Part 40

290 35 17
                                    

[PART 39] VILLA IBU

Segala sesuatu yang terjadi hari ini membuat seungcheol merasa bahwa ibu angkatnya, rusi, salah menikah dengan seseorang seperti rudi. Seungcheol tahu bahwa posisi dirinya disini hanyalah, seorang anak angkat. Seungcheol juga paham, bahwa ibunya lebih dulu bertemu dengan rudi dibanding dirinya. Tapi, semua orang akan berpikir hal yang sama jika dihadapkan pada sebuah kejadian seperti ini. Semua orang di dunia ini juga akan menyalahkan rudi jika mereka tahu seperti apa sikap dan sifat dari ayah angkat seungcheol itu.

Jika tahu akhirnya akan menjadi seperti ini, seungcheol lebih baik untuk tidak bertemu dengan rudi, maupun rusi. Seungcheol pasti akan memilih orang tua lain yang dianggapnya benar-benar realistis, tidak mistis seperti ini. Jika tahu bahwa rusi memiliki suami layaknya iblis yang menjelma sebagai manusia. Seungcheol tidak akan menuruti kemauan rusi untuk pergi menginap satu hari dirumahnya kala itu. Seungcheol menyesali semuanya. Menyesali menjadi anak angkat rusi dan rudi. Menyesali menjadi sosok anak pertama. Menyesali menjadi sosok yang dibanggakan. Menjadi sosok sebagai pelindung. Menjadi sosok yang pura-pura kuat. Seungcheol menyesali semuanya.

Lahir dari Rahim perempuan yang membuangnya begitu saja, dan pergi entah kemana, membuat seungcheol berpikir kalau hidupnya memang ditakdirkan seperti ini. Hidupnya memang sekeras ini. Hidupnya memang sesulit ini. Seungcheol tahu, seungcheol paham. Tapi apakah semua ujian ini bisa berakhir dan membuat dirinya menjadi sosok orang yang normal? Sosok manusia yang bisa bekerja dengan tenang? Yang mengunjungi coffee shop sehabis bekerja seharian? Apakah semua itu bisa seungcheol rasakan tanpa harus memikirkan bagaimana keadaan rumah, apakah semua roh-roh itu masih sering mengunjungi keluarganya. Ataukah roh itu sedang menganggu adik-adiknya. Seungcheol lelah.

"bu, seungcheol capek..."

Air mata berlinang di pelupuk mata seungcheol. Di teras rumah dimana seungcheol sedang menunggu Daniel keluar. Sore ini pukul 15.00 dimana seungcheol disuruh untuk pergi kerumah pak ustad yang sudah membantunya tadi.

"a! ayok." Daniel keluar dengan pakaian yang sudah rapih, Daniel memakai sepatu. Dan memakai parfume yang wanginya sangat menyengat.

"buset wangi banget."

Daniel hanya menyengir.

"ngapain pake sepatu?"

"lah? Kan mau kerumah pak ustad, kudu rapih, siapa tahu anaknya pak ustad lagi ada dirumah."

"pake sandal aja."

"yah, a..."

"pake sandal aja."

"okay.." dan Daniel kembali membuka sepatunya. Sambil mendumel, "masa udah wangi gini, suruh pake sandal aja."

Setelah selesai, Daniel, seungcheol, dan pak kirman. Hendak bergegas, mereka bertemu dengan pak supri.

"lho? Pak kirman, den seungcheol, dan.."

"Daniel, pak."

"eh iya, den Daniel, mau pada kemana?"

"mau keluar sebentar, pak, beli sesuatu..."

"owalah, kalau gitu nitip sama saya aja.."

"gak perlu pak.. saya sama pak kirman, sama Daniel aja." seungcheol tersenyum dengan gelagat curiga kepada pak supri, "memangnya bapak mau kemana?"

"oh.. ini saya mau kekota, mau ada yang dibeli.."

"kalau gitu nitip aja pak sama kita.. biar sekalian." Kali ini daniel. Bukan seungcheol.

"o-ooh.. gak usah.. soalnya aden-aden ini gak tahu apa yang mau saya beli..."

"saya tahu kok kang.." kali ini bukan seungcheol maupun Daniel, tapi pak kirman.

VILLA IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang