new begining

170 36 2
                                    


Arlene sudah terbangun dari tidur panjangnya. Tidurnya terasa berbeda semalam, terasa lebih berkesan. Dan hal yang nyaris mustahil terjadi pada seorang Arlene Yurika adalah, ia sudah rapih dengan seragam sekolah pada pukul 6 pagi.

"Kok gue seneng banget deh kayaknya?" gumam Arlene saat melihat pantulan dirinya di cermin full body bentuk oval dan berwarna putih di wardrobe room miliknya.

Arlene tak henti-hentinya melihat ponsel miliknya, mengecek apakah notifikasi yang ditunggu-tunggunya sudah muncul atau belum. 

Ia mengingat-ingat kejadian semalam. Ini sudah yang ke 5 kali sejak Arlene membuka matanya pagi ini. Ia terbayang-bayang night ride pertamanya, dan itu dengan Juan. Sungguh sebuah kenyataan. Tak terduga dan tak terbayang.

"Ya gimana dong? gue tuh gak mau kepikiran tapi muncul mulu di pikiran gue. Ya sekalian aja gue pikirin" ujar Arlene pada pantulan dirinya sendiri.

Setelah merasa dirinya sudah cukup rapih, Arlene mengambil tas sekolah miliknya dan juga kaos kaki pendek putih. Ia turun untuk menyantap sarapannya. Rasanya Arlene tak sabar untuk memulai hari ini.

TING!

Sebuah notifikasi membuat Arlene menghentikan kakinya yang sedang menuruni anak tangga. Setelah membuka ponselnya dan membaca notifikasi yang didapatnya, Arlene berlari menuruni tangga. Ia berjalan cepat untuk menuju pintu rumah sembari memakai kaos kakinya.

Arlene menepuk keningnya ketika hampir tiba di hadapan pintu utama rumahnya.

Ia mengalihkan langkahnya menuju garasi dalam, tempat biasa ia menaruh sepatu sekolahnya. Arlene dengan sigap dan secepat mungkin memakai sepatu dan mengikat talinya, kemudian berlari ke arah gerbang rumahnya seakan itu adalah gerbang sekolah yang siap ditutup karena ia datang terlambat.

"Paagiiii Juan jelek!" sapa Arlene yang baru saja membuka gerbang rumahnya.

Terlihat Juan yang berada di atas motor, memakai helm fullface berwarna hitam dan memegang ponsel di tangan kanannya.

"Diluar ekspetasi" ujar Juan yang mengarahkan sebuah helm berwarna coklat pada Arlene.

Arlene memakainya dengan rapih setelah Juan memberikannya.

"Gue sengaja dateng jam segini karena lo kan hobi telat" ujar Juan.

"Jadi kalo sampe jam 7 lo belom nongol, ya gue tinggal" sambung Juan.

Arlene memukul bahu Juan.

"Lagian ngapain lo nungguin dari jam segini?" tanya Arlene.

Juan terdiam. Alasannya memang untuk mengantisipasi keterlambatan, mengingat Arlene yang selalu kesiangan. Jika Juan harus menunggu Arlene menelepon atau menghubunginya duluan,  dan Juan baru berangkat ke rumahnya setelah itu, entah pukul berapa mereka akan sampai di sekolah. Jadi Juan mengambil langkah preventif, yaitu dengan datang ke rumah Arlene sepagi mungkin, jadi jika nanti Arlene belum juga terbangun dari tidur, setidaknya Juan bisa meminta salah satu orang di rumah Arlene untuk membangunkan gadis itu. Juan memang bisa berlaku baik dan bersedia untuk direpotkan, syaratnya hanya satu, orang itu harus Arlene Yurika.

"Ah udah. naik" Juan memutuskan topik. Ia sedang malas merangkai kata-kata pagi ini.

"Bentar-bentar! gue ambil roti dulu deh satu. Belom sarapan" ujar Arlene yang menurunkan kakinya kembali.

"Sama. Udah nanti sarapan di sekola aja. Tinggal nangkring doang lo di motor, ga butuh effort!" ujar Juan.

Arlene menyetujui kalimat Juan. Lagipula ia malas berjalan kembali ke dalam rumah, jadi Arlene kembali menaiki motor Juan.

Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang