Part 44

285 41 12
                                    

[PART 43] VILLA IBU

Sama sekali tidak mendapat jawaban apapun, padahal sudah banyak yang seungcheol lakukan. KIlas balik tempo lalu membuat seungcheol malah semakin bingung dengan apa yang pernah terjadi dimasa lalu. Seungcheol malah kewalahan mengingat seperti apa dan bagaimana ibu angkatnya menjalani kehidupan sebelum ada dirinya dan adik-adiknya, dulu.

Mimpi pertama, mimpi kedua, dan mimpi-mimpi lainnya benar-benar terlalu mirip dengan apa yang seungcheol rasakan sewaktu dirinya masuk ke dalam keluarga rusi. Semuanya berhubungan, sangat jelas, bagian demi bagian membuat seungcheol semakin ragu kalau ibu angkatnya memang bukan orang baik. Bukan hanya mimpi yang membuat seungcheol semakin bingung, tetapi juga cerita-cerita yang menurut seungcheol sangat sulit dipercaya oleh akal sehat manusia. 

Seungcheol terlalu menggunakan logikanya (akal sehatnya) saat ini. Jika semua yang terlihat dimatanya tidak masuk diakal, maka seungcheol akan menjudge hal tersebut selamanya. Dan hal ini juga akan sulit bagi semuanya. 

Tap... tap... tap.. 

Sretttt... srettt..

Suara langkah kaki yang didengar semakin mendekat, kini seungcheol, jeonghan, joshua, mingyu dan minhyun saling berpelukan satu sama lain. Mencoba membuat suasana menjadi setenang mungkin dan menghilangkan suasana seram dikamar ini. Bukan samar-samar lagi, kini mereka semua bisa mendengar suara knop pintu dibuka. Sangat jelas. Benar-benar jelas. 

"kita harus bisa keluar dari kamar ini dan pindah ke kamarnya seungkwan."

"kita harus pindah, niel?"

"kita harus pindah, han."

"adek-adek gua gimana?"

"han, lo serius nanya gini?"

"niel—"

"—gua yang bawa joshua, seungcheol yang bawa mingyu, dan lo lihat situasi."

"lo gak salah suruh gua untuk lihat situasi?"

"terus lo mau berat-beratan bawa joshua? Kalo lo mau, yaudah, gua yang mantau dan lihat situasi, dan lo yang bawa joshua. Kalo seungcheol adalah hulk, mungkin dia bisa bawa dua orang sekaligus, dan dia juga bisa langsung ngalahin orang-orang bangsat diluar sana tanpa adanya kayak-kayak ginian dan adik-adik lo juga gak akan diculik. " 

Jeonghan menghela napas berat. "oke."

Mereka berlima turun satu-persatu dari tempat tidur, satu-persatu memakai sendal tidur, dan satu-persatu jalan kearah pintu dengan jeonghan yang memimpin. Sementara yang berada di barisan paling belakang adalah minhyun. Jeonghan menempelkan daun telinganya pada papan pintu, berusaha mencoba mendengar apa yang bisa ia dengar diluar kamar ini. Jeonghan berharap hal-hal menyeramkan apapun bisa pergi ketika dirinya dan saudara-saudaranya keluar dari kamar ini. Jeonghan merasa bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang atau mungkin sangat-sangat panjang untuk dirinya. 

Jeonghan tersadar ketika dirinya kembali mendengar bunyi lonceng, Kali ini suaranya sangat jelas, jeonghan berdiri dan melihat kearah belakang menatap wajah seungcheol dan minhyun. Yang ditatap menunjukan wajah kebingungan. Jeonghan memberikan isyarat dengan jarinya yang menepuk-nepuk pergelangan tangan satunya. Seperti "ini jam berapa? Bukannya kalo lonceng masih bunyi pintunya gak bisa dibuka?" .

Seungcheol dan minhyun paham. Mereka berhenti cukup lama, sampai lonceng jam berhenti berbunyi. Jeonghan kembali menelaah dengan telinganya apakah masih ada suara orang yang melangkah atau orang yang menggesekan kuku pada dinding? Jeonghan kembali menengok kebelakang. 

"kenapa lagi dek?" 

"a.. han takut.. serius deh ini... kaki han gemeteran.."

"jangan ganti posisi cheol, adek lu juga gak akan becus bawa mingyu. Badan dia sama badannya mingyu masih kalah jauh gedenya."

VILLA IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang