Bagian Sebelas

504 95 14
                                    

Kelabu di langit musim panas yang cerah. Semua orang yang di tempat itu memilih diam di pagi-pagi buta. Sesuatu yang buruk telah terjadi, dan mungkin tidak akan pernah bisa diperbaiki.

Di belakang rumah bercat putih dengan aura kelabu, seorang laki-laki remaja berbaju hitam duduk di sebuah kursi panjang coklat yang langsung menghadap pada sebuah kolam renang.

Di tangannya sebuah tiket kereta api terus menerus menjadi pusat perhatiannya. Laki-laki itu menggunakan kemeja hitam dengan lengan panjang yang digulung sampai sebatas siku, wajahnya terlihat sangat murung.

Laki-laki itu menarik nafas panjang, kemudian meremas tiket yang bertanggal kemarin. Chanyeol tidak datang ke Boseong tahun ini. Ia tidak mungkin bisa datang ke sana ketika melihat Baekhyun yang datang tiba-tiba ke hadapannya dengan wajah pucat dan basah oleh air mata. ayahnya meninggal kemarin dalam sebuah kecelakaan, dan Chanyeol tidak mungkin meninggalkan Baekhyun sendirian.

"Chanyeol-yaa kau boleh pergi setelah upacara selesai." Baekhyun mengagetkan laki-laki remaja itu yang sedang melamun.

Chanyeol menatap Baekhyun yang terlihat sangat menyedihkan. Lingkar mata gadis itu sangat terlihat jelas, dan wajahnya bengkak karena menangis tanpa henti. Gadis itu berusaha sangat keras untuk tegar di hadapan Chanyeol.

"Aku akan menemanimu." Chanyeol berdiri dari tempat duduknya, kemudian membelai lembut kepala Baekhyun.

"Kalau begitu Jangan pernah pergi." Air mata sudah berkumpul di mata gadis itu, dan bersiap untuk keluar.

Chanyeol tidak bisa berkata apa-apa. Gadis di depannya benar-benar terlihat lemah. Sedikit saja ia menyakitinya, gadis itu bisa saja hancur berkeping-keping.

...

Pagi itu, hujan deras mengguyur kota Boseong padahal musim panas tengah berlangsung. Seorang gadis mungil tengah menunggu kedatangan seseorang, ia sudah bersiap sejak pagi-pagi buta untuk menyambut kedatangan orang tersebut.

Kemarin seorang petugas pos datang membawakan sebuah paket dan sepucuk surat untuknya. Paket yang tidak terlalu besar, dan dibungkus seadanya.

Ia berniat membuka kotak tersebut sembari menunggu orang itu tiba.

"Dari siapa?" Ayah Kyungsoo tiba-tiba hadir dan sukses membuat Kyungsoo terkejut.

Gadis itu segera menutup kembali kotak paket yang baru setengah ia buka.

"Teman ku, appa. Dari Seoul." wajah Kyungsoo sedikit bersemu merah saat mengucapkan kata Seoul.

Ayahnya hanya tersenyum. Ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut dan kembali menggerakkan kursi rodanya ke dalam rumah.

Gadis itu menghela nafasnya, kemudian ia kembali membuka isi kotak tersebut setelah memastikan ayahnya tidak terlihat.

Di dalamnya Kyungsoo mendapatkan dua buah kotak kecil. Yang satu berwarna hitam dan yang satunya berwarna coklat. Ia membuka kotak kecil berwarna hitam terlebih dahulu, dan menemukan kalung dengan liontin berbentuk seperti bingkai dengan ukiran yang detail. Gadis itu tersenyum melihat kalung tersebut. Ini pertama kalinya seseorang memberinya barang seperti itu.

Kyungsoo memandang kotak yang berwarna coklat dan menebak-nebak apa yang ada di dalamnya. Merasa tidak sabar ia kemudian membuka kotak itu, ia menemukan sebuah kancing.

Kyungsoo bingung, ia mengambil kancing itu untuk memastikannya. Matanya menyipit untuk membaca sebuah tulisan yang ada di kancing tersebut.

Itu merupakan kancing sebuah seragam. Ada ukiran nama sekolah di kancing itu, Kyungsoo hampir sedikit tertawa membayangkan maksud Chanyeol, sang pengirim. Itu adalah sebuah kancing dari salah satu sekolah terbaik yang ada ada di Korea.

Intricate  (ChanSoo GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang