Part 7

335 49 5
                                    

[PART 7 VILLA IBU]

Perjalanan yang lumayan lama ditempuh untuk sampai di villa ibu, dari jalan yang naik turun, lalu belokan tajam, dan tak lupa juga dengan banyaknya pohon karet di sisi kanan dan kiri. Mungkin disini hanya gue yang merasakan hawa negatif.

Yang lewat disekitar sini bukan hanya kita, banyak penduduk sini dan juga orang-orang yang menyewa villa disini. Villa ibu sebentar lagi sampai. Karena setiap kali liburan kesini hal yang jadi patokan gue adalah pohon karet satu-satu yang ukurannya paling besar. Yang menandakan bahwa villa ibu sudah dekat. Dan ada juga palang yang menunjukan arah villa ibu.

"akhirnya nyampe juga" a shua yang melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Tidak ada seram-seram dari villa ibu ini. Tapi, semenjak melewati pohon karet besar itu, hawa negatif muncul. Padahal tempatnya ramai, banyak penyewa villa yang berlalu lalang. Di depan villa utama ibu ini.

Villa ibu memang sudah terkenal, makanya di akhir tahun begini, villa ibu selalu disewakan, tapi untuk villa utama. Yaitu villa yang akan kami tinggali jarang sekali ada yang mau menyewa, katanya itu terlalu besar, atau biayanya yang lumayan. Begitu sih kata aa.

Gue membuka pintu, dan anehnya hal yang pertama gue lihat, adalah gubuk kecil yang terlihat dari arah gue berdiri saat ini. Gubuk itu seperti gubuk yang sudah lama tidak ditinggali atau dipakai. Tapi gue hiraukan itu. Lebih baik gue bantuin Vernon yang lagi nurunin koper dibagasi.

"kalo kayak gini, onyom berasa dejavu", "dejavu? Maksudnya?" a jeonghan, "iya, kayak pertama kali kita pindah kerumah ibu dulu..", "hush.. udah nggak usah dibahas" a shua. Seketika gue langsung diem dan lanjut bantuin Vernon bawain koper kedalam.

"saya sudah nunggu dari tadi pagi den.." suara khas sunda banget, pak supri. Pak supri ini penjaga villa ibu, dari dulu-dulu banget. Gue kenal sama beliau, waktu sebulan diangkat sama ibu. Beliau baik, tapi dari dulu gue nggak pernah tahu kalau pak supri ini punya anak atau nggak.

"iya pak, macet banget, parah ya.." a seungcheol. "rencana sampai kapan den liburannya?", "cuman seminggu kok pak, saya cuman dapet ijin cuti seminggu dari atasan" jelas a seungcheol. "owalah.. padahal disini ramenya sampe nanti.. sekitar.. pertengahan januari..", "haha, ya nggak apa pak, Alhamdulillah kalau begitu.." a seungcheol.

"kamarnya juga sudah saya rapihkan dan bereskan den..", a seungcheol ngangguk "iya.. iya.. pak, terimakasih ya..". "kalau begitu saya permisi..", "iya pak, sekali lagi makasih ya..", "iya den..".

pak supri pergi setelah obrolan singkat bersama aa, "nyom sekamar sama gua" bang hao tiba-tiba, "paan?? Kagak kagak..", "ahh elahh, a liat a, si onyom gak mau sekamar sama hao", "abisnya nih ya, a.. bang hao tuh suka laksak tidurnya, males onyom". "kamu jangan kayak gitu sama adiknya dong hao..", bang hao cuman nyengir-nyengir.

Akhirnya gue tetep sekamar juga sama bang hao dan bang gyu. Emang paling males kalau harus sekamar sama mereka. Yang satu badan gede banget, yang satu tidurnya laksak banget. Untung aja kasur-kasurnya masing-masing. Kalau nggak, udah ripuh gue.

"ijinkan ku lukis senja mengukir namamu disana~~", "anjayy si onyom.. masih siang nyomm, belom senja.." goda bang hao, bang hao emang selalu gitu sama gue, gak bisa ngelihat gue bahagia. Senengnya kalau gue lagi blangsak aja. "do amat!!" gue bangun dan pergi kedepan villa.

Banyak juga yang nyewa villa ibu. Setiap orang melewati villa utama dan salam sopan "a..". Gue sih cuman senyum-senyum aja.

Dipiki-pikir gue jadi penasaran sama gubuk yang gue lihat tadi. Gue selalu memandang gubuk itu. Nggak ada yang aneh padahal, tapi kok gue penasaran ya.

Gue berkeliling, dengan pakaian santai gue. celana training item pendek dengan kaos putih bertuliskan my trip my adventure. Gue juga nggak tahu kenapa gue bisa bawa baju ini. Kocak emang. Tak lupa sandal swallow warna item yang gue beli indoapril. Dan ponsel yang gue kantongin.

Gue berkeliling disekitar villa ibu ini. Oh iya, villa ibu ini modelnya kaya homestay gitu, villa utama agak jauh dari villa yang banyak disewain, tapi orang-orang harus lewatin villa utama dulu kalau mau ke villa mereka. Disini, ada sepuluh villa. Termasuk villa utama, tapi yang saat ini sewain cuman Sembilan villa aja, karena villa utama ditinggali kita.

"a.." kata penyewa villa yang kebetulan berpapasan sama gue, gue cuman senyum-senyum aja. "ngopi, a..", katanya begitu. Tapi gue cuman bilang "makasih a..". terus gue permisi pergi. Dan gue sedikit denger obrolan mereka yang bilang "itu anaknya yang punya villa ini..", "ohh pantes dia nginepnya di villa utama, ternyata anaknya..", "iya, abisnya villa utama kalau disewain pas moment tahun baru kayak gini mahal banget, tapi emang enak sih, fasilitasnya lebih lengkap.. bener-bener kayak liburan". Begitu percakapan mereka yang gue denger.

Hawa negatif yang gue rasain udah mulai berkurang, tapi gue masih penasaran sama gubuk yang gue lihat tadi siang. Gue memandang gubuk itu dari balkon kamar. Gue lihat gubuk itu terang karena di kelilingi obor. Kalau dihitung-hitung obornya ada tujuh. "kenapa harus tujuh?" gue bermonolog.

"apaan yang tujuh?" bang gyu tiba-tiba menyambar. "bukan apa-apa..", bang gyu cuman angguk-angguk aja.

Saat gue ingin menyusl bang mingyu masuk kedalam, gue tiba-tiba melihat seperti orang yang masuk kedalam gubuk itu. Karena posisi yang terlalu jauh, gue juga nggak bisa lihat jelas siapa orang itu. Pencahayaan yang menurut gue minim pada gubuk itu, sangat susah melihat siapa orang tersebut.

Akhirnya gue masuk aja, daripada harus nyureng-nyureng buat tahu siapa orang yang masuk kegubuk itu. Itu bukan hal yang penting menurut gue.

Gue terlentang diatas kasur empuk, dengan pandangan menghadap kelangit-langit kamar. Gue juga nggak tahu apa yang gue pikirin, tapi kenapa gue selalu penasaran sama apa isi digubuk itu. Padahal diri gue sendiri menganggap itu bukan suatu hal yang penting.

Palingan juga gubuk dalemnya cuman gabah, atau kayu bakar. Udahlah mendingan gue tidur aja.

"NYOM! BUKA NYOM!! GUE NGGAK BISA KELUAR! TOLONGIN GUE NYOMM!!" BRAK BRAK BRAKK "nyom bukaa! Tolongin guee!!".

"WAAA!!" gue bangun dari tidur gue, dengan napas yang nggak beraturan. "kenapa nyom?" tanya bang hao yang langsung lari ke kasur gue, setelah dia lihat gue ngos-ngosan, kayak abis lari tiga keliling lapangan bola. Gue masih diem aja, nggak bisa jelasin apa yang ada dimimpi gue tadi. karena gue juga bingung kenapa tiba-tiba mimpi gue kayak begitu.

"nyomm?? Nggak apa-apa kan lu?" bang hao lagi, dan gue masih diem aja. "NYOM!" bang hao nepuk pundak gue, dan gue seolah-olah benar-benar tersadar. Gue memandang wajahnya bang hao. "kenapa lu?" bang hao lagi. Tanpa gue sadar gue mengeluarkan air mata. Gue juga nggak tahu kenapa gue tiba-tiba ngeluarin air mata. Dan dengan sigap gue memeluk abang gue itu.

"lu kenapa sih? Kesambet bukan??" bang hao lagi. Gue terisak. Bang hao cuman bisa ngusap-ngusap puncak kepala gue. "mangkanya... lu kalo mau tidur baca doa, sekalian bacain doa buat ibu juga..", gue cuman ngangguk-ngangguk dibalik leher jenjangnya abang gue.

"kenapa lu? Cerita sini sama gue.." bang hao. "gu.. gue.. mimpi lu manggilin nama gue, dan minta tolong sama gue..". "terus kenapa lo nangis?", "karena.. karena gue nggak bisa nolongin lu.." gue lagi-lagi mengeluarkan airmata.

"kenapa nggak bisa?", gue menggeleng "gue, juga nggak tau.." gue menundukkan kepala gue. "nggak mungkin kalau lo nggak bisa tolongin gue, kenapa? Karena lo akan memperjuangkan apapun untuk menyelamatkan sodara-sodara lo.. bahkan aleta sekalipun akan lo perlakukan sama..", gue mendongak untuk melihat wajahnya abang gue itu.

"lo akan selalu jadi pahlawan kesiangannya kita semua.." bang hao mengacak-acak rambut gue, "gak usah nangis lagi, cengeng banget sih.." bang hao berdiri. "dah lanjut tidur lagi sana, jangan lupa doa tidur sama kirimin doa juga buat ibu.." bang hao, dan gue mengangguk.

Kalau gue jujur sama bang hao, kalau alasan gue gak bisa nolongin dia itu gara-gara ada wujud anak kecil dengan parang ditangan kanannya, dan wajah yang tersayat-sayat. Gue yakin bang hao nggak akan percaya, sebab baru sekali dalam seumur hidup, gue mimpi seserem itu.

Ada apa sih sama gue, kenapa tiba-tiba gue mimpi kayak begitu, apa.. kelebihan dino menular ke gue? nggak.. nggak mungkin, gue nggak mau punya kemampuan kayak gitu.. gue nggak mau.. biar dino sama aleta aja yang punya kemampuan kayak gitu. Gue nggak mau..

Bu.. dokyeom cuman mau satu, semoga ibu bisa tenang dan selalu bahagia disurga sana.. dokyeom sayang ibu, al-fatihah..
dan.. dokyeom masih merasakan adanya ibu, saat dokyeom takut dan sendirian..

Mata gue terpejam setelah baca doa tidur dan baca doa untuk ibu, disurga sana..

VILLA IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang