MA Ar-Raudhah jam Diniyah
Kamis, pukul 16:00 WIBJadwal diniyah hari ini adalah fiqih. Yang mengajar adalah ustadzah Nia. Salah satu pengurus pondok pesantren Putri Ar-raudhah. Menurut Nara, ustadzah Nia adalah ustadzah paling baik dari pada ustadzah yang lain. Contohnya seperti sekarang. Terlihat Nara sedang melamun.
"Aduh mie aku lembek tidak ya," batin Nara.
"Nara..." Tidak di sahut oleh pemilik nama.
"Sayang banget, padahal ini mie favorit aku. Mie goreng rendang," Nara masih melanjutkan batinnya.
"Nara..." Kali ini di iringi ketukan spidol di meja.
"Untung tadi aku buatnya tidak pakai telor," sepertinya kemarin Jumat kuping Nara ini belum di bersihkan.
"Nara..." Kali ini yang memanggil menghampiri. Karena dari tadi tidak mendapatkan respon.
"Eh iya us, ada yang bisa Nara bantu?" Nara menawarkan diri sebelum tau maksud ustadzah Nia memanggil.
"Iya. Ustadzah mau minta tolong sama kamu. Tolong sebutkan rukun sholat," tidak ada raut galak di wajah ustadzah Nia, justru ustadzah Nia kini tengah tersenyum.
Ya, yang seperti ini justru malah di takutkan.
Glek.
Nara menelan ludahnya. Alamak, bagaimana mau menjelaskan. Mendengarkan ustadzah Nia saja tidak . Ini gara-gara mie goreng rendang kesukaan Nara yang sudah di masak tapi dia belum sempat memakannya.
"Kata ibu tidak boleh bohong, ya sudahlah. Jujur saja kali ya," Nara kembali membatin.
"Maaf ustadzah, Nara tadi tidak mendengar ustadzah menerangkan," ujar Nara tersenyum kikuk sembari menggaruk bagian belakang telinganya yang memang gatal.
"Bagaimana mau mendengarkan kalau ustadzah saja belum menerangkan," ustadzah Nia seraya berjalan kembali ketempat duduknya. "Fokus Nara. Baik. Kita lanjutkan kembali," lanjut ustadzah Nia.
Dorrrr!!! Ketawan kau Nara.
Sesudah mandi tadi, tiba-tiba Nara kelaparan. Alhasil akhirnya dia memasak mie. Di pondok Ar-raudhah di perbolehkan memasak menggunakan kompor gas dengan 1 tungku. Tidak boleh menggunakan kompor yang 2 tungku, karena digunakan untuk masak makan sore.
Belum sempat makan mie yang dimasak. Adzan ashar pun berkumandang. Akhirnya Nara memutuskan untuk makan setelah berjamaah. Tapi urung. Karena ustadzah Nia akan pergi, jadi jadwal diniyah dimajukan setelah jama'ah ashar kemudian langsung di lanjutkan diniyah. Dan kejadian tidak terduga pun terjadi.
Diniyah selesai. Santri putri angkatan Nara berhamburan keluar kelas. Pelaksanaan diniyah khusus putri dilakukan di gedung MA yang berada di sebelah pondok putri. Sedangkan untuk santri putra di gedung MTS.
Tapi, untuk pengajar bebas. Contohnya di santri putri bukan hanya ada ustadzah tapi juga ada ustadz salah satunya Gus Farhan. Begitupun di pondok putra. Di sana juga ada ustadzah nya.
"Nara, rok kamu jangan di angkat-angkat seperti itu," Hanifah menegur Nara. Yang di tegur sedang mengangkat roknya tinggi-tinggi, untung pakai celana panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara Farzana
SpiritualNara Farzana Aditama, anak bapak Aditama dan ibu Ayudia. Anak kedua dari tiga bersaudara. Tomboy karena adik kakaknya laki-laki sebenarnya tidak ada sangkut pautnya. Memang Nara saja yang tomboy. Bertekad masuk pesantren setelah lulus SD. Tanpa tau...