14. Edisi Protektif

98 9 0
                                    

* * *

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * *

Setelah selesai beres-beres dengan gesit sebelum jam 10 malam yang dimana seragam keduanya sudah aman, Hikari membuka pintu kamarnya sembari menenteng dua gantungan baju yang diisi dengan seragamnya dan seragam Tsukishima yang sudah kering, rapi dan wangi.

Tsukishima yang duduk lesehan di atas futonnya yang sudah dibentang serta disusun dengan rapi disamping kasur Hikari pun menatap ke arah gadis itu dalam diam setelah yang empunya kamar menutup pintu lalu menggantung seragam mereka, dia sebenarnya canggung dengan keadaan seperti ini, tapi memang keadaan yang terjadi antar keduanya memang harus dilakukan daripada dia sekamar sama kakaknya Hikari, bakal lain lagi ceritanya.

Hikari kemudian menghempaskan tubuhnya keatas kasur setelah menarik dan menghela nafas kasar.

Gadis itu kemudian memutar arah wajahnya dan menatap lelaki blonde yang kini sedang memunggunginya, masih pewe alias posisi enyak duduknya. Mager gerak.

"Udah kabarin kakakmu kalau gak bisa pulang?" tanya Hikari, memecah keheningan antar keduanya ditengah suara hujan yang masih melanda malam ini.

Masih aja deras.

Tsukishima hanya bergumam pelan menandakan jawaban iya, membuat Hikari akhirnya tak berbicara banyak dan manik mata gadis itu berpaku kepada rambut blonde milik kekasihnya dalam diam.

Ingin rasanya dia menyentuhnya, namun disaat yang bersamaan dia juga khawatir jika lelaki itu tidak menyukainya jadi dia terpaksa mengurungkan niatnya, sampai akhirnya tubuh si jangkung itu bergerak dan yang empunya surai blonde itu menoleh lalu keduanya bertatapan mata sesaat dikala Hikari masih dalam posisinya.

Tenang, Hikari pakai celana selutut, kok.

"Kau capek, kan? Kenapa gak langsung tidur?" tanya Tsukishima.

Gadis itu tetap diam.

"Pengen langsung tidur sih sebenernya, cuma ..."

Ucapannya yang tergantung membuat kekasihnya itu hanya bisa menatapnya bingung.

"Cuma?"

"..."

"..."

Hikari menghembuskan nafas sedikit berat lalu beringsut duduk disamping Tsukishima sembari menjaga jaraknya.

Takut kepergok kalo terlalu nempel, padahal aslinya nggak ngapa-ngapain tapi takut otak kakaknya itu mikir yang macam-macam nanti seandainya saudara yang 'menyebalkan' bagi Hikari tiba-tiba nongol macem setan.

"Aku pengen pegang rambutmu. Tapi aku tak mau asal-asalan karena takut kau tidak nyaman kalau aku serampangan gitu aja dari posisiku tadi sebelum kau menoleh ke arahku." ucap gadis itu lirih ketika mengungkapkan isi hati dan keinginan barusan ini.

Namun kata demi kata yang meluncur dari mulut manisnya itu masih bisa didengar dengan jelas oleh lelaki yang masih duduk manis disampingnya saat ini walaupun rintik hujan yang jatuh ke atas genteng serta membasahi bumi malam ini masih deras dan suaranya cukup memekakkan telinga keduanya.

My Half [Tsukishima Kei x Udai Hikari]Where stories live. Discover now