Part 4

4 3 0
                                    

Setelah kejadian di kantin tadi Gizha tampak diam, ia bahkan tidak merespon perkataan sahabat-sahabatnya terutama Mario. Hal itu membuat Mario gelisah. Ia tidak bisa didiamkan Gizha seperti ini

Bel pulang telah berbunyi

Gizha dan yang lainnya berjalan beriringan ke parkiran

"Pulang bareng gue" Kata Mario pada Gizha saat mereka sudah di parkiran tempat motor Mario serta kedua sahabatnya itu berada

Gizha hendak menjawab namun tiba-tiba Amora sudah berada disamping Mario dan memegang lengan pria itu manja

"sayang antarin aku ya, hari ini aku gak bawah mobil" Kata Amora dengan nada manjanya

"Eh ular, lo gak lihat Mario mau ngantarin Gizha? Pergi sana" Usir Devita

"Lo kenapa sih sewot banget sama gue"

"Ngapain juga gue sewot sama lo. Gue cuma mau lo ngaca, Mario itu mau ngantarin Gizha bukan lo" Kata Devita sambil menatap tajam Amora

"Lo gak ada kerjaan ya, gangguin teman-teman gue terus" timpal Samuel yang menatap gadis itu malah

"Gue mau ngantarin Gizha, lo punya kaki bisa pulang sendiri" Ujar Mario lalu menaiki motornya dan memakai helm

Amora bukannya pergi malah menarik ujung baju Mario. Cowok itu berdecak kesal

"Lo bisa pulang sama Mario. Gue sama Wisnu. Ayo Nu" Kata Gizha yang sedari tadi diam, langsung menarik tangan Wisnu yang menatapnya kaget

"Giz, gue tadi bareng lo, jadi pulang juga bareng gue" Ujar Mario yang kembali turun dari motornya mengikuti langkah Gizha

Gizha berbalik menatap Mario dengan tatapan dingin, Mario melenan salivanya kasar. Gizha marah. Dilihat dari tatapannya

"Antarin cewek lo. Gue pulang sama Wisnu" Kata Gizha datar sangat datar bahkan Mario tak bisa berkutik ditempatnya

"Sorry Mar" Ujar Wisnu merasa tak enak pada sahabatnya walaupun tidak dipungkiri ia senang bisa mengantar Gizha pulang

Tanpa basa basi Gizha menaiki motor Wisnu dan mereka berdua pergi dari sana. Mario mengepalkan tangannya erat lalu berbalik menatap Amora dengan tatapan tajamnya

"Jangan harap gue bakal kasihan sama lo. Kalau sampai Gizha marah sama gue, abis lo" Ancam Mario

"Gizha Cuma sahabat kamu, buat apa dia marah?" Tanya Amora jengkel

"Tapi dia penting buat gue, gak kayak lo"

Amora menatapnya malas. Mario lalu menaiki motornya dan pergi dari situ diikuti Samuel yang membonceng Devita

"Dasar medusa" cetus Devita ketika melewati Amora yang masih terdiam di tempatnya

Sedangkan di tempat lain Wisnu tidak langsung mengantarkan Gizha. Ia mengajak gadis itu ke salah satu kedai es krim yang populer dikalangan remaja di Jakarta

Gizha menikmati es krimnya dengan diam, sambil menatap langit yang tampak sangat cerah hari ini

Wisnu memandang gadis yang berada didepannya dengan tatapan kagum. Ia mengagumi Gizha. Selain cantik, gadis itu juga pintar dan sopan. Walaupun dari keluarga kaya raya namun Gizha tidak suka dengan kehidupan yang terlalu mewah, bahkan jika orang tidak mengenalnya maka mereka akan beranggapan bahwa ia dari kalangan menengah karena tidak tampil layaknya orang kaya pada umumnya, terlebih gadis ini memiliki hati bak peri. Wisnu tersenyum simpul, hatinya menghangat hanya dengan mengagumi gadis ini dalam diam

"Suka banget mandangin langit" Kata Wisnu

Gizha beralih menatap Wisnu lalu tersenyum tipis

"Lo tau gue, Nu"

Wisnu terkekeh pelan

"Ia, gue tau lo, tapi kenapa harus langit?"

Gizha terdiam sebentar lalu kembali menatap langit yang masih tampak sangat cerah

"Cuma langit yang selalu ada buat gue, cuma langit yang bisa buat gue tenang. Saat gue natap langit gue selalu ngerasa semua beban gue hilang, gue selalu merasa didengar hanya dengan natap langit. Lo tau kan, Nu maksud gue"

Wisnu tidak langsung menjawab ia memandangi wajah gadis itu yang tiba-tiba terlihat sendu, sorot matanya menyimpan banyak kesedihan

"Giz, jangan ngerasa sendiri. Ada gue, ada sahabat-sahabat kita yang lain. Lo bisa cerita apapun yang lo rasain, jangan disimpan sendiri"

"Gue tau, Nu. Gue masih belajar untuk hal itu"

"Gue harap lo, gak cuma belajar tapi lo praktekin juga. Lo bisa mulai dari gue"

Wisnu menatap Gizha dalam, dibalas tatapan teduh gadis itu

"Oke gue bakal mulai dari lo" Final Gizha membuat Wisnu tersenyum dan mengacak rambutnya pelan

"Ayo balik, udah sore nanti dicariin orang rumah"

Gizha hanya bergumam menjawab ajakan Wisnu, keduanya berjalan berdampingan keluar dari kedai lalu pergi dari tempat itu

Motor besar Wisnu berhenti didepan rumah berlantai tiga yang tampak megah dengan pagar yang menjulang tinggi bercat putih

Gizha membuka helmnya lalu memberinya pada Wisnu

"Mau mampir dulu ?" Tanya Gizha

"Nanti lain kali aja, salam buat Bunda sama yang lain"

"Oke hati-hati, jangan ngebut" Kata Gizha

Wisnu tersenyum lalu menganggukan kepalanya

"Gue pergi dulu"

Pamit Wisnu lalu melajukan motornya menjauh dari rumah Gizha

Gadis itu berbalik dan hendak masuk ke rumahnya setelah pagar dibukakan satpam

Ia terdiam ketika mendapati Mario yang berdiri didepan teras menatapnya datar masih dengan seragam sekolahnya

Ia berjalan mendekat kearah Mario yang masih tak mengalihkan pandangannya

"Habis dari mana" Tanya Mario datar ketika gadis itu sudah didepannya

"Makan es krim" jawab Gizha tak kalah datarnya

"Harus banget ya sama Wisnu, gue khawatir sama lo, gue langsung kesini karena gue takut lo marah. Tapi pas gue kesini Bunda bilang lo belum pulang. Malah jalan dulu sama Wisnu"

"Wisnu sahabat gue"

"Kalau Wisnu sahabat lo, bedanya sama gue apa?"

Gizha memandang Mario lekat. Pria ini khawatir pada dirinya. Ia tahu itu, tapi ia hanya makan es krim dengan Wisnu sahabatnya juga seperti Mario

"Lo dan dia sama. Sama-sama sahabat gue"

Mario terkekeh pelan, bukan karena lucu tapi karena ucapan Gizha. Ternyata ia tidak ada bedanya dimata Gizha. Gadis itu hanya memandangnya sahabat tidak lebih

"Gue balik. Jangan lupa istirahat, Bunda lagi keluar. Jaga diri dirumah" Ujar Mario tanpa intonasi, lalu pergi meninggalkan Gizha yang terpaku di tempatnya

Gizha menatap kepergian pria itu dengan tatapan sendunya, dadanya terasa sesak dengan perubahan sikap Mario barusan. Mereka sudah bersahabat dari sekolah dasar tapi tidak pernah sekalipun Mario berkata begitu datar padanya. Mario selalu bisa mengontrol kemarahannya ketika ia marah pada Gizha. Tidak biasanya ia berkata dengan nada datar seperti itu, dan itu sangat mengusik Gizha

Gizha memandang langit sebentar lalu memejamkan mata dan menghela napasnya pelan, kemudian berbalik untuk masuk kerumahnya. Ia butuh mandi dan mendinginkan hati serta pikirannya, yang dipenuhi Mario

Prolog Untuk GizhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang