-32-

35 2 0
                                    

Happy reading ✨

Salsa kini sudah sampai di depan kantor Papanya yang terlihat tidak seramai dulu, padahal ini belum waktunya jam pulang kerja. Salsa yang ingin masuk tapi terhalang olah security yang berjaga di depan.

"Anda bukan karyawan disini, anda tidak memakai kartu pengenal. Mohon untuk tidak masuk untuk keamanan." Ujar Security itu.

"Pak saya mohon. Saya anak dari Papa saya Fano direktur perusahaan ini Pak."

"Apa bukti anda?"

"Nama Saya Aditya Salsa Wulansari. Nama depan saya sama seperti nama Papa saya kan Pak? Saya mohon Pak ini penting! Demi keselamatan Papa saya dan perusahaan ini!"

Security itu langsung memperbolehkan Salsa masuk ketika alasan Salsa yang menyangkut kepentingan perusahaan tempat ia bekerja. Sebetulnya ia tahu, bahwa perusahaan ini sedang mendapatkan penurunan penghasilan yang sebenarnya banyak tapi kini semakin terkikis entah dimana dan apa yang terjadi. Sehingga karyawan yang bekerja disana lebih memilih mengundurkan diri karena gaji mereka yang selalu tertunda.

"Kak, Apa Papa saya masih ada dirungannya?" Tanya Salsa kepada salah satu karyawan yang bertugas untuk memberitahu kalau ada tamu yang penting.

"Maaf, kamu siapa ya? Siapa Nama Papa kamu?"

"Aditya Putra Fano. Direktur disini."

"Sebentar saya telfon Pak Fano dulu ya."

Salsa mengangguk lalu menunggu panggilan itu berakhir.

"Maaf, tapi Pak Fano sedang tidak menerima tamu siapapun. Silahkan pergi dari sini, dan coba lain waktu."

Salsa tetap nekat pergi keruangan tempat Papanya bekerja meskipun ia dikejar oleh beberapa karyawan sampai di ruangan Fano. Fano terkejut melihat apa yang sedang ia lihat sekarang. Kaki yang tadinya di atas meja, ia langsung turunkan.

"Maaf Pak, anak muda ini memaksa untuk masuk." Jawab salah satu karyawan sambil masih ngos-ngosan. Fano mencoba untuk meredam amarahnya sambil masih menatap Salsa tajam.

"Keluar kalian." Usir Fano kepada karyawan itu. Mereka langsung menurut dan keluar dari ruangan yang menyisakan Salsa dan Fano.

"Kamu tidak dengar apa yang dikatakan Karyawan saya? Saya sedang tidak menerima tamu siapapun itu!!!" Bentak Fano di akhir kata.

"Pa Tante Intan itu jahat."

"Apa yang kamu tau tentang istri saya? Sudah berani masuk dengan tidak sopan dan sekarang kamu bilang istri saya jahat?!"

"Salsa ga bohong Pa! Dia udah Bunuh orangtuanya teman Salsa." Fano malah tertawa mendengar itu.

"Kamu itu sudah gila? Istri saya orang baik! Fitnah kamu!!"

"Dia udah menipu pa! Dia bawa semua uang perusahaan milik orangtua teman Salsa dulu, sampai-sampai orangtua Teman Salsa meninggal karena kecelakaan yang udah direncanakan Istri Papa." Fano tiba-tiba diam tak mampu menjawab, tapi ia masih tetap membela istrinya itu yang menurutnya tidak bersalah.

"Papa mau bukti? Salsa bakalan telfon temen Salsa kok, bentar Salsa bakalan telfon dia biar papa percaya." Salsa debgan cepat mengambil handphonenya lalu menghubungi Rayhan. Tapi sial bagi Salsa, orang yang sekiranya bisa membantunya malah tidak mengangkat telfon darinya.

Fano tertawa melihatnya. "Salsa-Salsa, mana? Tidak ada bukti. Saya tau itu hanya permainan kamu karna kamu pasti tidak suka dengan istri saya!! Kamu bersekongkolkan dengan Mama kamu itu?! Jawab!!!"

"Kenapa sih Papa selalu ga percaya sama Salsa? Niat Salsa baik Pa. Salsa cuma ga mau Papa kenapa-kenapa. Salsa ga bohong Pa, Tante Intan itu jahat!"

"Karna kamu bukan Anak saya. Lantas? Kanapa kamu masih memanggil saya Papa?" Jawab Fano dengan entengnya.

"Papa boleh kok ga menganggap Salsa anak Papa. Salsa akan buktikan ke Papa kalau Tante Intan itu ga sebaik yang Papa kira, Salsa bakalan datang lagi kesini. Ini bukan sandiwara Pa, ini nyata. Salsa ga main-main Salsa ga berbohong. Ingat Pa, penyesalan selalu datang di akhir. Salsa sama Mama selalu terbuka kok untuk Papa, Salsa sayang Papa." Ujar Salsa lalu keluar dari ruang Fano dengan berat hati. Fano hanya memandangi Salsa yang keluar dari ruangannya sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.

+++

Salsa kini masuk kedalam rumahnya. Dinda langsung menghampirinya dan menanyakan apa yang tadi terjadi.

"Gimana? Papa kamu sudah percaya?" Tanya Dinda sambil memegang kedua bahu Salsa yang kini menunduk menyembunyikan kekecewaannya.

"Usaha Salsa belum berhasil Ma."

"Ya udah jangan sedih, masih ada waktu. Besok temui Papa kamu lagi, Mama yakin Papa kamu akan percaya nanti." Ujar Dinda sambil tersenyum lalu memeluk Salsa hangat.

"Sekarang kamu Mandi terus kita makan malam yah." Salsa mengangguk sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Dinda.

"Ma, Salsa tau Papa pasti percaya sama Salsa, cuma Papa hanya tidak mau dia terlihat peduli dan percaya di depan Salsa." Ujar Salsa di sela-sela mereka makan malam.

"Papa kamu itu lebih membesarkan gengsi Nak. Atau mungkin karna Papa kamu terlalu sayang kepada istrinya Intan itu."

"Salsa bingung Ma, Mama tau mulai kapan Papa dekat dengan Tante Intan?"

"Mama ga tau sayang. Udah jangan bahas itu dulu yah?, Kita fokus makan dulu." Ujar Dinda lalu mengelus lembut kepala Salsa.

°°°

Votenya dulu:*

_NEXT PART_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strong Gril Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang