under the cotton candy sky

80 22 2
                                    

Sore hari sudah menerpa. Kini, Juan melihat layar ponselnya yang menunjukkan waktu pukul 4:30 PM. Juan meregangkan tubuhnya sedikit, sembari menunggu Arlene yang sedang di dalam kamar mandi.

Juan berdebar, sangat berdebar. Setelah ini ia akan mengajak Arlene untuk menaiki bianglala dan menikmati langit pink keunguan yang jarang sekali terlihat di lingkungan mereka.

Salah satu keunikan di pumpkin hall, langitnya selalu berwarna pink keunguan setiap sore menjelang malam. Orang-orang menyebutnya sebagai cotton candy sky. Mereka bilang, kisah cintamu akan mulus jika menyatakannya di bawah langit gulali. Itu mitos, namun tak jadi masalah jika dicoba.

Cowok jangkung itu meraba sebuah kotak kecil yang sudah ia persiapkan di saku jaketnya. Sebuah benda yang berada dalam kotak itu akan ia berikan pada Arlene tidak lama lagi. 

"Udah!" Arlene menepuk lengan Juan, ia sudah selesai dengan urusannya di kamar mandi.

Arlene memeluk lengan kiri Juan, membuat cowok di sampingnya itu makin berdebar tak karuan. Telinganya kini memerah, tak dapat menutupi rasa malunya.

"K-kita naik itu, yuk?" ajak Juan dengan gagap. Ia menunjuk bianglala besar yang menjadi ikon di taman rekreasi ini.

Arlene melihat bianglala besar yang berlatar langit senja. Akibat refleksi cahaya sore yang mulai meredup, bianglala itu terlihat agak gelap sekarang karena membelakangi matahari.

Arlene mengangguk, menyetujui ajakan Juan. Kakinya melangkah, sementara ia masih memeluk lengan Juan. Akibatnya, cowok itu melihat ke arah kanan sepanjang perjalanan menuju bianglala, menghindari Arlene melihatnya  yang sudah salah tingkah.

Entah ini keajaiban atau Tuhan memang melindungi mereka, namun sejak tadi belum ada satu pun orang dari Arlanta School yang berpapasan dengan mereka. Bukannya Juan senang, ia justru sebal karena tidak menemukan siapa pun. Padahal, itu akan menjadi timing yang bagus untuk mempublikasikan pada dunia, bahwa Arlene adalah miliknya.

"Belum punya gue beneran sih, tapi, ya otw lahh," batin Juan membenarkan asumsinya.

Sejak menyadari perasaannya pada Arlene, Juan mendadak memiliki banyak keinginan dalam hidupnya. Ia menjadi ingin pergi ke sana dan kemari, ingin melakukan ini dan itu, merencanakan segala hal-hal bahagia di hidupnya.

Namun permasalahannya sekarang adalah, apakah Arlene juga merasakan hal yang sama?

Juan berada di zona yang tidak jelas saat memikirkan tentang Arlene. Gadis itu cenderung flirty padanya, namun di sisi lain Arlene menunjukkan ketidak tertarikannya pada Juan. Ini membingungkan.

Namun, ia tak akan menjadikan hal itu sebagai patokan. Arlene bahagia dengannya seperti ini saja sudah cukup untuk membuat Juan tak merasa timpang akan hatinya. Ia memilih untuk menyingkirkan hal-hal kecil yang mengganggu kepercayaannya. Juan tahu, Tuhan bahkan tak akan mempertemukannya dengan Arlene tanpa alasan.

Diam-diam, Juan menatap pucuk kepala gadis di sebelahnya. Juan pasrah. Jika Arlene bukan untuknya, maka cukup jadikan Arlene sebagai salah satu memori bahagia dalam hidupnya. 

Mencintai dalam diam tidaklah pernah menjadi sebuah kesalahan, hanya akan menjadi kesulitan bagi mereka yang mengalaminya.

***

Bianglala sudah berputar perlahan sejak 5 menit lalu. Arlene memalingkan wajahnya ke arah luar. Ia tak menyangka bahwa bianglala akan sesempit ini. Jaraknya dengan Juan yang ada di hadapannya hanya 2 langkah. Cukup untuk membuat suasana canggung menjadi lebih canggung.

Langit masih biru temaram, sisa dari waktu siang. Rona merah muda yang dinantikan orang-orang belum muncul. Mungkin sekitar beberapa menit lagi hal itu akan muncul.

Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang