Gizha turun dari motor besar Mario. Hari ini Mario sengaja menjemput Gizha lebih pagi, ia tidak ingin Gizha menjauh lagi dari padanya. Walaupun mereka hanya sebatas sahabat, tapi berjauhan dengan Gizha, bukan sesuatu yang menyenangkan untuk Mario.
Mereka berdua berjalan beriringan dengan Mario yang merangkul Gizha. Pemandangan itu tentunya tidak dilewatkan oleh siswa siswi yang berada di koridor, karena seminggu ini mereka tidak melihat interaksi itu.
Mario tersenyum sambil memandangi gadis yang ada dalam rangkulannya ini. Sungguh sekalipun Gizha tidak menjadi pendampingnya kelak setidaknya gadis itu tetap berada disampingnya sebagai sahabat. Namun entahlah, semesta punya seribu satu cara untuk menyatukan dan juga memisahkan sebuah hubungan. Persahabatan tanpa terkecuali. Pikir Mario
Mereka berdua sampai di kelas yang sudah lumayan ramai, disana sudah ada Thalia yang duduk manis di bangkunya. Ia memandangi Gizha kesal
"Biasa aja kali liatinnya" Cetus Samuel yang menyadari tatapan Thalia
Thalia tak ambil pusing. Ia membuka bukunya dan menulis apapun yang menyalurkan kekesalannya.
"Mar, nanti malam ke rumah, disuruh sama Bunda" Ucap Thalia ketika Mario duduk di bangku sebelahnya
Mario memandangi Gizha yang juga tengah meliriknya
"Nanti aja gue ada latihan hari ini"
"Bunda kangen sama kamu"
"Gue bilang nanti. Rumah lo, gak pindah kan ?" Ucap Mario mulai kesal. Ia tau ini hanya akal-akalan Thalia
"Tapi aku maunya sekarang" paksa Thalia
"Lo budek?" Tanya Devita yang kini sudah menatap kearah tempat Thalia
Thalia mengepalkan tangannya. Ia paling benci dengan yang namanya Devita
"Lo bisa gak. Gak usah ikut campur urusan gue sama Mario"Ucapan Thalia mengundang perhatian seisi kelas.
"Mario sahabat gue, gue berhak dong. Emang lo, tunangan halunya Mario ?""Jaga mulut lo"
"Kenapa sama mulut gue? Lebih bagus dari mulut lo gitu? " Devita terkekeh sinis. Bahkan teman-teman kelasnya pun sama. Termasuk Mario. Menertawakan Thalia
Tanpa pikir panjang Thalia beranjak ke dekat Devita. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Devita. Namun sayang, tangannya di cekal kuat oleh Gizha yang menatapnya tajam
"Lepasin tangan gue" Kata Thalia keras
Namun yang ia dapatkan justru Gizha yang menatapnya lebih tajam, datar dan sangat dingin. Seketika nyalinya menciut. Kelas langsung hening menanti apa yang akan dilakukan Gizha
Gizha mencengkram tangan Thalia kuat, membuat gadis itu meringis
"Auranya Gizha gak main-main ya" bisik Samuel pada Wisnu yang duduk disampingnya
Mereka duduk manis dan menonton keributan itu, seakan itu adalah pertunjukkan menarik
"Karena dia, Gizha" jawab Wisnu. Samuel menganggukkan kepalanya tanda setuju
Mereka kembali memfokuskan pandangan ke tempat Gizha
Mario, cowok itu tidak jauh berbeda dengan kedua sohibnya. Ia tidak perlu ikut campur jika karena itu urusan wanita. Apalagi ini, Gizha. Ia bisa mengatasi seorang Thalia.
"Mau gue lepas?"
"LEPAS BRENGSEK. Lo gak tau siapa gue"
Gizha tersenyum sinis, mendengar ucapan gadis didepannya ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog Untuk Gizha
Teen FictionPersahabatan antar lawan jenis, jarang yang berhasil tanpa melibatkan perasaan. Sudah biasa untuk hal tersebut, apalagi dikalangan remaja Mario dan Gizha sama halnya remaja lain, bersahabat, saling mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun, must...