Part 2

663 68 0
                                    

[PART 2] VILLA IBU

Hari minggu, adalah hari dimana semua orang akan berlomba-lomba untuk bangun paling siang. Termasuk keluarga yang satu ini. Di ruang makan hanya ada aleta dan bu ijah yang sedang menyiapkan sarapan untuk ketiga belas kakak beradik yang batang hidungnya masih belum terlihat.

Sudah biasa, memang. Mereka semua akan bangun di jam Sembilan atau sepuluh pagi setelah melakukan sholat subuh berjamaah dimasjid. Mereka semua sangat tidak ingin menyianyiakan waktu tidur panjang di hari minggu seperti ini.

"ta" suara parau yang terdengar dari arah tangga membuat aleta langsung menengok ke sumber suara. Itu dino. adik bungsunya aa. Dino berjalan kearah aleta dan juga bu ijah dengan langkah kaki yang diseret, nyawanya seperti belum terkumpul sepenuhnya.

Dino duduk di kursi makan, tepat disebelah aleta. Aleta langsung memberikan piring yang diatasnya sudah ada bungkusan kertas nasi. "apa ini?" dino bertanya dengan tangan kanan mengucek kedua matanya. "nasi uduk mang jajang", "nasi uduk mang jajang?" seketika nyawa dino langsung terkumpul, setelah mendengar kata "nasi uduk mang jajang". Aleta hanya memperhatikan, karena pemandangan seperti ini sudah sering dilihatnya.

"nasi uduk mang jajang yang deket indoapril bukan?" tanya dino. "iyalah, emang dimana lagi" sembari mengambil sendok dan air minum untuk dino. Dino langsung sigap mengambil sendok yang berada di genggaman aleta dan segera membuka bungkus nasi uduk dihadapannya.

"wahhh, bukan main nih nasi uduk" dino geleng-geleng kepala, aleta yang melihatnya hanya bisa memutarkan bola mata malas.

Jam dinding sudah menunjukan pukul sepuluh kurang lima belas. Semua anggota keluarga juga satu persatu keluar dari sarangnya. Dino yang sudah sarapan langsung menuju ke ruang tv. "ta" dino memanggil aleta yang baru saja menaruh susu untuk dino di meja ruang tv. Yang dipanggil hanya berdehem.

"temenin gua sini, nonton tipi", "ngapain?", "nonton tipi", "ogah, kerjaan gua masih banyak" aleta berlalu begitu saja dan dino hanya bisa melihat punggung aleta yang semakin jauh.

Setelah membantu bu ijah, aleta menuju keluar rumah untuk menyiram tanaman dikebun. Itu memang tugas wajib aleta setiap harinya. "kayaknya enak ya, kalau makan bakso mpok eli" aleta bermonolog sembari menyiram tanaman dengan keran air yang menyala.

"mpok eli? Mpok eli emang udah balik lagi dari kampungnya?" suara yang membuat aleta kaget dan tidak sengaja mengarahkan keran air yang masih menyala ke wajah seseorang yang berbicara barusan. "anjirr si leta!!!" Vernon berteriak. Aleta langsung segera mematikan keran airnya. "maaf, maaf" aleta langsung segera minta maaf.

Vernon menatap tajam aleta, aleta hanya bisa menunduk. "gua tau ta, kalau gua belon mandi, tapi gak gini juga caranya, ta...", "iya, iya maaf non". Vernon cuman geleng-geleng dan bilang "gara-gara lo nih, gua jadi mandi pagi di hari minggu!" lalu Vernon pergi meninggalkan aleta ditaman depan rumah.

Aleta memastikan Vernon yang tubuhnya sudah hilang dibalik pintu rumah. "kenapa si, gak adek, gak kakak, semuanya males mandi pagi di hari weekend kayak gini". Aleta kembali melanjutkan aktivitas menyiram tanamannya.

"lahhhh, tumben nih udah wangi, biasanya jam segini masih pake kaos oblong sama celana kolor terus bau ketek.." hoshi mengejek Vernon yang agak rapih dengan kaos hitam dan celana training pendek adidasnya. "gara-gara si leta, gua jam segini udah wangi" Vernon duduk disebelah hoshi yang sedang memainkan ponsel sembari menyuruput kopi susunya.

"emang lu diapain sama leta?" dokyeom yang ikutan menimbrung dengan tangan kiri membawa sepirig nasi uduk lengkap dengan bakwannya. "disebor pake keran!", "yaelah, non gua kan udah minta maap.." aleta yang kebetulan lewat dan mendengar percakapan kakak-beradik ini. Vernon menatap sinis leta "bodo amat ta!".

VILLA IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang