Naruto menguap malas dan mulai berjalan gontai menuju ke lantai bawah, dia mulai membayangkan bagaimana kalau dia memiliki kekuatan super dan hanya perlu menjentikkan jari untuk melakukan banyak hal,
"Ada apa Naru-chan?" Tanya Kakashi yang sedang bersantai di sofa,
"Hanya memikirkan beberapa hal bodoh" Naruto menghampiri Kakashi dan berbaring disampingnya,
"Heee, tumben sekali kau mau berpikir hal bodoh!?" Kakashi menyeringai kecil dan menawarkan sebuah cemilan pada Naruto,
"Urusai!! Apakah kau tidak memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan? Kakashi?" Tanya Naruto yang benar-benar terlihat sangat jenuh sekarang,
"Hmm?" Kakashi tampak berpikir, "entahlah, kalau aku mengajakmu membaca buku kau sudah pasti akan menolak, atau mungkin sebaiknya kau pergi bermain kerumah temanmu"
"Hnnn" Naruto mulai duduk dengan malas, dia berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya,
"Tumben sekali dia, oy Obito" tiba-tiba Uchiha paling ceria itu muncul begitu saja, entah bagaimana dia melakukannya,
"Ada apa?"
"Apa kau tahu kenapa Naru-chan seperti itu?"
"Seperti itu, bagaimana?" Obito memiringkan kepalanya bingung,
"Dia tampak begitu bosan akhir-akhir ini, dia pasti merasa terganggu akan sesuatu" ucap Kakashi,
"Aku pergi dulu" Naruto entah bagaimana dia sudah ada didepan pintu dan langsung pergi begitu berpamitan,
"Eh, tunggu!!" Teriak Obito dan Kakashi bersamaan.
Naruto berjalan-jalan santai disekitar mansion itu dan beberapa wilayah yang tak jauh dari tempat itu, dia memasukkan kedua tangannya dengan wajah malasnya yang saat ini terpampang dengan jelas,
"Ka-chan...." Lirih Naruto, saat ini dia sedang menatap kerumah dimana dia tinggal dulu bersama dengan ibunya, walau dia lebih sering sendiri berada disana, ditemani oleh Rin dan juga Kakashi bersama dengan Obito tentunya,
Senyuman terukir di bibir pemuda pirang itu, dia tampak merasa nostalgia rasanya, rumah ini sudah tidak pernah ditinggali lagi sekarang, walau beberapa kali Naruto datang hanya untuk mengecek seperti saat ini,
Dia tidak berani masuk, itu karena dia merasa ada sesuatu hal yang menahannya, sesuatu yang begitu menyesakkan dan juga menyiksa. Mata biru kemerahan itu mulai terpejam sesaat,
Tiba-tiba sebuah kilas balik dengan suasana gelap dan berdarah terlintas dalam bayangan Naruto, seketika anak itu langsung membuka matanya dengan nafasnya yang memburu,
"Apa itu tadi?" Naruto memegangi kepalanya, dia tidak bisa mengingat dengan baik, apa itu ulah Rev? Apa dia melakukan sesuatu yang tidak dia sadari saat bertukar tubuh? Apa Rev melakukan sesuatu yang buruk?
Nafas Naruto terasa begitu berat saat ini, dadanya terasa begitu sesak sekarang,
"Jangan berpikir, tenanglah atau aku akan mengambi alih!"
Suara Rev tiba-tiba terdengar, "Rev? Apa kau melakukan sesuatu?"
"Tidak, apapun yang kulakukan, sudah pasti itu hanya untuk melindungimu, Naru"
"Souka? Aku sangat percaya dan mengandalkanmu, kalau saja kita bisa saling bertemu satu sama lain di tubuh yang berbeda, tidak seperti ini" Naruto memegang erat dadanya, berusaha merasakan jiwa Rev yang berada satu tubuh dengannya,
"Ya, mungkin aku akan menjadi kakakmu jika kita terlahir dalam dua tubuh berbeda" Rev terkekeh geli,
"Aku tidak keberatan, lagipula kau memang pantas mendapat posisi seorang kakak" Remaja berambut pirang itu tertawa kecil, berbicara dengan pribadi lainnya membuatnya merasa lebih hidup rasanya, andai dia memiliki perasaan yang sama seperti ini saat dia berhubungan dengan orang lain juga.
Kakashi dan Obito tersenyum melihat Naruto yang tampak senang saat ini, tentu saja dua orang ini mengawasinya dari jauh, tidak mungkin mereka mengawasinya dari dekat. Jika kilas balik diulang, ditengah antara sadar dan tidaknya Naruto saat itu, Rev terlebih dahulu menukar jiwa mereka, itu membuat Naruto tidak mengingat sebagian besar dari masa lalunya yang kelam, karena setiap hal buruk akan terjadi, Rev lebih dulu mengambil alih.
"Dengan begini kita tidak perlu terlalu khawatir" Obito tersenyum tipis,
"Tenang saja, Rev akan mengurusnya saat kita tidak berada di dekat Naru, dan lagi sekarang Sasuke mulai menunjukkan rasa pedulinya pada Naru" terlihat sekali tatapan penuh kelegaan pada mata Kakashi, dia lalu berbalik pergi diikuti oleh Obito dibelakangnya.
16 tahun lalu,.....
"Kau tidak bisa melakukan hal ini!! Jika kau benar-benar tidak ingin mengakuinya, terserah tapi Namikaze akan segera berhenti memiliki kekhasannya!!" Mikoto berbalik pergi meninggalkan Minato bersama Kushina yang saat ini mengelus perutnya yang tengah membesar karena hamil,
"....." Minato masih tampak diam dengan sorot mata dingin yang menatap kearah Mikoto.
Akhir kilas balik.
Minato memutar kursinya, dia lelah dan menyandarkan dirinya pada kursi itu, saat ini entah kenapa dia harus mengingat hal itu, padahal dia sudah berusaha keras untuk melupakannya. Minato berdiri dan mulai menuju ke pintu luar, sepertinya dia harus segera pulang dan istirahat, dia merindukan Kushina dan putranya, Menma.
Mobil berwarna biru gelap itu melaju ditengah ramainya jalan, Minato memerhatikan pinggiran jalan untuk mengalihkan rasa jenuhnya, sampai matanya menangkap sosok yang tengah berjalan santai dengan kedua tangannya yang masuk kedalam kantong jaket, Minato merasa tidak asing dengan anak itu, rambut pirang emas, dan mata.......merah?
"Berhenti!" Perintah Minato pada sopirnya, mobil itu langsung menepi dan berhenti, saat itu juga Minato langsung turun dari sana dan menghampiri sosok pirang itu,
"Hey" Minato meraih tangan pemuda itu, begitu sosok itu menoleh, Minato tidak bisa menahan rasa terkejutnya,
"Naruto, kan?"
Pendek, kah?
Maaf, hanya segini otak Nis dapet idenya😩
Bakal diusahain untuk bisa update terus sampai fanfic ini tamat,
Makasih buat readers yang setia terus ngikutin fanficnya, benar-benar TERIMAKASIH BANYAK 🙏😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacío [Slow Up]
ActionSama sekali nggak ada unsur Yaoi dan author bukan Fujo, jangan salah paham!! Suatu kesalahan terjadi antara Mikoto dan Minato. Hal ini menyebabkan banyak pihak terluka, meski itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Di sini, Uchiha Naruto yang merupakan...