Kekecewaan ibu

489 67 9
                                    

Peringatan Typo dan tulisan berantakan 🎃🎃

# day19
# kirmizi

Nb; ‘kirmizi’ artinya warna merah tua atau ungu

Sumber ; Google 🎃 🎃

Tantangan diberikan oleh Moon_seed666

Sebelumnya ...

“Lihat,” ujar War kepada Yin.

Yin menatap layar ponsel War, dan matanya membulat ketika melihat berita yang sedang tersebar di seluruh Falkutasnya. “Apa ini?” ucap Yin lalu mengambil ponsel War.

“Hadiah, untuk kencan pertama kita,” seru War sambil membuka pintu mobilnya.

Jika, aku hancur ... kau juga harus lebih hancur_War Wanarat.

.
.

Yin menatap War dengan kemarahan yang berusaha dia tahan, karena ia tahu kondisi pria ini sedang tidak sehat sekarang. “Kau, sangat mengagumkan!” ujar Yin lalu berjalan ke arah kemudi mobilnya, dan selama perjalanan menuju rumah, tidak ada pembicaraan ataupun perdebatan diantara mereka berdua. Sebab War memang sengaja berpura-pura tidur, supaya bisa menghindari Yin.

Sedangkan Yin terus berusaha fokus mengemudi, dan sesekali menatap sosok yang terlihat semakin pucat di sampingnya. Yin bahkan harus mengabaikan teleponnya yang terus berdering. Karena Yin tahu, jika panggilan itu pasti berasal dari ibu dan teman-temannya.

Dan setelah memakan waktu sekitar satu jam, mereka berdua tiba di rumahnya. “Bangunlah!” seru Yin dengan nada tinggi.

War mulai membuka matanya, karena ulah Yin. Walaupun dari tadi dia memang tidak tidur, tapi War merasa sangat malas untuk terbangun. Ia juga bahkan merasa takut ketika menatap rumah ini. Entah karena apa? Tetapi war belum siap memasuki kediaman ayah tirinya, dan melihat tatapan kekecewaan dari ibunya.

“Kenapa, diam?” tanya Yin dari luar mobilnya.

“Aku tidak ingin keluar,” tolak War secara tiba-tiba.

Mendengar perkataan War, membuat Yin benar-benar bingung. “Kau sudah gila!” hardik Yin lalu menarik tangan War untuk segera keluar dari mobil.
Dan aku melepaskan genggaman itu. “Aku bilang! Tidak. Apa, kau tidak mengerti,” seru War dengan suara yang lumayan keras.

“Kenapa?” tanya seorang wanita yang baru saja tiba di depan mereka.

War langsung menggempalkan tangannya, ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut ibunya. “Mama,” ujar War sambil berusaha bersembunyi di belakang punggung Yin.

“Kenapa, kalian tidak masuk?” mama War kembali menanyakan hal yang sama. Hatinya tiba-tiba merasakan ketakutan ketika melihat putranya yang bersembunyi di belakang tubuh Yin.

“Kami akan masuk,” jawab Yin sambil menarik tangan War ke dalam, ia bahkan tidak memperdulikan tatapan kedua orang tuanya.

“Kita harus bicara! ”ayah Yin sengaja mengatakan hal itu sebelum kedua putranya berjalan ke arah kamarnya.

Hanya satu kalimat yang kudengar, dan aku kembali ketakutan. “Jangan lepaskan, genggaman ini,” bisikku kepada Yin.

Yin sempat memberikan tatapan kenapa, tetapi ketika aku menjawabnya dengan wajah memohon. Ia pun tetap mengenggam tanganku. “Kami lelah,” ucap Yin kepada ayahnya.

“Hanya beberapa menit,” tegas pria itu, lalu berjalan menuju sofa.

Mau tidak mau, akhirnya Yin dan War juga mengikuti keinginan ayah mereka. Suasana yang biasanya berjalan damai, pagi ini berubah menjadi canggung. Sampai sebuah suara terdengar menghentikan keheningan diantara kami. “War, tentang kejadian kemarin?” tanya ibu War dengan nada lembut, sebab dia tidak ingin anaknya merasa tertekan karena permasalahan ini.

Love and Hurt ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang