05 . A Tomorrow Morning

228 35 3
                                    

"I'll do everything that can make you smile again"

***

AKIRA sangat kelelahan semalam, sehingga ia memutuskan untuk langsung tidur ketika sampai rumah. Beruntung ibunya sedang kerja diluar kota selama seminggu, sehingga tak ada yang memarahinya saat pulang terlambat.

Sinar matahari pagi masuk ke celah-celah gordennya, lantas membangunkan gadis bersurai hitam tersebut.

“Hngh, sudah pagi kah?!” Ujar gadis itu kaget. Dia benar-benar lupa untuk menghubungi Mikey ketika telah sampai rumah, dia juga- lupa memberi nama para senpai yang memukulinya kemarin.

Ia segera meraih ponselnya, namun nihil, baterai ponselnya habis.

“HEHHHH!? Harus cepet-cepet berangkat!” Ujar Akira sambil cepat-cepat bersiap berangkat ke sekolah walau kepalanya masih sedikit pening dan tubuhnya terasa sangat pegal.

“TING TONG TING TONG” Bel rumah dibunyikan beberapa kali.

“Itu pasti Hina” Ujar Akira sambil meraih tasnya dan keluar rumahnya lantas menguncinya, berlari menuju pagar lantas segera menarik tangan Hina dan berlari menuju halte bus.

“He ehhh, Akira-san ada apa?!” Ujar Hina kaget.

“Hina kita harus cepat-cepat berangkat!” Ujar Akira.

“Eh, kenapa? Kan belum terlambat?”

“Ada hal gawat!”

Beruntung bus segera datang, Akira pun segera berlari menuju bus diikuti Hina.

“Hah hah hah, untung sempat” Akira dan Hina terengah-engah.

“Akira-san, hal gawat apa? Lalu keningmu kenapa?” Ujar Hina khawatir.

“Itu, aku khawatir Mikey akan menghabisi para senpai kelas dua” Ujar Akira.

“He ehh?! Kenapa?”

“Itu gara-gara aku” Ujar Akira lirih.

“Hehh, apa ada hubungannya dengan luka di keningmu?” Tanya Hina.

Sebenarnya Akira mau menyangkalnya tapi, Hina adalah satu-satunya teman dekatnya di SMA. Ia tak bisa berbohong dengan Hina.

Akira mengangguk kecil. Lalu menceritakan kejadian kemarin kepada Hina.

“Eh, apa masih sakit? Apa tak apa berangkat sekolah sekarang? Senpai-senpai itu kejam sekali” Ujar Hina tambah khawatir.

“Aku tak apa Hina, aku lebih khawatir sama mereka malahan” Ujar Akira.

***

Tak lama kemudian bus pun sampai ke tujuan mereka, SMA Tokyo. Benar saja, hal yang dikhawatirkan Akira terjadi. Ke tujuh senpai Akira yang kemarin saat ini sedang berada ditengah lapangan dan memakai kalung yang terbuat dari kardus yang bertuliskan “SAYA PENGECUT”.

Akira segera berlari meuju kesana dan melihat beberapa kakak kelasnya yang laki-laki sudah babak belur dan yang perempuan terlihat sangat ketakutan. Banyak murid lain yang lewat memilih untuk berhenti dan mengabadikan momen tersebut atau membicarakan dalam bisik-bisikan.

Disana, Akira melihat Mikey dan beberapa temannya sedang duduk dibangku dekat taman sekolah yang menghadap lapangan. Dengan segera ia menuju ketempat tersebut.

“Mikey! Apa yang kau lakukan!?” Teriak Akira.

Yang di panggil tidak menjawab sama sekali dan hanya mengacuhkannya.

“Mikey, Akira sudah datang” Ujar Draken.

“Oh, masih hidup rupanya-” Ujar Mikey sambil tersenyum tipis lantas berjalan kearah Akira dan menarik tangannya menuju kerumunan orang tersebut.

A Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang