Part 33

240 36 3
                                    

[PART 32] VILLA IBU

Bukan hanya wonwoo yang ikut dalam perjalanan menjemput dokyeom, Vernon, dino dan aleta. Adik seungcheol yang lain pun juga ikut dalam perjalanan ini. mereka semua rela tidak masuk kantor demi menjemput dokyeom, Vernon, dino, dan aleta.

Bu ijah  sengaja tidak ikut dalam perjalanan ini, karena perintah langsung dari pak kirman yang tidak ingin ada kejadian aneh-aneh yang menimpa bu ijah nantinya. Bu ijah dibiarkan untuk tinggal dirumah dan mendoakan pak kirman serta yang lainnya agar selamat bisa sampai rumah dan tidak kurang suatu apapun. Dan misi untuk menjemput adik-adik seungcheol dapat berjalan dengan lancar.

Bahkan seungkwan yang sedang menginap dirumah temannya pun langsung dijemput hao subuh-subuh, agar bisa ikut dalam perjalanan ini. Seungcheol jadi tidak tenang jika meninggalkan adik-adiknya dirumah, walaupun ada bu ijah disini.

"hati-hati ya, ibu disini selalu doain kalian, supaya kalian selalu dilindungi sama allah,"

"iya... bu, doain ya, biar seungcheol bisa bawa adik-adik seungcheol pulang tanpa kurang suatu apapun..." seungcheol mencium tangan bu ijah, orang spesial yang selama ini membantu rusi mengurus seungcheoldan keduabelas adik seungcheol. Dan ibu ijah yang juga sudah membantu rusi sejak rusi masih sendiri.

"gak diminta pun ibu selalu doain kalian, anak-anak ibu juga, kalian jadi tanggung jawab ibu setelah ibu rusi gak ada... ibu rusi sudah menitipkan kalian kepada ibu, dan kalian juga kan sudah menjadi tanggung jawab ibu sama pak kirman..." sembari mengelus lembut bahu tegap seungcheol.

Semua orang sudah berada didalam mobil masing-masing. Satu-persatu sudah berjalan meninggalkan rumah. Mereka semua jalan dengan cara konvoi. Untung saja jam masih menunjukan pukul setengah enam dan perkiraan seungcheol sepagi ini macet belum mengganggu perjalanan mereka.

"a... gimana kalau ternyata adik-adik gak ada disana?"

Seungcheol terdiam mendengar pertanyaan joshua, yang kini sedang terfokus pada jalanan. Joshua sebenarnya cukup takut akan pertanyaan yang diajukannya barusan. Joshua memandang seungcheol sesekali dengan perasaan ragu didalam benaknya.

Bu, tolongin aa... aa minta tolong sama ibu... "berdoa aja, supaya adik-adik ada disana." ucap seungcheol sembari menatap joshua yang sedang fokus menyetir dengan tangannya mengelus lembut punggung tangan adiknya yang sedang bertengger di persneling mobil. Lalu kembali lagi menatap jalanan didepannya.

Joshua hanya bisa diam mendengar itu, sebab kali ini joshua sedikit tidak yakin akan hal yang dilakukannya saat ini. Tapi joshua harus percaya pada kakaknya. Joshua selalu berdoa agar perjalanan mereka kali ini dilancarkan.

Dimobil berbeda ada, jeonghan yang fokus membawa mobil. "kenapa sih? A cheol tuh yakin banget kalau bang dokyeom sama adik-adik ada disana?"

Jeonghan hanya bisa mendengar pertanyaan dari adiknya yang berada dikursi penumpang dibelakangannya, seungkwan. "apalagi seungkwan sampe dijemput subuh-subuh sama bang hao." Ujar seungkwan lagi.

"memangnya kamu mau, pas kamu pulang, di rumah gak ada orang?" kali ini hao yang menyaut dari kursi penumpang disebelah jeonghan. Melihat adiknya menggeleng, hao hanya tersenyum. "skripsi udah sampe mana dek?" tanya hao mengubah topik pembicaraan.

"masih, stuck... masih kurang sreg di bab 3 dosennya." Seungkwan sedikit merajuk.

"cepetin atuh, nanti kalau aa tahu bisa-bisa gawat." Goda jeonghan.

Dimobil lainnya, yang berisi Daniel, wonwoo dan juga jun berada. Mereka juga sama membicarakan hal yang akan mereka rasakan hari ini. "kenapa tiba-tiba lo langsung kepikiran kalau adik-adik gua ada disana?" tanya wonwoo dengan nada yang sedikit menghakimi.

"ini tuh, lo lagi nanya atau—"

"—gua, lagi nanya."

Daniel tertawa renyah, dan melihat kearah jun yang seperti biasa saja mendengar adiknya seperti ini. "semuanya udah jelas won,"

"apanya yang jelas?" tanya wonwoo lagi,

"semuanya."

"semuanya?"

"semuanya, mulai dari kejadian kecil yang bisa dibilang gak wajar, dan hal besar yang buat adik lo itu sakit,"

"adik gue, memang sakit tapi perkara adik gue tiba-tiba sakit itu, gue gak tahu..."

"dokyeom ketemu sama sosok anak kecil nyeremin dikamarnya sebelom dokyeom jatuh sakit." kali ini bukan Daniel yang memberi jawaban tapi, jun.

"lho? Mas? Mas tahu darimana?" tanya wonwoo yang kebingungan, begitu juga Daniel yang sedikit menaikan alisnya,

"dari a seungcheol, pas subuh-subuh bangunin gua."

"tapi, kok pas aa bangunin gua, aa gak cerita apa-apa..."

Jun dan juga Daniel menaikan kedua bahunya, "gak tahu deh, gue..." jun yang iseng.

"hhh" wonwoo merajuk.

Dimobil minhyun berisi, hoshi, mingyu dan pak kirman. Tidak ada pembicaraan serius disini. Mereka masing-masing memainkan ponselnya, kecuali minhyun dan pak kirman yang menatap kejalanan.

Minhyun sesekali melihat pak kirman yang menyetir dengan pikiran yang bisa dibilang kosong. Mungkin pak kirman sedang memikirkan anak satu-satunya yang keberadaannya tidak diketahui siapapun. "pak, kalau capek nanti gentian aja direst area depan." Minhyun membuat pak kirman sedikit lebih rileks dengan keadaan saat ini.

Minhyun tidak mau, ada hal aneh selanjutnya yang menimpa rombongan mereka. Minhyun memang harus bersikap begini. "iya, mas Daniel... tapi saya masih kuat kalau harus bawa sampe villa." Tidak lupa dengan senyuman tiga jari pak kirman. sesetres apapun pak kirman masih bisa senyum lebar dihadapan semua orang.

"iya, pak... by the way... jangan terlalu dipikirin," minhyun menatap pak kirman ragu, "mungkin minhyun gak tahu seperti apa perasaan bapak saat ini. Tapi, minhyun paham pak... minhyun bisa rasain..." minhyun masih sesekali melihat kearah pak kirman yang fokus menyetir. "minhyun cuma minta sama bapak, supaya bapak percaya, kalau dokyeom, Vernon, dino sama aleta bisa ditemuin dengan cepat."

Lalu pak kirman tersenyum. "saya kira, hanya a seungcheol saja yang paham dengan apa yang saya rasakan, ternyata mas minhyun juga..." katanya, "saya selalu berdoa sama allah supaya anak-anak bisa ditemuin dengan cepat, dan saya berharap mereka tidak berada didunia yang mereka tidak kenal." Ujarnya.

"dari yang mingyu denger semalem, memangnya ibu punya masalah sama siapa lagi, pak? Selain sama tante mayang dan om rudi?".

Adik seungcheol yang nomor Sembilan itu, benar-benar kelewat polos, umur sudah kepala dua, tapi kepolosannya tidak pernah berubah.

"mingyu! paan si ahh, ngapain lo tanya begituan?" hoshi menjitak kepala mingyu.

"lah? Gua kan cuma tanya masssss" mingyu dengan rintihannya. "jahat lo mas! Gua bilangin aa nanti!" mingyu masih mengusap-usap kepalanya yang terkena jitakan maut hoshi. Sementara minhyun dan pak kirman hanya tersenyum melihat hiburan didalam mobil.

VILLA IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang