bersembunyi dimana. Demi Tuhan sekarang aku berada di tengah lautan, walaupun berhasil pergi dari kapal ini, sedikit peluang bisa selamat.

Aku tidak boleh panik! aku harus menemukan cara untuk menghindari kedua pria yang masih mengejarku.

Lama aku berlari tanpa arah, ketika aku menoleh kebelakang ternyata kedua pria itu sudah tidak ada. Syukurlah. Sekarang aku harus mencari kemana semua orang pergi, kalau benar mereka menyandera semua orang, aku harus bagaimana? Sekarang kapal ini berada di tengah lautan. Apa aku harus nekat terjun dari kapal ini dan berenang ke pulau terdekat?

Sama saja cari mati!

Salah satu cara yang masuk akal, aku harus mencari cara untuk menggunakan sekoci, walaupun aku tidak tahu apa-apa tentang kapal pesiar. Tapi lebih baik mencoba daripada tidak berbuat apa-apa —

Tiba-tiba aku terjatuh ketika tanpa sengaja menabrak sesuatu Alhasil aku jatuh terduduk dengan sangat keras.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya pria berambut pirang di depanku dengan raut wajah yang panik aku menatapnya lekat. Mata coklat miliknya menatapku dengan sangat intens "Aku tidak apa-apa" kataku sambil menerima uluran tangannya

Tidak Ku hiraukan sengatan ringan di telapak tanganku ketika kulit kita bersentuhan. Pria itu ternyata sangat tinggi. Dengan tinggiku yang 170 cm, aku hanya berada di bawah telinganya. aku mundur beberapa langkah menjauhinya

"Apa kau tahu kemana semua orang?" tanyanya cemas

aku menghela napas lega, ternyata dia salah satu wisatawan

aku menggelengkan kepala pelan "Aku tidak tahu. aku terbangun ketika mendengar suara teriakan perempuan lalu ketika aku keluar kamar, semua orang sudah tidak ada. hanya saja..." aku menelan ludah takut "Tadi ada dua pria mencurigakan yang akan membawa semua orang" lanjut ku pelan

pria itu melebarkan kedua matanya "Apa kau serius? sial kita harus berhati-hati. sekarang kita harus mencari tempat yang aman" katanya sambil mendorong pelan punggunguku

"Siapa namamu?"tanya pria berambut pirang itu lembut.

"Cecilia, Kau?

"Aku Darren" jawabnya sambil tersenyum lebar. senyuman nya membuat jantungku berdebar dengan sangat cepat. Aku menggelengkan kepala berkali-kali. Apa yang kau pikirkan, Cecillia! ingat Miguel. Ngomong-ngomong tentang Miguel, aku harus mengambil telepon genggamku untuk menghubunginya.

Mungkin dia bisa menolong kami dengan mengirimkan tim penyelamat.

"Ada apa?"tanya Darren bingung

"Aku harus kembali ke kamar. aku ingin menghubungi tunanganku"

Darren menatapku intens "Kau ingin orang jahat itu menemukanmu? kita sedang terancam dan kau memikirkan tunanganmu?" tanyanya sinis

"Aku menghubunginya hanya ingin meminta pertolongan" bela ku sedikit kasar

"Tidak. aku tahu dimana kita harus minta pertolongan" Darren mendorong sedikit kasar punggungku

Awalnya aku ingin melawan tapi tatapan yang Darren berikan sangat menakutkan tapi walaupun begitu, entah kenapa aku merasa sedikit aman dan nyaman di dekatnya

Tapi ada kejanggalan... kenapa Darren mengarahkan kami ke dek kapal? bukannya kalau memang kapal ini di bajak, hal yang harus dihindari adalah dek kapal? atau itu hanya pikiranku saja? barangkali dek kapal adalah tempat yang aman.

Aku harus mempercayai Darren karena langkahnya yang pasti, aku yakin dia tahu jalan keluarnya. Setibanya di pintu menuju dek kapal, Darren menatapku dengan senyuman menyeramkan. dengan refleks aku menahan badanku, tapi Darren hanya tersenyum sambil membuka pintu. Angin langsung berhembus dengan kencang mengenai wajahku. Tubuhku mematung ketika melihat banyak pria disana dan 5 diantaranya membawa senapan laras panjang.

"Mereka teman temanku. tidak usah takut" ujarnya lembut.

Ragu -ragu aku berjalan mendekati mereka. tiba-tiba aku melihat pria bertato yang sebelumnya mengejarku.

dengan panik aku mengguncang bahu Darren

"Darren, pria itu yang tadi mengejarku" pekikku tertahan "Kita harus pergi dari sini sebelum mereka mengetahui keberadaan kita" Lanjutku was-was sambil menarik tangan Darren kearah pintu

Tetapi Darren hanya mematung disana sambil menatapku "Mereka teman-temanku" ulangnya sambil menyeringai

Aku tertegun lalu dengan cepat mencoba lari menjauhi Darren tapi ia langsung menggenggam pergelangan tanganku dengan kasar

"Mau pergi kemana, sayang?"

Aku memukul dan mencoba melepaskan genggaman Darren tapi ia tidak bergeming bahkan tidak merasakan kesakitan ketika aku mencakar tangannya. ia hanya tersenyum lebar

"Wah apa yang kau bawa Darren?" Seorang pria berjalan mendekati kami

Badanku bergetar dengan sangat hebatnya dan pandanganku mulai memburam karena air mata yang sudah menumpuk di pelupuk mata. "Tolong lepaskan aku" bisikku memohon walaupun aku tahu itu sia sia. Tanpa bisa ditahan lagi, air mataku menetas dengan sangat deras merasa putus asa.

Darren tersenyum manis "Tidak sayang, aku menemukanmu. jadi kau milik kami sekarang" dengan keras Darren mendorongku ke dalam pelukan Pria yang tadi menghampiri

Pria itu langsung memeluk pinggangku erat.

''Bagaimana Damon?" tanya Darren dengan senyum mesumnya

Damon menghirup aroma leherku dalam-dalam "Sangat wangi dan belum tersentuh siapapun. masih perawan" katanya tersenyum lebar dengan nada sedikit tidak percaya

aku mendorong perut Damon dengan keras "Apa yang kau lakukan. lepaskan Aku!" teriakku sambil mencubit keras perut Damon.

Damon pun tertawa kencang seakan akan mengejekku "Cubitan mu sangat manis, sayang. aku tidak sabar untuk menerima cubitanmu yang lain" bisiknya serak

Darren yang sedari tadi memperhatikan kami malah tertawa lalu ia berdiri di belakangku

"Aku juga sudah tidak sabar untuk mencicipinya" Darren meremas bokongku sambil mendorongnya, sehingga perutku bergesekan dengan kejantanan milik Damon.

Milik Damon makin mengeras dan membesar, lalu ia mendesah panjang

"Tolong lepaskan aku" isakku. Oh tidak. apa yang aku lakukan dimasa lalu sehingga sekarang aku berada diposisi seperti ini. Aku tahu apa yang akan mereka lakukan padaku.

Masih teringat jelas dongeng yang sering Bibi ceritakan padaku tentang seorang wanita yang diculik oleh kawanan bajak laut. Wanita itu akan dijadikan pelampiasan nafsu bejat mereka dan setelah mereka puas, wanita malang tersebut langsung dibuang kelautan untuk dijadikan santapan hewan lautan. Apa nasibku akan sama seperti wanita malang tersebut? Memikirkan hal itu membuat ku mual.

Aku terus meronta dan memohon tapi Tentu saja mereka mengabaikan permohonanku. Darren tiba-tiba mencium leherku sambil menggesekan miliknya yang mengeras ke bokongku

"Kami telah menemukanmu. Jadi kau milik kami sekarang" bisiknya serak

My Pirates #2 Immortal SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang