Malam hari di Jakarta memang penuh dengan berbagai kesibukan. Dan sekarang, aku sedang berada di salah satu cafe di kota metropolitan ini.
Menemani orang yang sangat kucintai. Dia sedang bekerja bersama teman-teman bandnya.
" Kamu tunggu di sini dulu yah " ucapnya sembari menyentuh atas kepalaku yang terbalut hijab.
" Iyah, abang semangat kerjanya " sahutku antusias.
Saat sedang mengobrol, tiba-tiba ada teman band bang Hafid datang.
" Loh.. Lilis juga ikut? " Sahut pemuda itu
" Iyah, pengen liat perform kalian " jawabku
" Wihhh boleh juga tuh. Yaudah aku mau persiapan dulu " pamitnya.
Satu-persatu, orang datang ke cafe ini. Kursi yang tadinya kosong, sudah mulai terisi. Mayoritas, yang datang adalah pasangan muda yang sedang bersenang-senang.
Tak lama band dari bang Hafid sudah keluar. Terdengar beberapa sorakan dari pengunjung yang menantikan penampilan mereka.
Alunan gitar mengawali lagu mereka, disusul dengan suara bang Hafid yang aku yakini membuat para wanita disini mengaguminya.
Sesekali ia menatapku sembari terus bernyanyi. Tidak tau kenapa, rasanya aku sangat terharu saat dia menatapku. Seperti ada rasa yang tak bisa ku jelaskan. Sorot matanya sangat jelas memancarkan rasa kasih sayang.
Aku melihat wanita di sebelahku menatap bang Hafid dengan pandangan memuja. Hal itu membuatku merasa beruntung menjadi wanita yang dicintainya.
" Aku tidak akan pernah melupakan pertemuan pertama kita " gumamku sambil mengingat masa lalu.
Flashback on
" Ayah... " Tangisku dengan putus asa
" Ayah kenapa pergi secepat ini? aku masih butuh Ayah disampingku. Aku masih mau berbagi cerita sama Ayah.. kenapa aku malah ditinggal " aku menangis di atas nisan Ayahku yang baru saja meninggal dunia.
Saat itu duniaku benar-benar hancur. Aku merasa hanya seorang diri di dunia ini tanpa siapa-siapa. Aku merasa sangat kacau dan marah. Aku meluapkan semua rasa yang ada di hatiku dengan menangis.
Rasanya sesak sekali berada di pemakaman itu, tapi aku masih ingin bersama Ayahku disana. Aku masih tidak rela, aku menangis histeris seorang diri disana.
Tiba-tiba kurasakan ada yang menyentuh pundakku...
" Ikhlaskan... "
" Semua ini adalah takdir " ucap seorang pria di belakangku.
Aku menoleh menatap orang itu. Lalu ia duduk di sampingku. Dia menatap nisan Ayahku, entah apa yang ada di pikirannya.
" Kita sama "
" Aku juga kehilangan orang yang telah melahirkanku "
Aku masih terdiam dan memilih tidak bicara...
" Kamu boleh nangis semaumu sekarang, tapi besok jangan lagi.. "
" Aku yakin Ayahmu tidak suka melihat anak gadisnya menangis seperti ini " ucapnya yang membuatku semakin menangis
" Ikhlaskan... Kamu harus percaya dengan takdir Allah. Ia tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya "
" Kamu pasti bisa keluar dari rasa sedih ini "
" Yang Ayahmu butuhkan saat ini hanya satu "
" Yaitu Do'a "
Hatiku sangat tersentuh dengan kata-katanya. Ia mampu membuatku sadar dari belenggu kesedihan. Setelahnya kami berdo'a bersama untuk Ayahku.
" Ini untukmu " ia menyodorkan sebotol air mineral untukku.
" Terimakasih sudah membuatku sadar " ucapku
" Sama-sama. Bukankah sesama manusia harus saling mengingatkan " ia tersenyum padaku. Senyum yang memancarkan keteduhan.
" Kalau boleh tau namamu siapa? " Tanyanya
" Namaku Lilis. Kalau kamu? "
" Aku Hafid "
Setelah beberapa menit berdiam diri. Akhirnya ia angkat bicara.
" Mau ku antar? Sepertinya kamu tidak membawa kendaraan " tawarnya padaku
" Tidak perlu repot, aku bisa pulang sendiri " tolakku sungkan
" Tidak repot sama sekali "
Flashback off
Suara gemuruh tepuk tangan menyadarkanku dari lamunan. Aku juga ikut bertepuk tangan karena band mereka sudah selesai tampil.
Bang Hafid menghampiriku sambil membawa gitarnya. " Kamu suka pertunjukannya tadi? " Tanyanya lalu duduk di depanku.
" Sangat suka " balasku seadanya.
" Tapi kenapa tadi melamun? "
" Ngga ada apa-apa bang, tadi cuma teharu aja sama nyanyiannya "
" Karna itu memang lagu buat kamu "
" Aku? "
" Iya kamu, yang lagi duduk di depanku " ia tertawa
" Aku bahagia "
" Bahagia bersamaku? " Tanya bang Hafid dengan wajah yang dilebih-lebihkan
" Iya" aku mengangguk
" Tetap bahagia seperti saat ini, jangan ada air mata lagi " ujarnya tersenyum
" Mau makan apa? "
" Abang pesen aja yang disuka, aku ngikut " jawabku
" Okee, aku pesenin yang banyak buat kamu. Biar tambah gede hahaha "
kami menikmati makan malam dengan penuh canda tawa. Bang Hafid menceritakan bagaimana ia bisa menciptakan lagu untukku dan aku menanggapinya dengan penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIX DESTINY
HumorUntuk yang berminat aja! 《This is not real story!!!》 Kata orang, masa putih abu-abu itu sangat menyenangkan. Tapi, tidak dengan 6 orang ini. Banyak peristiwa yang bahkan diluar pikiran mereka.