VIRTUAL - 03

960 59 3
                                    


HAPPY READING

Author's POV

"Sarapannya udah abis, Star? Obatnya jangan lupa diminum."

Natalie menaruh telapak tangannya dipuncak kepala Starla. Lalu jari-jarinya dengan penuh kasih sayang merapikan poni Starla yang sedikit berantakan.

Starla hanya menganggukkan kepala sambil melempar senyum terbaiknya.

Sudah semingguan lebih ia tinggal di rumah Natalie. Ia merasa beruntung memiliki Sahabat sepertinya. Natalie bahkan sudah seperti saudara perempuannya sendiri.

Walaupun kelakuan Natalie kadang sering diluar nalar, tapi pada dasarnya Natalie adalah sosok Sahabat yang sangat baik.

Starla jadi ingat, beberapa tahun yang lalu saat ia bertemu dengan Natalie.

Gadis itu memakai seragam SMA-nya dengan amat sangat tidak sopan.

Baju yang agak ketat serta lengan yang digulung hingga siku, rok yang sengaja dipendekkan dan ditambah lagi sepatu kets berwarna putih.

"Kek jamet cabang Havana." Kata Starla waktu itu.

Starla selalu mengingatkan pada Natalie bahwa kelakuannya itu akan mengakibatkan dirinya dipanggil terus menerus keruang BP. Dan yang pasti Natalie akan berakhir dengan surat panggilan untuk orang tuanya.

Namun Natalie tetaplah Natalie.

Gadis itu sangat keras kepala dan lebih mirip ABG labil ketimbang remaja yang sudah melewati masa pubernya.

Tapi meskipun begitu, sejak pertemuan pertamanya, Starla dan Natalie merasa bahwa mereka sangat saling melengkapi satu sama lain.

Starla yang menerima semua sifat aneh bin ajaib milik Natalie, dan Natalie yang tak pernah menuntut Starla menjadi seperti apa yang dia inginkan.

Keduanya ingin memberikan rasa nyaman satu dengan yang lain. Mereka ingin menciptakan persahabatan yang benar-benar tulus dan tanpa syarat.

"Nat, jangan ngunyah permen karet pas belajar. Nanti dimarahin Guru."

"Terus gua ngunyah apaan? ngunyah gorengan? Makin dimarahin dong sama Guru."

Dasar Natalie. Paling bisa yang namanya ngeles.

"Lo kalo kayak gini, ntar gak naek kelas lagi. Betah amat Lo disini. Heran."

"Gua kan cuma mau nemenin Lo sampe lulus, Star. Biar Lo gak bosen."

"Gak gitu juga, Yanto. Sampe gak naek kelas 2 kali gimana caranya dah? Lo disekolah ngapain aja sih?"

"Ya gak ngapa-ngapain, makanya gak naek kelas. Tapi harusnya lo bersyukur, Star. Jarang loh ada temen yang kayak gua, langka."

"Iya, langka. Begonya natural."

Starla menunduk sambil terus mengukir senyum.

Ia tak bisa menyembunyikan perasaan hangatnya ketika mengingat momen-momen kebersamaan dirinya dengan Natalie.

"Makasih banyak ya, Nat. Lo udah lakuin banyak hal buat gua. Maaf kalo gua selalu bikin Lo khawatir." ucap Starla.

Virtual Masa Gini?™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang