the bergamot's scent

330 54 7
                                    

Mobil Juan berhenti tepat di tepi sebuah rumah besar berlantai dua dengan nuansa putih dengan kombinasi warna cream. Rumah itu bergaya modern minimalist. Bagian teras rumah itu dikombinasikan dengan gaya Scandinavian --dinding kayu pinus dikelilingi elemen daun English ivy--..

"Lo tunggu sini," ucap Juan seraya keluar dari mobilnya. Ia melangkah menuju pagar hitam besar yang membatasi rumah besar itu dengan wilayah luar.

Arlene mengamati sekitarnya dari dalam mobil. Daerah ini sepi. Hanya dikelilingi rumah-rumah besar dengan gaya moderen minimalis. Arlene yakin ini lingkungan orang-orang kaya --melihat dari sunyinya lingkungan dan jarak antar rumah yang tidak berdekatan--, individualitasnya pasti tinggi. Dan lagi, mereka bukan sekedar orang kaya, namun sepertinya dari kalangan old money.

Pandangannya beralih melihat Juan yang mendorong pagar agar terbuka. Arlene yang melihatnya mendorong pagar sendirian ingin membantu. Namun mengingat situasi canggung mereka, ia mengurungkan niatnya. Semakin dipikir, Arlene jadi kesal sendiri. Kenapa Juan harus sampai blushing seperti tadi?!

Setelah beberapa saat berkutat dengan pagar besar itu, Juan kembali masuk ke dalam mobil. Cowok itu menyetir mobilnya masuk ke dalam rumah. Baru saja ia menghentikan mobilnya di daerah carport, seorang pria paruhbaya yang memakai sereagam biru gelap dan name tag bertuliskan security datang dan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Turun," ucap Juan dengan pandangan lurus. Ia masih tidak sanggup dan merasa agak malu untuk bertatap muka dengan Arlene.

Arlene mengikuti perintah Juan. Ia juga mengeluarkan Bernard dari dalam mobil. Setelahnya, Juan juga ikut keluar dan mengunci mobilnya.

"Ini rumah lo?" tanya Arlene yang sedang menatap rumah di hadapannya.

"Rumah majikan gue," Juan menjawab asal.

"Wah, keren," ucap Arlene polos. Kemudian ia menengok ke arah Juan sambil meminum milk teanya.

"Majikan lo belom pulang ya? Sepi amat," sambung Arlene sambil membalikkan kembali kepalanya. Juan bahkan tidak yakin apakah Arlene sedang bercanda atau serius mengatakannya.

"Ya rumah gue lah! Ngapain juga gue ajak lo ke rumah orang," ujar Juan. Ia agak sedikit sensi karena kelemotan Arlene.

"Oh, bukan ya?" balas Arlene santai. Ia kembali meneguk milk tea di genggamannya.

"Berarti ..., rumah majikan lo yang mana?" sambung Arlene. Ia menengok pada Juan dengan wajah polos.

Juan tak kuasa. Semakin ia meladeni Arlene, dia bisa benar-benar gila. Gadis ini susah untuk diajak bercanda.

Tanpa menanggapi Arlene, Juan berjalan memasuki rumahnya. Arlene mengikutinya dari belakang tanpa instruksi apa pun dari Juan. Arlene hanya mengikuti instingnya. Bernard juga mengekor di belakang mereka.

Juan membuka pintu rumahnya. Ruang tamu dari rumah mewah itu terpampang jelas sekarang. Arlene terkagum-kagum melihat interior rumah Juan yang sangat elegant dan modern di saat yang bersamaan! Sangat berbeda dengan rumah Arlene yang di desain vintage ala cottagecore dengan segala furniture khas bangsawan zaman dahulu. Kadang Arlene berpikir, apakah ia seorang bangsawan?

Rumah Juan sangat nyaman. Ruang tamu ini kira-kira seluas 70 meter persegi --hanya ruang tamu--. Terdapat 4 pasang sofa panjang berwarna abu-abu muda dengan karpet berwarna putih gading di bawahnya. Di ujung ruang tamu, terdapat piano yang mengarah langsung ke jendela besar yang menampakkan pemandangan kolam renang.

Arlene duduk di sofa panjang yang posisinya membelakangi dapur. Dari sudut ini, Arlene dapat melihat akuarium berbentuk silinder besar --tingginya hampir setara dengan plafon-- di sudut ruang tamu. Ada juga terarium raksasa di samping akuarium silinder itu. Serta, terdapat tangga yang agak meliuk dan menjulang dari sudut paling ujung ruang tamu yang bersebelahan dengan ruangan lainnya.

Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang