10. Rain

123 25 6
                                    

* * *

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * *

Dua hari kemudian setelah latih tanding dengan Aoba Johsai yang menyebabkan tangannya cedera, Hikari beringsut bangun ketika alarm ponselnya berbunyi pada pukul enam, dia meraih benda pipih yang ada di nakas kecil disamping kasurnya lalu dia menguap sembari merenggangkan tubuhnya sejenak setelah mematikan alarm.

Ia mengerjapkan kedua manik matanya beberapa kali sebelum akhirnya dia berhasil memfokuskan retina matanya dan menatap keluar jendela, gadis itu mendengus ketika mendapati pagi ini hujan cukup deras biarpun tak terlalu.

Namun ketika dia melihat ke arah langit yang dimana gelapnya masih cukup lumayan dan rata dari atas kasur tak lupa dengan keadaan selimut yang masih menutupi kedua kaki kecilnya saat ini, dia sudah bisa menebak kalau hujan tak akan berhenti sampai menjelang jam makan siang nanti.

Dia hanya bisa menghela nafas, sebenarnya dia kurang suka harus membawa payung kesekolah ketika hujan, tapi mau apalagi. Dari pada datang ke sekolah basah kuyup terus sakit, kan nggak lucu. Mana badan lagi edisi di porsir sama kegiatan klub sekarang selain belajar biasa disekolah.

Hikari kini beranjak dari kasur lalu merapikannya dengan gesit, kemudian dia mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

"Oh, baru aja mau Niichan bangunin."

Ucapan sang kakak membuat kedua manik mata Hikari menoleh ke arah saudara semata wayangnya itu dikala tangan kirinya baru saja meraih kenop dan membuka pintu kamar dikala tangan kanannya baru saja menyampirkan tas sekolahnya ke bahu kanannya setelah dia sudah selesai bersiap mengenakan seragam sekolah lelakinya.

Hikari mengulas senyum.

"Ohayo, Niichan." sapanya.

Sang kakak tersenyum.

"Ohayo, sarapan dulu yuk." ajak saudaranya kemudian.

Hikari mengangguk, dia kemudian menutup pintu kamar dan keduanya beranjak ke meja makan, sang ibunda menoleh ke arah kedua anaknya dengan tatapan sayang.

"Hikari, bagaimana keadaan tanganmu?"

Pertanyaan sang ibu disambut senyuman oleh Hikari.

"Tenang saja, Kaa-san. Aman terkendali, kok." balasnya.

"Jangan paksakan diri loh, ya. Ingat, masih proses pemulihan." sahut sang kakak.

Adiknya mendengus.

"Aku tau."

Keduanya kini sarapan lebih dulu mengingat mereka sama-sama ada jadwal pelajaran pagi ini, sang kakak harus berangkat pagi ke kampusnya karena ada perubahan jadwal dadakan, padahal seharusnya hari ini dia libur tapi ya udahlah.

Dari pada bikin masalah ye kan.

Tidak lama berselang, keduanya usai sarapan dan mereka langsung bergegas berangkat, dimana sang kakak harus mengenakan jas hujan karena dia membawa sepeda ke kampus, lain halnya dengan Hikari yang berjalan kaki ke sekolah jadi dia masih bisa membawa payung lipat miliknya.

My Half [Tsukishima Kei x Udai Hikari]Where stories live. Discover now