Author's POVStarla menghempaskan tubuh lelahnya di Sofa.
Detak jantungnya masih tak karuan, pikirannya pun sudah dipenuhi oleh wajah dan suara pria tadi.
"Gak mungkin itu dia." Gumam Starla pelan.
Starla mengusap kasar wajahnya. Ia belum siap untuk ini.
Ia mengakui bahwa dirinya memang sudah jatuh cinta terlalu dalam pada pacar virtualnya itu. Namun untuk bertemu langsung seperti tadi, ia tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi.
"Argh... Udah gila gua!" Starla mengacak rambutnya frustasi.
Ting!
Starla merogoh kantong Hoodie-nya untuk mengambil ponsel serta mengecek siapa yang mengiriminya pesan.
Virtual 💔
Kamu udah nyampe rumah?Telapak tangan Starla sontak saja langsung menutup mulutnya yang menganga lebar karena efek dari terkejut.
Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau Starla baru saja sampai ke rumah?
Seluruh tubuh Starla mendadak tegang.
Inilah hal menggembirakan yang tak ingin ia dengar.Pria itu, ternyata ia benarlah pacar Virtual Starla selama ini.
Virtual 💔 is calling...
Starla semakin dibuat terkejut dan nyaris terkena serangan jantung saat virtualannya itu menelpon dengan tiba-tiba.
"Angkat gak ya?" Starla mengigit bibir bawahnya bimbang.
Ia bingung harus bagaimana. Pasalnya, ini pun merupakan kali pertama pacar virtualannya itu menelpon. Sebelumnya, mereka hanya bertukar pesan saja tanpa ada komunikasi secara lisan.
Starla mengatur napasnya yang tak beraturan terlebih dahulu sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menerima panggilan tersebut.
"Umm... Ya?" Starla memulai pembicaraan dengan gugup.
Oh Tuhan, detak jantungnya semakin tak karuan. Dia butuh oksigen saat ini juga.
"Star? Kamu udah sampe rumah kan? Ada yang jahatin kamu gak selama diperjalanan? Aku khawatir banget, makanya aku nelpon kamu."
Starla terdiam saat mendengar suara lembut diseberang sana memberitahukan padanya bahwa ia sangat khawatir.
Ia mencemaskan keadaan Starla.
Ah, apa yang Starla inginkan sekarang? Semua yang ia mau, sudah ada didepan matanya. Tapi---
"Star? Starla? Halo, Star. Kamu masih disana, kan?"
Starla langsung tersadar dari lamunannya. Dia selalu saja mendadak lupa saat tengah bahagia.
"Oh, umm... Iya, aku baik-baik aja kok. Ini udah nyampe rumah." jawab Starla dengan suara pelan.
"Jadi bener yang tadi di halte itu kamu, kan?? Baguslah kalo aku gak salah orang. Oh iya, ngomong-ngomong... Kamu... Umm kamu kok tadi ngehindar dari aku?"
Starla kembali terdiam. Huft, dia harus jawab apa ini??
Apakah dia harus mengiyakannya? Atau pura-pura tidak tahu saja? Dia benar-benar bingung.
Bagaimana kalo nanti Starla mengakuinya lalu pria itu malah mengatakan bahwa Starla jauh dari ekspektasinya? Bagaimana kalau dia selama ini berpikir bahwa Starla adalah seorang gadis cantik yang selalu menjadi idaman para pria-pria diluar sana? Bagaimana ini? Starla tidak ingin mengecewakan pria itu.