5 tahun kemudian
Pondok Pesantren Putri Ar-raudhah
Jum'at pukul 06:30 WIB
Waktu berjalan bagai kereta api yang melesat begitu cepat. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Tak ingin menunggu orang yang terlambat. Waktu berjalan sesuai dengan tugasnya.Hingga suatu saat, akan ada keadaan yang membuat kita harus memilih diantara dua pilihan yang sulit. Tapi sejatinya seseorang di berikan kesempatan untuk memilih jalannya masing-masing.
Ingin berjalan mencapai tujuan, dan berhenti untuk istirahat sejenak kemudian melanjutkan jalannya kembali untuk mencapai tujuannya. Atau. Jalan di tempat, mengikuti arus kehidupan. Dan menyaksikan teman kita melangkah di depan meninggalkan kita.
Pilihan ada berada di keputusan kita masing-masing. Tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk. Baik buruknya hanya kita yang dapat menilai yang terbaik buat diri kita itu seperti apa.
Tidak terasa sudah lima tahun lamanya Nara berada di pondok pesantren ar-raudhah. Tidak mudah untuk menghadapinya. Nara yang terbiasa di manja kemudian setelah masuk ke pesantren dia dipaksakan untuk mandiri. Tidak ada yang membantu, karena mereka pun juga sama seperti Nara.
Terkadang Nara sering diam-diam menangis seorang diri karena rindu keluarga. Berat sekali meninggalkan rumah. Apalagi liburan lebaran tahun lalu. Yaitu sepuluh hari setelah lebaran. Kakek Nara menghembuskan nafas terakhirnya. Nara bersyukur karena kakek meninggal ketika Nara sedang berada di rumah bukan di pondok.
Saat ini Nara sedang murojaah hafalannya di masjid pondok putri. Dia mengenakan mukena. Karena setelah murojaah hafalannya ini, Nara berencana akan melakukan sholat Dhuha. Sedang khusyuknya murojaah tiba-tiba ada yang menepuk pundak Nara.
"Nara," ucap seseorang tersebut.
Nara membalikkan badannya. Melihat siapa orang yang menepuk pundaknya. "Eh ustadzah Azizah, ada apa ya us?" Nara bertanya. Awalnya Nara sempat syok. Karena tumben sekali ketua santri putri menyapanya.
"Hafalan Nara sekarang sudah juz 29 kan?" Tanya ustadzah Azizah seraya duduk di hadapan Nara.
"Alhamdulillah, sudah us," jawab Nara.
"Dua minggu lagi akan ada lomba MHQ. Tadi malam ada rapat pengurus bersama ibu Nyai. Dan ibu nyai memilih Nara untuk perwakilan lomba MHQ 20 juz Ra. (Musabaqoh Hifdzil Quran). Kamu siap?" Ucap ustadzah Azizah.
"Ini ibu Nyai yang meminta us?" Tanya Nara.
"Iya, nanti kamu setoran murojaah sama ibu Nyai Ra. Bagaimana? Kamu siap?" Tanya ustadzah Azizah untuk kedua kalinya.
Sebenarnya ini bukan yang pertamakali Nara ikut lomba. Sebelum-sebelumnya Nara sudah sering ikut lomba. Pertama kali lomba. Nara iku lomba MHQ 1 juz sampai tingkat Nasional. Yang kedua Nara ikut MHQ 5 juz, tapi tidak sampai nasional hanya sampai tingkat kabupaten. Ini untuk lomba cabang MHQ.
Untuk lomba-lomba yang lain Nara juga sering ikut. Seperti MSQ (Musabaqoh Syahril Quran), Hadroh, Madrasah singer (Nara mewakili MA), dan pidato bahasa Inggris.
Dengan yakin Nara menjawab pertanyaan ustadzah Azizah. "Nara siap us."
"Kata ibu Nyai mulai setoran murojaah nya nanti malam Ra. Dan untuk waktu setorannya selepas sholat isya'," ujar ustadzah Azizah.
"Baik us," Jawab Nara.
"Hanifah dimana ya?" Tanya ustadzah Azizah.
"Ada di kamar us," ucap Nara. "Hanifah di ikutkan lomba apa us?" Nara melanjutkan bertanya.
"Kaligrafi Ra. Kalau begitu ustadzah pamit ya. Semangat Nara," ucap ustadzah Azizah dan beranjak pergi meninggalkan Nara.
Setelah kepergian ustadzah Azizah. Nara Kemudian melanjutkan murojaah hafalannya. Karena lomba kali ini benar-benar bukan 1, 5, atau 10 juz tapi 20 juz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara Farzana
SpiritualNara Farzana Aditama, anak bapak Aditama dan ibu Ayudia. Anak kedua dari tiga bersaudara. Tomboy karena adik kakaknya laki-laki sebenarnya tidak ada sangkut pautnya. Memang Nara saja yang tomboy. Bertekad masuk pesantren setelah lulus SD. Tanpa tau...