Part 7

4 3 0
                                        

Hari minggu biasanya Gizha pakai untuk bersih-bersih kamarnya dan juga olahraga singkat bersama Abangnya

Seperti sekarang setelah pulang jogging dengan Geo, sekarang Gizha sedang merapikan kamarnya yang sebenarnya tidak berantakan.

Saat merapikan meja belajarnya ia tak sengaja menatap pigura foto kecil yang terdapat potret ia dan keempat sahabatnya

Ia tersenyum kecil, namun senyum itu hilang ketika pintunya dibuka tanpa diketuk lebih dulu

"Ngapain ngelamun" Ujar Geo, sang pelaku yang membuat Gizha menatapnya tajam

"Ketuk dulu. Kebiasaan"

"Emang udah biasa"

Geo memilih berbaring di ranjang adiknya. Matanya kembali menatap sang adik yang masih diam dengan pandangan tertuju pada pigura kecil itu

"Ada masalah" Tanya Geo pelan

Gizha menoleh, menatap kakaknya lalu menggeleng kepalanya pelan

"Jangan bohong, kalau ada masalah bilang. Siapapun yang nyakitin kamu itu berurusan sama Abang. Walaupun itu sahabat-sahabat kamu" Ucap Geo serius

Gizha memilih beranjak mendekat kearah Geo, lalu ikut berbaring disamping abangnya. Abangnya sedang dalam mode serius

Ia memilih memeluk Abangnya dan memejamkan mata. Geo membalas pelukan adiknya dan mengelus surai adiknya lembut

"Cerita" tutur Geo

"Gizha kangen sama Abang. Kita udah jarang main bareng"

Geo diam, ia tahu adiknya mengalihkan topik tapi apa yang adiknya katakan barusan adalah sebuah kebenaran. Akhir-akhir ini ia jarang meluangkan waktu untuk Gizha

"Mau kemana?"

"Ke danau tempat biasa"

"Yaudah siap-siap"

Geo mengecup kening adiknya sekilas sebelum melepas pelukan mereka. Ia mengacak rambut adiknya sebelum beranjak meninggalkan kamar Gizha.

Gizha menatap kepergian Geo dengan sendu. Pikiran dan hatinya berkecamuk namun untuk sekarang ia tidak ingin menceritakannya dulu, biarkan ia memilih waktu yang tepat

° ° ° ° ° °
Gizha dan Geo, tiba disebuah danau buatan yang tampak asri dan sejuk. Terlihat ramai, mungkin weekend jadi banyak pengunjung

Mereka memilih membeli beberapa camilan sebelum duduk di bawah salah satu pohon yang tampak rindang

Gizha tersenyum, memamerkan deretan giginya yang rapi.

Geo menatap adiknya dari samping. Gizha hanya ingin melepas penat, ia hanya ingin berpikir positif terhadap sikap adiknya ini

"Senang?"

Gizha menganggukkan kepalanya semangat

"Dulu Gizha sering kesini sama sahabat-sahabat Gizha. Kita biasanya kejar-kejaran cuma karena rebutan susu coklat punya Gizha. Biasanya kalau salah satu dari kita punya masalah, pasti kesini buat tenangin pikiran"

Geo tetap diam menanti kelanjutan kalimat dari Gizha.

"Gizha pernah minta sama Tuhan. Kalau bisa Gizha pengen bareng terus sama sahabat-sahabat Gizha...Tapi ...akhir-akhir ini Gizha rasa persahabatan kami bakal terkikis dengan banyak hal baru. Gizha takut. Gizha gak siap kalau mereka pergi dari Gizha" Ujar Gizha pelan, matanya memanas.

Geo memeluk Adiknya dari samping. Gizha menyandarkan kepalanya didada bidang Geo. Ia memejamkan matanya, menghalau butiran kristal yang mendesak keluar

"Kalian sahabatan udah dari kecil. Walaupun kalian marahan kalian bakal baikan lagi kan ? Percaya sama Abang, itu hanya perasaan kamu aja. Abang gak tau kalian punya masalah apa sampai kamu gini, tapi saran Abang, selesain baik-baik jangan menghindar " Geo mengelus pundak adiknya sembari mengeratkan pelukan mereka

"Gizha sayang sama mereka"

"Ia, Abang tahu. Cinta juga kan sama salah satunya"

"Eh.." kaget Gizha. Ia menjauhkan kepalanya dan memandang Geo yang tersenyum menggoda

"Abang tahu. Kita serahim. Mau kamu sembunyi gimana pun Abang tahu dek"

"Enggak kok. Ngasal aja Abang"
Gizha memilih melepaskan pelukan mereka dan mengambil camilan lalu memakannya demi menghilangkan rasa gugupnya

Geo terkekeh pelan sambil menatap Adiknya. Adiknya sudah besar pikirnya. Siapapun pria itu, ia harap tidak akan menyakiti Adik kesayangannya ini.

Mereka memilih menghabiskan waktu berdua hingga sore. Jika banyak yang tak mengenal mereka pasti akan mengira mereka sepasang kekasih. Nyatanya mereka ialah kakak beradik yang memang saling menjaga satu sama lain

° ° ° ° °
Gizha baru saja selesai mandi setelah seharian menghabiskan waktu bersama Geo. Abangnya langsung pergi sehabis mengantarkannya.

"Gizha" Panggil seseorang dibalik pintu. Itu Mario.

Gizha memilih beranjak membukakan pintu menampilkan sosok Mario yang yang tampil casual malam ini

"Kenapa?"

Mario mengerutkan keningnya, mengapa Gizha terlihat dingin. Apa ia masih marah.

"Lo masih marah?"

"Emangnya lo sama gue punya masalah ?" Tanya Gizha balik

Mereka berdua masih berdiri didepan pintu kamar Gizha

"Kejadian dikantin tempo hari. Lo juga ga bales chat gue. Telpon gue juga gak diangkat"

"Gue sibuk"

Mario memandang gadis itu lekat, lalu menarik sudut bibirnya kecil

"Sibuk apa cemburu" Tanya Mario sengaja menggoda gadis didepannya yang tampak membuang pandangan tak ingin menatapnya

"Cemburu apaan sih. Ngaco."

Mario terkekeh pelan, lalu menarik gadis itu dalam dekapannya.

Gizha terpaku, debaran jantungnya tak karuan. Ia kaget Mario tiba-tiba memeluknya. Ia juga bisa merasakan debaran jantung Mario. Astaga ia merutuk dirinya sendiri

Mario mengeratkan pelukannya pada gadis itu, lalu mendaratkan dagunya pada kepala Gizha

"Jangan marah lagi, jangan jauh-jauhan lagi. Jangan cuek lagi. Gue gak bisa jauh-jauh dari lo" Ujar Mario pelan

"Lo, juga cuek sama gue"

"Ia gue minta maaf, udah cuek juga sama lo. Jangan gini lagi ya. Gue gak bisa jauh dari lo"

Gizha diam, namun tak urung ia perlahan membalas pelukan Mario, membuat pria dipelukannya ini tersenyum

"Gue sayang banget sama lo, Giz. Sayang banget"

Namun kalimat itu hanya mampu ia ucapkan dalam hatinya sendiri. Mereka berdua terus berpelukan sampai tak sadar bahwa Geo sudah pulang sedari tadi dan melihat pemandangan itu



Prolog Untuk GizhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang