Arlene mengambil sebotol minuman isotonik di kulkas kantin. Bukan karena Arlene tidak memiliki tubuh yang fit, tapi ia membeli minuman isotonik karena ia suka saja dengan rasa minumannya.
Arlene memang memiliki beberapa kebiasaan aneh jika dibandingkan dengan orang-orang lain. Ia suka dengan rasa obat maag. Tetapi sekarang Arlene sudah tidak begitu melakukan kebiasaan anehnya itu, ia menjadi sedikit lebih normal sekarang.
Walau kadang ia masih suka mengemut obat maag kalau sedang stress, atau menghabiskan oatmeal mentah-mentah. Bukan karena Arlene memiliki kelainan atau apa, Arlene menjadi sedikit relax ketika melakukan hal-hal itu dibandingkan minum anti depressan atau mabuk-mabukan seperti orang kebanyakan.
"Teh, ini berapa?" Arlene menunjukkan minuman isotonik yang ia ambil.
"Goceng aja neng" Jawab Teh Asih.
Arlene menyodorkan uang 10 ribu pada Teh Asih. Ia juga mengambil beberapa snack agar uangnya pas dan tidak perlu kembalian.
Setelah selesai dengan acara jajan-jajannya, Arlene berniat untuk kembali ke kelas. Rute perjalanan ke kelas Arlene jika dari kantin, ia perlu melewati ruang guru dan juga ruang BK. Setelah itu ia akan sampai di tangga menuju lantai 2, tempat kelasnya berada.
Arlene berjalan sendirian, bukan karena Arlene tidak punya teman. Dia punya banyak teman, tapi kadang ia malas jika harus beramai-ramai hanya untuk ke kantin saja. Sudah seperti ngajak tawuran saja ramai-ramai. Begitu pikir Arlene.
Arlene menghentikan langkahnya saat ia melewati ruang guru. Arlene jadi mengira-ngira, kali ini dia membuat masalah apa?
Lucio tersenyum ketika menemukan Arlene yang sedang melihatnya. Bukannya balik tersenyum, Arlene malah kabur dengan mengambil langkah cepat. Seperti habis bertemu begal.
"Ngapain dia disini anjir?" Arlene mengingat-ingat kejadian belakangan ini. Kriminalitas apa yang telah ia lakukan di sekolah? Sehingga Lucio datang ke sekolahnya.
Arlene mengingat-ingat sambil memakan pasta coklat. Arlene tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Sejak ia duduk dengan Juan, ia hampir tidak pernah membuat masalah lagi. Kecuali terlambat dan tidak mengerjakan tugas.
Tapi jika masalahnya hanya itu, tidak mungkin Lucio sampai datang ke sekolah. Pihak sekolah hanya akan memanggil orang tua atau wali Arlene ketika Arlene berbuat masalah yang cukup fatal dan biasanya berkaitan dengan kenakalan remaja. Tapi belakangan ini Arlene tidak macam-macam, ia sibuk beradu mulut dan gelut dengan Juan. Lalu sebenarnya apa yang terjadi?
"Arlene, dipanggil" Arlene menoleh ke arah Rashi. Arlene panik, siapa yang memanggilnya? Untuk apa? Arlene tidak biasanya panik ketika Lucio datang ke sekolah. Tapi kali ini berbeda, ia tak tahu sudah membuat kesalahan apa.
Arlene berjalan menuju keluar kelas, sesuai dengan yang Rashi tunjukkan ketika ia mengatakan ada yang memanggil Arlene.
"Ngapain lo kabur tadi?"
Arlene menatap Lucio, agak panik. Tapi ia berusaha menutupi kepanikannya.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Arlene tanpa basa-basi.
"Ya ngapain lagi gue kesini kalo lo gak bikin ulah" Lucio melipat kedua tangannya. Seperti siap untuk memberikan Arlene siraman rohani.
"Gue gak ngerasa bikin masalah" Arlene menyedot pasta coklat miliknya. Lucio terkekeh mendengar ucapan Arlene.
"Tiap kali ditanya juga lo bilang gitu. Tapi hari ini unexpected sih" Lucio menatap Arlene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurlene | lucas x jisoo [REVISI]
Teen FictionJuan Davino, ganteng, siswa berprestasi, dengan attitude yang paling baik, dengan segala kesultanannya tiba-tiba ditempatkan sebangku dengan cewek slebor. Arlene Yurika, charming rebel yang kerjaannya tidur di kelas. Ditempatkan sebangku dengan manu...