"Oh?" ucap Arlene, ia sedikit kecewa karena gagal mengusik ketenangan jiwa Juan.
"Kira gue lo berkata kasar, wahai Juan Davino." Arlene menguap.
Juan menepikan motornya ke tempat anjing husky yang sendirian. Tak lama kemudian, mereka menuruni motor. Berjalan menghampiri anjing itu.
Anjing yang setinggi pinggang Juan itu memakai sebuah kalung bertuliskan 'Bernard'. Kemungkinan nama anjing itu Bernard. Itu bukan hal penting sekarang. Yang terpenting adalah, di mana pemilik anjing ini?
"Ini anjing siapa?" tanya Arlene. Ia sedikit membungkuk dan mengusap-usap kepala Bernard dengan pelan agar anjing itu tidak ketakutan.
"Mana gue tau," jawab Juan. Juan berjongkok dan mengambil gambar Bernard, hendak membagikannya ke media sosial. Siapa tahu pemiliknya akan melihat.
"Ih, lucu. Wangi juga. Bawa pulang, yuk?" Ujar Arlene. Juan melongo mendengarnya.
"Lo mao simpen di mana, bodoh? Kita kan naik motor." Juan menggerakkan matanya ke arah motor.
"Iya juga ya. Tapi kasian dia sendiri di sini. Lo gak berperi keBernardan deh," ujar Arlene.
"Hah? Berperi apa?" Juan bingung.
"BerperikeBernardan! Lo gak kasian biarin dia sendiri?" ujar Arlene. Ia melipat kedua tangannya. Hoodie Juan yang 2 kali lebih besar dari ukuran tubuhnya terlihat bertumpuk-tumpuk saat Arlene melipat tangannya.
"Dia kan anjing, gak bisa bilang kalo dia hilang! Cuma bisa duduk diem nunggu ownernya yang gak tau di mana," sambung Arlene. Mendengarnya, mereka berdua tertegun seketika.
Pintu hati Juan terketuk. Ia lemah jika sudah dirayu dengan hewan yang sedang kesusahan.
"Lo tunggu sini, deh," ujar Juan.
"Kenapa?" Arlene tak mengerti. Apa maksudnya ia disuruh menunggu? Apa Juan ingin meninggalkannya dan membiarkan Arlene pulang sendiri?! Setelah menumpanginya selama beberapa kilometer?!
"Gue ambil mobil dulu, buat angkut si Bernard. Kasian kalo ditinggal," jelas Juan.
"Dihhh, gue ditinggal berdua sama anjing gitu?" tanya Arlene, ia perlu penegasan.
"Ya sebentar doang, Jeleek. nanti kan gue balik lagi. Lagian lo gue anter balik, kok. Santai aja," ujar Juan.
"Ah, yaudah deh. Tapi tunggu!" Arlene mengangkat telunjuknya, menahan Juan.
"Jaminan dulu, ntar lo ngibulin gue lagi," Arlene membuka telapak tangan kanannya. Menunggu Juan memberikan sesuatu.
"Dasar si Jelek." Juan merogoh dompet miliknya dan menyerahkannya pada Arlene.
"Tuh, dompet gue. Lo pake aja kalo butuh, asal jangan diabisin," ujar Juan.
"Bener ya, Jelek! Yaudah gih, cepetan!" Arlene mengibaskan tangannya, menyuruh Juan pergi.
Juan mengangguk, ia mendekati motornya dan menaikinya. Setelah beberapa saat, cowok itu sudah pergi. Hanya tersisa Arlene, Bernard, dan dompet Juan.
Sementara itu, Arlene mengusap-usap kepala Bernard. Bernard nampak senang karenanya. Ekornya terlihat bergoyang-goyang. Arlene menjadi tambah gemas.
"Aduh, Bernard! Kamu lucu banget!" Arlene bermain-main dengan Bernard.
Orang-orang yang berlalu lalang di jalan memperhatikan gadis bermuka bantal yang sedang bermain bersama anjing husky. Sesekali beberapa di antara mereka tertawa kecil atau menggeleng.
***
Sudah 15 menit Arlene menunggu. Juan tak kunjung datang. Ia mengira-ngira mengapa Juan lama sekali. Apa rumah Juan jauh? Arlene tidak tahu rumah Juan di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]
Teen FictionJuan Davino, ganteng, siswa berprestasi, dengan attitude yang paling baik, dengan segala kesultanannya tiba-tiba ditempatkan sebangku dengan cewek slebor. Arlene Yurika, charming rebel yang kerjaannya tidur di kelas. Ditempatkan sebangku dengan manu...