Part 13

3 0 0
                                        

Thalia termenung dikursi taman kecil belakang sekolah. Bel pulang sudah 10 menit yang lalu namun gadis itu masih saja betah termenung tanpa takut keadaan sekolah yang mulai sepi

Thalia tahu, ia tidak akan bisa mendapatkan hati Mario. Mungkin kini ia bisa berbangga diri karena sebentar lagi akan menjadi tunangan dari seorang Mario Pranaja

Namun perkataan sahabat-sahabat Mario tadi terus berputar di kepalanya. Ia sadar bahkan sejak awal ia datang ke kehidupan Mario ia sudah tahu bahwa akhirnya akan seperti ini. Mario tidak akan bisa ia raih, hatinya.

Thalia ingin membatalkan perjodohan konyol ini tapi Thalia tidak akan bisa membantah permintaan orangtuanya, terlebih ayahnya. Itu mustahil

Sesungguhnya ia hanya tertarik pada Mario, bukan mencintai pria itu karena dirinya sendiri mencintai pria lain.

Thalia menghembuskan nafasnya kasar, memejam sebentar untuk menetralkan emosi dalam dadanya, pikiran kacau. Ia juga sama halnya dengan Mario, tidak menginginkan perjodohan ini tapi ia berakting seolah-olah ia begitu mendambahkan Mario. Ckk miris sekali hidupnya hanya dijadikan boneka Ayahnya demi uang dan bisnis.

Sedangkan di tempat tribun dekat lapangan basket Bima tidur terlentang dengan menggunakan satu tangannya sebagai bantalan dan satunya lagi ia gunakan untuk menutup matanya. Ia berusaha memejamkan matanya, namun helaan nafas berat terdengar beberapa kali.

"Kadang mau lo perjuangin gimana pun, nggak bakalan lo dapat kalau yang lo perjuangin hatinya bukan buat lo" Ujar Wisnu yang mengganggu ketenangan Bima namun ia enggan membuka matanya

"Gue tahu rasanya gimana, tapi ikhlasin udah jadi cara paling benar dalam mencintai seseorang, Bim. Kita jatuh cinta sama orang yang sama dan kita juga harus ikhlasin orang yang sama"
Lanjut Wisnu yang kini duduk tidak jauh dari Bima

"Nggak usah sok tahu" ujar Bima ketus

Cowok itu bangun dari posisinya menatap sekilas Bima lalu kembali menatap kearah lapangan dengan tatapan dingin

Wisnu terkekeh pelan, ternyata Bima keras kepala. Pikirnya

"Tapi kalau jodoh nggak bakal kemana"

"Lo lagi ngedukung gue buat jadi ngerebut orang kesayangan sohip lo ?" Bima berkata dengan nada meremehkan dan memandang sinis kearah Wisnu

"Gue nggak tolol" lanjut Bima lalu ia berdiri dan beranjak dari tribun namun perkataan Wisnu membuat langkahnya terhenti

"Lo nggak tolol tapi pengecut sama dengan gue" Wisnu ikut beranjak dan menghampiri Bima lalu menepuk pelan bahu cowok itu

"Perjuangin. Jangan sama seperti gue yang bisanya cuma ikhlasin tanpa berjuang. Nggak semua hal berakhir bahagia hanya dengan diam dan melepaskan"

Bima menatap punggung tegap Wisnu yang sudah berada sedikit jauh di depannya

"Gimana gue mau perjuangin kalau bentar lagi gue pergi" gumam cowok itu yang hanya bisa didengar dirinya sendiri

Bima Raden Wijaya, Putra pewaris perusahaan Wijaya Crop. Salah Satu perusahaan property dan perhotelan terbesar di Indonesia yang berpusat di Bali.

Baru satu minggu Bima pindah ke Jakarta karena Orangtuanya yang harus mengontrol perusahaan cabang yang ada di Jakarta dalam jangka waktu yang lama sehingga mau tak mau Bima harus ikut pindah, itu pun keinginan dirinya agar lebih beradaptasi nanti sampai ia berkuliah.

Gizha. Gadis manis, cantik dan Jenius yang pertama kali menarik perhatian Bima ketika menginjakan kaki di sekolah barunya ini. Menurut informasi dari teman barunya, Danu dan juan, Bima pun akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Gizha. Namun, hari ini ia kurang beruntung. Ternyata, ia punya saingan yang cukup kuat.
Tak apa, ini baru awal. Selagi ia yakin dan berusaha hasilnya tak akan sia-sia bukan ?
Mengapa tidak, Ia dan Mario setara dalam hal apapun, jadi untuk bersanding dengan Gizha dalam hal materi itu tidak di ragukan Bima sama sekali. Yang di ragukan adalah dirinya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prolog Untuk GizhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang