Masa lalu Arlene

204 42 2
                                    

Arlene memperhatikan Juan yang sedang memainkan HPnya. Arlene hanya memandangi Juan, tapi pikirannya fokus pada Art Event.

Sejujurnya Arlene oke-oke saja kalau menghadiri Art event itu. Sebenarnya Arlene mau, hanya saja Arlene menjadi mengurungkan niatnya setelah mengingat ada satu manusia yang selalu meremehkannya. Dia Adam Yugene, Papa Arlene.

Tadinya Arlene hampir mengiyakan tawaran Bu Desi untuk tampil di Art event. Lagipula Arlene juga suka menyanyi dan bermain musik. Tapi Arlene teringat pria tua menyebalkan tapi sumber biaya kehidupannya.

Kalau Papanya tahu dia akan tampil di Art Event itu, Arlene sudah dapat memastikan kalimat menyebalkan apa yang akan Papanya keluarkan.

"Kayak bisa aja kamu"

Sambil memutar bola matanya.

Arlene jadi malas dan sakit hati kalau Papanya sudah bilang begitu.

Arlene jadi rindu suasana saat keluarganya masih saling mendukung satu sama lain. Kapan terakhir kali hal itu terjadi ya? Entahlah. Kepala Arlene sakit kalau memikirkan tentang itu.

Arlene sudah terlanjur menolak. Tapi mau bagaimana lagi, kalau Lucio sudah terus-terusan menyuruhnya mempertimbanhkan pilihannya terhadap Art Event ini, Arlene tahu bahwa itu berarti ia harus menyetujuinya.

Lucio tipikal orang diktator, ia akan terus memaksa Arlene sampai Arlene sepemikiran dengannya. Kadang Arlene sampai pergi dari rumah karena Lucio terlalu memaksakan kehendaknya.

Ya, Arlene tahu Lucio melakukan itu demi kebaikannya. Tapi Arlene malas dan lelah mendengar siraman rohani dari Lucio.

"Kenapa lo?" Suara Juan memecahkan lamunan Arlene.

"Enggak" Arlene menggeleng-geleng.

"Oh iya, Bernad udah fix gue yang bakal rawat" Juan menatap wajah Arlene.

"Oh, bagus dong" Pikiran Arlene sedang tidak fokus, ia masih memikirkan Art Event dan siraman rohani Lucio.

"Tapi kalo sama gue Bernard diem aja. Kayaknya dia belum terbiasa sama gue" Tutur Juan.

"Iya" Arlene menatap Juan. Tapi pikirannya tidak searah dengan obrolan Juan.

"Kalo sama lo kan dia nurut banget. Ya gak heran sih.."

"Lo kan pawangnya" Juan bermaksud untuk membuat Arlene tersulut.

"He em" Namun Arlene hanya mengiyakan perkataan Juan.

"Lo ngelamunin apa sih?" Tanya Juan.

"Iya" Jawab Arlene. Juan bingung.

Apa-apaan jawaban Arlene? Juan bertanya ia sedang melamunkan apa, tapi jawabannya 'iya'. Arlene melamunkan 'iya' ?

"Lo jelek" Juan malah ingin mengerjai Arlene, Juan merekam kejadian langka saat Arlene tidak fokus seperti ini.

"Iya Juan" Arlene menjawab, tapi terlihat dari matanya Arlene sebenarnya sedang bengong.

Juan menahan tawa, ia ingin mengerjai Arlene lagi. Ia harus menunjukkan rekaman ini saat Arlene sadar nanti. Lumayan, bahan perang dengan Arlene.

"Len, lo jelek kayak bebek" Ujar Juan.

"He em" Arlene mengangguk.

Juan tertawa kemudian menyimpan rekamannya.

"Jelek" Juan ingin menyadarkan Arlene dari lamunannya. Tapi Arlene terlanjur hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Jelek!" Juan menyentil kening Arlene. Arlene baru sadar setelah itu.

Arlene mengusap-usap keningnya yang disentil oleh Juan.

Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang