Author's POV
Sudah seminggu lamanya Tama dan Starla menghabiskan waktu liburan mereka di Venesia, Italy.
Hari-hari mereka berjalan dengan lancar walau kadang keduanya kerap beradu pendapat hanya karena masalah sepele.
Seperti Tama yang kadang lupa menjemur kembali handuk basah, Starla yang selalu saja bilang 'terserah' saat Tama menanyakan apa yang ingin ia makan hari ini, bahkan kadang mereka juga sering mengomel saat salah satu ada yang lupa menutup pintu kulkas atau mematikan televisi ketika tidak digunakan.
Meski demikian, hal itu tidak berlangsung lama karena keduanya jelas tidak bisa untuk marah berlama-lama kepada satu sama lain.
"Nyonya pada kangen tuh sama kamu. Nyariin kamu terus."
Tama yang sedang terfokus pada layar laptopnya, lantas menoleh kearah Starla yang tengah duduk disebelahnya sambil menunjukkan layar ponselnya pada Tama.
Disana memang terlihat bahwa grup chat sedang asik membahas tentang betapa mereka merindukan Tama. Sudah hampir sebulan pria itu tidak berinteraksi dengan mereka di grup chat maupun Instagram.
Starla jadi merasa bersalah, pasalnya waktu Tama memang tersita hanya untuk dihabiskan bersama Starla selama dia tak aktif di sosial media. Bahkan saat keduanya berjauhan, Tama justru kembali ke semua akun sosmednya hanya untuk menghubungi Starla dan bukannya berkomunikasi dengan anggota Nyonya yang lain.
Tama terlalu memprioritaskan Starla diatas segalanya. Bahkan Tama nampak tidak ambil pusing soal itu, padahal menghibur dan berkomunikasi dengan para Nyonya merupakan bagian dari pekerjaannya juga.
"Yaudah, biarin aja. Mereka juga pasti ngerti kok kalo aku juga lagi butuh istirahat." jawab Tama seadanya, lalu ia kembali fokus pada pekerjaannya yang tertunda.
Starla terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa, karena memang saat ini pun Tama sedang disibukan dengan pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan secepatnya.
"Kamu lagi ngerjain apa sih? Dari pagi kayaknya gak kelar-kelar."
Starla mendekat karena penasaran. Ia melihat layar laptop milik Tama, memperhatikan dengan seksama.
Namun tetap saja, ia tak mengerti.
"Aku lagi bikin laporan soal barang yang keluar masuk dari perusahaan tempat aku kerja, Sayang."
Starla menganggukkan kepalanya meski ia tidak paham. Tapi ia juga agak penasaran, apa pekerjaan Tama yang sebenarnya. Jadi... Ia putuskan untuk bertanya lagi.
"Kamu kerja kantoran? Kayak... Karyawan gitu?" tanya Starla.
"Yah, bisa dibilang gitu sih. Aku ada dibagian manager marketing."
Starla lagi-lagi mengangguk.
"Susah ya, cari kerja di kota sebesar ini. Passion itu nomor satu." ucap Starla sok bijak.
Tama tersenyum simpul, lalu tangannya terulur mengelus puncak kepala Starla.
"Yup, kamu bener banget. Passion itu yang jadi kunci utama dalam mencari pekerjaan, maka dari itu, orang-orang kadang memilih buat ngumpulin pengalaman dengan cara apapun. Ya... Maksudnya juga dalam konteks yang baik ya. Karena banyak yang bilang, semakin banyak pengalaman yang kamu milikin, semakin mudah kamu beradaptasi dengan pekerjaan di bidang apapun itu. Intinya, gak kaget lah. Gitu." jelas Tama panjang lebar.
"Terus, passion kamu apa? Kok kamu bisa diterima di perusahaan besar kayak gitu? Apa tadi tuh nama perusahaannya? Hut... Hut apa ya? Pizza Hut's?" tanya Starla ngaco yang mana hal itu membuat Tama jadi gemas sendiri.