Part 2

8 2 0
                                    

Setelah dari rooftop tadi, Mario sedikit acuh pada Gizha dan yang lainnya, ia masih termakan cemburu pada Gizha, padahal gadis itu saja tidak tahu jika sahabatnya ini cemburu.

Mario memandangi Gizha yang berjalan dengan santai menuju kearahnya, tidak lebih tepatnya ke pintu gerbang tanpa menoleh kearahnya sedikit pun.

Sontak saja ia beranjak dari motornya dan mendekati Gizha yang sedang berdiri menunggu jemputan.

"Ayok pulang " Ujar Mario yang mengagetkan Gizha. Gadis itu menatap kearahnya datar.

"Sama Bang Geo"

"Gue udah telpon Bang Geo, dia gak bisa jemput, lo. Lagi sibuk ngerjain proposal. Udah sama gue, tunggu sini gue ambil motor dulu" Mario berlari kecil ke parkiran untuk mengambil motornya

Gizha berdecak kesal, pasti Mario yang menyuruh Abangnya untuk tidak menjemput.

"Ayo naik" Seru Mario yang sudah berada didepan Gizha dengan motor besarnya

Gizha naik tanpa drama pada kebanyakan cewek lainnya jika naik motor besar.

"Ke toko buku dulu" Ujar Gizha sebelum Mario melajukan motornya, Mario hanya menganggukkan kepala untuk menjawab perintah gadis maniak buku itu.

Sesampainya di took buku mereka berjalan berdampingan dengan Mario yang menggandeng tangan Gizha, sudah seperti sepasang kekasih. Nyatanya mereka hanya sahabat yang terjebak dalam perasaan masing-masing, atau mungkin hanya sepihak

"Nyari buku apa sih"

"Psikologi"

"Lo, mau jadi psikolog?" Tanya Mario yang masih membuntuti gadis itu mencari buku yang ia inginkan

"Gak harus jadi psikolog dulu untuk belajar tentang hal psikologi, kan ?" Tanya Gizha balik, membuat Mario mengedikkan bahunya acuh, ia akan selalu kalah berdebat jika bersama Gizha

"Berarti gak harus jadi pacar dulu, untuk cinta seseorang kan, Giz?" Tanya Mario dengan nada serius

Gizha diam, tidak menjawab. Tiba-tiba ia merasa gugup dengan pertanyaan Mario

"Jawab dong" desak Mario

"Ya gitu"

"Ya gitu apa Gizhaaa"

"Gak harus pacaran dulu untuk bisa cinta sama seseorang. Tapi untuk cinta sama seseorang berarti, lo harus siap untuk sakit hati, jika orang itu gak cinta balik sama,lo." Ucap Gizha serius lalu berlalu kekasir untuk membayar belanjaannya, meninggalkan Mario yang terpaku ditempatnya dengan senyum miris tercetak di bibirnya.

Setelah kembali dari took buku, Mario dan Gizha sama-sama diam dalam perjalanan tidak ada yang membuka suara, bahkan ketika sampai didepan rumah Gizha pun Mario tidak ikut mampir seperti biasanya, ia beralasan akan pergi ke tempat Samuel, Gizha hanya mengiyakan tanpa banyak tanya, padahal tidak biasanya Mario enggan mampir kerumahnya walaupun nanti akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang lain.

Sedangkan ditempat lain Mario sedang duduk melamun diatas soffa dikamar Samuel. Kedua sahabatnya sedang bermain Ps, Mario sama sekali tidak berminat ikut main, padahal biasanya ia yang paling bersemangat.

Tadi siang Mario masih mendiami sahabat-sahabatnya, tapi sekarang mereka tampak biasa saja, itulah persahabatan laki-laki.

"Lo, kenapa sih. Ngelamun muluh dari tadi, kalau ada masalah itu cerita, kita sahabat kalau, lo lupa" Ujar Samuel yang tetap asik dengan stick ps nya tanpa memandang Mario

"Ais kalah kan" lanjut Samuel yang mendapat senyum mengejek dari Wisnu

Mereka berhenti dengan permainan ps dan beranjak ikut duduk di soffa dengan Mario yang diam sedari tiba dirumah sahabatnya tadi.

"Ada masalah" tanya Wisnu yang menatap Mario dengan tatapan datarnya

Mario menghela napasnya pelan, lalu menyandarkan kepalanya di soffa sambil menatap langit-langit kamar Samuel.

"Gue,,,suka sama seseorang"

"Hah ? siapa? "

"Gizha ?" Telak Wisnu membuat Mario langsung menatap kearahnya dengan tatapan terkejut begitupun Samuel

"Lo, suka sama Gizha, Mar ? wahh wahhh" Heboh Samuel menggelengkan kepalanya tanda tak percaya

"Dari mana lo tau, Nu?" Seru Mario

"Gelagat lo"

Mario terdiam, apa benar sikapnya selama ini mudah dibaca sahabatnya ini.

"Mar, jawab elahh,,, lo beneran suka sama Gizha?" tanya Samuel tak sabaran, Mario menatapnya kesal

"Kalau ia kenapa ? Salah?" Jawab Mario dengan nada tinggi yang juga terlihat kesal membuat Samuel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia kan hanya berniat untuk tanya kenapa Mario terlihat marah

"Yaudah sih, gue cuma tanya doang, ngegas lo"

"Mulut mulut gue"

"Tapi gue tanyanya biasa aja, njing"

"Gue juga jawabnya biasa aja bangsat"

"Lo, ngegas tolol"

"Lo juga bego"

"Lo berdua bisa diam gak sih" Potong Wisnu membentak kedua sahabatnya yang berdebat seperti anak kecil. Wisnu menatap keduanya malas.

Mario dan Samuel jika sudah berdebat maka Wisnu yang selalu jadi penengah

"Gue cabut, berisik lo berdua" Ujar Wisnu lalu beranjak mengambil jaket dan kunci motornya diatas meja dan berjalan keluar tanpa menoleh pada kedua sahabatnya, yang menatapnya cengoh

Wisnu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, pikiran tertuju pada Gizha. Ia memilih pergi dari rumah Samuel karena tiba-tiba saja dadanya membutuhkan pasokan udara yang lebih banyak setelah pengakuan Mario yang mengatakan bahwa ia menyukai seseorang dan ternyata itu adalah Gizha, sungguh Wisnu merasa dadanya sesak. Ia tahu selama ini Mario menyukai Gizha, dari gelagatnya dan sikap cemburuannya itu sudah bisa Wisnu simpulkan bahwa sahabatnya menyukai, Gizha.

Lantas, mengapa dengan dirinya yang merasa tidak terima jika ada yang menyukai Gizha. Wisnu terus berusaha menepis kenyataan bahwa hatinya juga tertuju pada gadis itu.

"Gak, lo gak boleh suka, Gizha. Dia sahabat lo, Nu. Jangan suka Gizha" Gumam Wisnu pada dirinya sendiri sambil terus menerobos malamnya jalanan ibukota yang tampak ramai

Prolog Untuk GizhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang