Bagian 3

62 11 13
                                    

Satu Minggu kemudian
MTS Ar-Raudhah
Kamis, 13:10 WIB

Matahari kian terik. Panasnya membuat baju yang sedang di jemur kering tidak sampai satu jam. Sangking panasnya. Dan hari ini adalah hari kamis. Santri ar-raudhah di sarankan untuk berpuasa Senin kamis. Tidak wajib.

Nara adalah salah satu santri yang memulai puasa Senin Kamis. Sempat berfikir untuk tidak puasa terlebih dahulu. Tapi urung ketika teman sekamarnya memilih untuk berpuasa semua. Setiap kamar memiliki nama masing-masing. Untuk kamar Nara bernama Khadijah.

"Ra, bangun" tepukan di pundak Nara membuatnya terbangun dari tidur siang di istirahat kedua.

"Eh, kelasnya sudah mau masuk ya?" Nara bertanya sembari membenarkan letak kerudungnya.

"Kata Akmal gurunya tidak bisa masuk, jadi hari ini kita pulang cepat" Hanifah berucap sembari membantu Nara membereskan peralatan sekolah Nara.

"Terimakasih Hanifah. Oalah, ustadz siapa ya namanya aku lupa fah?" Nara bertanya seraya memasang tas ke punggungnya.

Hanifah meletakkan tangannya ke bahu Nara. "Pak Farhan Ra, anaknya Ibu. Jadi, beliau itu gus nya kita juga. Yang kemarin sehabis upacara kamu tabrak dan kamu panggil kak padahal beliau jadi guru dan Gus kita. Pak Farhan juga kemaren udah ngajar bahasa Arab. Kamu ini masih muda udah pelupa. Kamu sering makan pantat ayam ya." Ejek Hanifah seraya mengajak Nara berjalan keluar menunju pintu kelas.

"Pak Farhan yang nabrak aku fah, beliau buru-buru. Orang aku diam saja, sedang antri akan masuk ke kelas." Nara tidak terima dia yang di tabrak kenapa dia yang disalahkan. "Enak saja, aku tidak suka pantat ayam ya. Kalau ada dagingnya ngapain harus makan pantat ayam coba. Kamu ini ada-ada saja. Atau jangan-jangan malah kamu ya fah." Melepas rangkulan Hanifah. Membenarkan letak tasnya. Nara kemudian berlari mendahului Hanifah. "Apa? Oh, kamu suka makan pantat ayam fah?" Teriak Nara sembari berlari.

Teriakan Nara yang tidak pelan itu membuat perhatian teman-teman yang juga akan beranjak pulang ke pondok melihat ke arah Hanifah. Beberapa ada yang tertawa.

"Kamu suka makan pantat ayam fah?" Reva teman seangkatan Nara ikut mengejek Hanifah.

"Ya tidaklah" sewot Hanifah. Ini semua gara-gara Nara yang sekarang sedang berlarian di sepanjang koridor sekolah. Memang anak itu tidak bisa diam. "Va, aku duluan ya," dibalas anggukan oleh Reva. "Naraaa!!! Sini kamu. Gara-gara kamu, teman-teman ngira aku suka pantat ayam" kesalnya. Hanifah pun menyusul Nara.

"Coba saja kejar aku kalau bisa. Aku dulu menang lomba lari 17 Agustusan loh fah!!!" Memang benar, Nara pernah juara 1 lomba lari 17an Agustus tingkat desa. "Yang kalah, nanti buka puasa traktir es teh tempat mbak inem ya!!!" Nara tetap berlari sambil sesekali menghadap kebelakang.

"Oke deal." Hanifah menyetujui. Padahal dia sudah ngos-ngosan. Bisa di bilang Hanifah ini badannya agak berisi daripada Nara.

Lomba lari dadakan pun berlangsung sengit. Nara yang akan mulai menyebrang jalan raya berhenti sejenak. Melihat kanan kiri kosong, dia pun langsung berlari menuju gerbang pondok utama. Menganggukkan kepala ke pak Harto, satpam pondok. Dan Ketika telah sampai di tengah-tengah, Nara melihat kebelakang. Hanifah sudah masuk gerbang pondok putri. Maka Nara pun menambah kekuatan berlarinya. Sampai kejadian tidak terduga pun terjadi.

Brukk!!!

Dan terjadi lagi. Kini yang menabrak Nara. Bukan orang lain. Dan Nara terluka, karena Nara terjatuh di tengah lapangan. Jadi banyak kerikil-kerikil. Kerikil tersebut pun melukai telapak tangan Nara.

"Aduh" keluh Nara sembari bangkit dan bergerak duduk untuk melihat telapak tangannya yang terluka.

"Astaghfirullah kamu lagi. Lain kali, kalau ingin lari-lari jangan di keramaian." Gus Farhan menghampiri Nara. Saat ini ia mengenakan pakaian santai terlihat buru-buru ingin pergi. Kalau di sekolah kita memanggilnya pak, kalau di pondok kita memanggilnya Gus. "Kamu terluka?" Gus Farhan bertanya, melihat sekeliling. "Kamu. Iya kamu yang pakai kacamata." Terlihat Hanifah berjalan mendekat.

Nara FarzanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang