P R O L O G

3K 83 10
                                    


✨HAPPY READING✨

"Untuk sekarang, lo tinggal disini dulu."

"Kalo lo mau makan, lo tinggal order aja. Nanti biar gua yang bayar. Tapi kalo lo mau masak, itu bahan makanan semua ada di kulkas. Tapi masak sendiri ya, soalnya gua mager hehehe..."

"Oh iya, terus kalo lo mau mandi, lo bisa pake semua yang lo butuhin di kamar gua. Sabun, sampo, odol, sikat gigi, handuk, pakaian segala macem lo pake aja. Gapapa."

"Kalo mau istirahat juga silahkan. Anggep aja rumah sendiri. Eh tapi jangan dijual, mentang-mentang gua suruh lo anggep ini rumah lo sendiri."

Aku cuma diam. Sama sekali gak meladeni semua yang diucapin Sahabatku.

Pikiranku masih terfokus pada satu kejadian. Tubuhku masih terfokus pada satu rasa sakit.

"Star, Lo denger gua kan?"

Aku menoleh kearah Sahabatku, Natalie. Kemudian mengangguk pelan sambil menunjukkan senyum tipis hanya untuk meyakinkan dia bahwa aku masih baik-baik saja setelah beberapa hari yang lalu melakukan hal bodoh.

Natalie menuntunku untuk duduk di kursi, tangannya enggan beranjak dari kedua sisi pundakku.

Mencengkram dengan pelan seakan takut aku pergi meninggalkannya. Lagi.

Lebih tepatnya, hampir meninggalkan dia.

"Gua mohon sama lo, jangan lakuin hal bodoh kayak gitu lagi. Gua takut, Star. Gua bener-bener takut." ucap Natalie.

Tangannya perlahan turun, beralih menggenggam kedua tanganku.

Aku bisa melihat raut wajahnya yang memang jelas sangat khawatir bahkan sampai saat ini.

Natalie mengusap pelan perban di tangan kiriku. "Turutin apa kata gua ya, please. Berhenti insecure, berhenti overthinking, dan paling penting... Berhenti nyoba buat ngakhirin nyawa Lo kayak yang udah-udah." Pinta Natalie.

Aku tidak menjawab, karena akupun tidak tahu apakah aku tidak akan melakukan hal yang sama lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Kalo lo merasa gak ada satupun orang yang sayang sama lo, liat gua. Gua orang yang paling terpukul saat liat lo rapuh kayak gini, Star. Gua orang yang paling sakit ngeliat lo berusaha bunuh diri kayak kemarin. Jadi tolong, gua mohon dengan amat sangat. Please, tetap hidup buat gua. Yah?"

Melihat kesedihan yang terpancar dari wajah Natalie, mau tak mau membuatku memilih untuk menganggukkan kepala. Sekedar untuk menenangkan Gadis di hadapanku ini.

Natalie langsung memeluk tubuhku yang memang sedikit lebih kecil darinya. Menyalurkan kehangatan dan kasih sayang yang tidak pernah aku dapatkan dari keluargaku sendiri.

Pikiranku sedikit melayang kearah ingatan dimana aku menggores pergelangan tanganku menggunakan pecahan cermin. Beberapa menit setelahnya, aku bisa mendengar dan melihat sosok Natalie yang samar-samar memanggil-manggil namaku dengan segala kekhawatiran diwajah dan suaranya.

Ya ampun, gara-gara aku kepulangan Gadis itu dari Havana justru berakhir dengan menegangkan.

"Nat,"

"Hmm?"

Aku melepaskan pelukan kami. Lalu memandang satu-satunya Sahabat baikku itu dengan sangat serius.

Dia nampak penasaran dan sangat menunggu apa yang akan aku katakan padanya. Baiklah Star, jangan tertawa melihat ekspresi konyol temanmu itu.

"Mana dodol khas Havana pesanan gua?"

-----------

Gais, menurut kalian POV-nya pake bahasa baku aja atau bahasa non baku? Saran ya:))

Virtual Masa Gini?™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang