sleepyhead

716 75 10
                                    

"Arlene Yurika?" Ucap Bu Desi sambil menatap barisan nama siswa di buku absensi kelas 12 MIPA 3.

Guru perempuan berusia sekitar 30 tahunan itu tengah bertugas menjadi guru piket untuk hari ini. Kali ini, kegiatannya terjeda karena menunggu kepastian dari seorang siswa.

"Arlene Yurika?" Bu Desi mengulanginya, panggilan terakhir sebelum ia menyatakan siswi tersebut tidak hadir di buku absensi siswa.

Bu Desi memandangi siswa-siswa di hadapannya. Menyisir pandangan dan ia yakin, Arlene tidak ada di kelas. Bu Desi membetulkan posisi kacamatanya, ia mengambil keputusan bahwa gadis bernama Arlene itu tidak masuk.

"Arlene Yurika? Izin atau sakit?" tanya Bu Desi. Tak ada yang menjawab selama beberapa detik sebelum pintu kelas terbuka dengan kasar.

"PAGI BUDES!" Arlene membuka pintu kelas dengan heboh. Lalu berlari kecil menuju tempat Bu Desi berdiri.

Bu Desi menghela nafas pelan melihatnya. "Mana surat izin dari guru piketnya?" Tutur Bu Desi.

"Nih, Bu!" Arlene menyerahkan kertas putih kecil pada Bu Desi. Kemudian Arlene berjalan lenggang menuju kursinya.

Bu Desi menggeleng-geleng melihat Arlene. Kemudian, ia mencentang kolom kehadiran Arlene di buku absensi. Terakhir, Bu Desi menuliskan 'NIHIL' di bagian paling bawah buku. Ia selesai dengan pekerjaannya di kelas ini.

"Baik, kelas ini lengkap. Saya tinggal dulu ya, silakan tunggu guru mapelnya. Jangan ribut di kelas!" Ujar Bu Desi yang kemudian berjalan meninggalkan kelas.

Arlene baru saja tiba di tempatnya, namun tiba-tiba kursi di sebelahnya bergeser menjauh. Terlihat sosok cowok tinggi di sebelahnya itu memasang wajah jengkel.

"Males banget mesti sebangku sama tukang telat," ucap Juan dengan nada sinis. Hal itu membuat Arlene yang baru duduk mengangkat sebelah alisnya, ia tersulut emosi.

Arlene memandangi lelaki tengil di sebelahnya. Dia adalah Juan Davino, cowok disiplin yang sangat menyebalkan. Setidaknya begitu menurut Arlene.

"Lo pikir gue seneng banget harus sebangku sama manusia rese macam lo, hah?!" tutur Arlene tak kalah sinis. Arlene memutar bola matanya.

Juan menanggapinya dengan tertawa kecil. Dia sedang meledek.

3 minggu lalu, Bu Desi sengaja menempatkan dua manusia yang sangat bertolak belakang itu agar menjadi teman sebangku. Alasannya? Supaya Arlene bisa tertular Juan yang rajin.

Arlene yang merupakan siswi dengan predikat 'termalas' itu membuat Bu Desi --merupakan wali kelasnya-- jengah. Bahkan Bu Desi sudah kehabisan akal untuk membimbing Arlene. Akhirnya, ini adalah cara terakhir dari Bu Desi untuk membuat gadis itu berubah.

Kesan pertama mereka tentang metode ini? Tentu tidak bagus satu sama lain. Terutama untuk Juan.

Juan adalah penjunjung tinggi motto 'teman mempengaruhi masa depanmu'. Karena itu, tentu ia kesal setengah mati harus menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah dengan cewek pemalas seperti Arlene. Apalagi Bu Desi berharap agar ia bisa 'menuntun' Arlene supaya gadis itu menjadi lebih baik.

Sementara Arlene, awalnya ia terima-terima saja dan tidak begitu memedulikan siapa teman sebangkunya. Sampai ia mulai menerima protes dari Juan. Mulai dari protes karena barang-barang Arlene yang berantakan, Arlene yang sering membuang sampah di kolong meja, Arlene yang sering tidur di kelas pun dipermasalahkan oleh Juan. Arlene muak, Juan terlalu banyak aturan.

Baru seminggu mereka menjadi teman sebangku, sudah berkali-kali mereka bertengkar. Tiada hari tenang di antara mereka.

Seperti yang terjadi sekarang. Juan sedang menggerutu karena di bawah kursinya terdapat sampah permen milik Arlene. Juan paham dengan tabiat malas milik teman sebagkunya. Tetapi menurutnya ini sudah keterlaluan. Sampah milik Arlene memasuki wilayah Juan.

Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang